"Bangsat si Bian sama Boncel."
Seorang siswa mengumpat saat menerima pesan berupa hinaan dari sahabatnya. Baru beberapa langkah berjalan, lengkingan suara terdengar.
"CAKRAWALA DEVON BRAGASTA!!"
Lengkap bener, batin Cakra.
Teriakan lantang dari Bu Peni selaku guru Bimbingan Konseling menggema di koridor kelas sebelas. Guru berperawakan judes itu menghampiri siswa yang hampir setiap hari menjadi langganan masuk keruangannya. Sementara yang diteriaki hanya diam di tempat dengan malas, tak lupa menenggelamkan tangannya pada kedua saku celana abu-abu yang ia kenakan.
"Hey kamu! Berapa kali ibu bilang! Ubah penampilan kamu. Dasi mana dasi? Itu lagi celana kenapa lututnya dirobek? Hehh rambut mu berantakan sekali, gak punya sisir di rumah? Trus ini kenapa pake daleman warna hitam?! Ini kemeja kenapa tidak dikancing semuanya??" tegur Bu Peni menggebu-gebu. Bagaimana tidak? Hampir setiap hari Cakra tidak pernah berpakaian rapi.
"Udah nyroscosnya? Btw bu lain kali kalau mau negur gausah megang-megang, bukan mukhrim. Jadi bangun kan bu. Gapapa saya pakaiannya kayak gini yang penting kan ganteng," jawab Cakra dengan tatapan malas.
Pikiran Bu Peni langsung berubah negatif, dengan cepat ia kembali mengomeli murid bandelnya ini. "Heh kamu ini masih pagi pikirannya udah jorok, saya juga gak bakal pegang punya kamu!!!" bantah Bu Peni kesal.
Yah si ibu gampang amat kena jebakan batman, batin Cakra.
"Buu.... udah tua gak baik pikirannya jorok! Yang bangun bulu kuduk saya bu, soalnya merinding disentuh sama tangan keriput ibu."
Setelah mengucapkan itu, Cakra melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda dengan santai dan pelan. Karena ia ingin mendengar kicauan Bu Peni yang dapat menghibur di pagi hari.
"Cakra!! Sembarangan ya kamu bilang saya keriput, tangan saya masih mulus gini!" Bu Peni berkacak pinggang di tempatnya, tak lupa memegang sabuk buluk suaminya yang menjadi senjata bagi murid melanggar aturan.
Cakra membalikkan badannya dan berkata, "Iya mulus, kayak pantat panci."
Setelah mengucapkan itu, Cakra yang takut kena semprot pun berlari meninggalkan Bu Peni yang masih bergulat dengan pikirannya.
"Oooo... Eehh. AWAS KAMU CAKRAA!"
Setelah berdebat dengan Bu Peni, Cakra langsung masuk kedalam kelasnya, 11 IPA 1. Kelas dimana para murid pintar berkumpul, ya ini adalah kelas unggulan satu di sekolahnya. Sedangkan 11 IPA 2 menduduki kelas unggulan dua.
Kelas yang awalnya ribut mendadak hening. Semua mata tertuju kepada siswa berpenampilan urakan yang baru saja melewati pintu dan berjalan menuju tempat duduknya yang berada di pojok belakang. Di sana sudah ada tiga sahabat Cakra, mereka adalah Bian Garrick Armando, Adit Darpa Pramudya dan Marchelino Neandro.
"Morning my sweety bunny Cakra muachh," sapa Boncel dengan gaya alaynya.
Cakra langsung menoyor kening Boncel dengan jari tengahnya. "Jijik lo," kata Cakra kepada Boncel.
Boncel yang diperlakukan seperti itupun mengerucutkan bibirnya kesal.
Kadang Cakra berpikir, bisa-bisanya ia mendapatkan teman blangsak seperti mereka. Tapi kalau tidak berbeda sifat, persahabatan itu rasanya kurang top gitu lho.
"Gilee lama bener lo! Ijin pipis udah kek berak aje," lanjut Bian sambil mengecek jam tangannya.
"Biasalah," kata Cakra sambil menampilkan smirknya. Maksud dari kata 'biasalah' adalah bertemu dengan guru Bimbingan Konseling yang paling Cakra sayangi, siapa lagi jika bukan Bu Peni.
"Cak gengnya si tikus got ngajak tawuran pulang sekolah, sabi gak?" tanya Adit kepada Cakra. Yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya, tanda bahwa ia menolak.
"Kita udah punya perjanjian, off sampai kelas 12 semester 2." Ketiganya hanya mampu mengangguk, malas untuk membantah.
Mari kita berkenalan dahulu dengan Cakra dan ketiga sahabatnya.
Cakrawala Devon Bragasta. Cowok yang memiliki sikap gegabah, tempramental, mood swing dan memiliki gengsi yang super duper tinggi. Cowo jangkung dengan rahang tegas ini sangat disegani di angkatan kelas 11. Mengapa tidak seluruh angkatan? Karena Cakra tidak suka mencari masalah dengan adik atau kakak kelas, maka dari itu hanya sedikit dari mereka yang tau tentang Cakra, itupun mayoritas anggota geng Thunder.
Jika kebanyakan cowok berparas tampan itu merayu lawan jenisnya, tetapi Cakra malah mengumpat. Cakra mendapat julukan 'CEO OF NYELEKIT' dari para murid dan sahabatnya. Cakra bergabung dalam sebuah geng yang diketuai oleh dirinya sendiri yang bernama Thunder. Hati-hati jika memiliki masalah dengan Cakra, karena ia tidak akan berpikir panjang untuk bertindak.
Adit Darpa Pramudya. Pemilik gelar cool boy, tidak irit bicara, tidak suka tebar pesona, memiliki pribadi yang tenang, mudah curiga dengan sesuatu yang janggal, dan pastinya bukan fakboi melainkan good boy. Diantara Cakra yang memakai celana robek di bagian lutut. Boncel yang suka mengikatkan dasi pada lengannya. Dan Bian yang memakai baju super pas, sehingga sangat memperlihatkan tubuh atletisnya. Adit merupakan siswa paling teladan diantara mereka berempat, selalu mematuhi aturan yang ada kecuali bolos. Adit merupakan wakil dari Thunder.
Marchelino Neandro a.k.a Boncel. Fyi, nama panggilan Boncel sebenarnya adalah Marchel, namun Bian mengubahnya. Saat mereka kelas satu SMA, mereka pergi ke taman dekat rumah Bian. Di taman itu ada anjing tetangga Bian yang bernama Boncel. Bian yang mempunyai ide iseng mencoba memanggil anjing itu dengan nama 'Marchel'. Alhasil anjing itu menyahut dan menoleh kepada Bian. Dan semenjak itulah Marchel dipanggil Boncel. Tanggapan Marchel? Hanya bisa pasrah.
Boncel sebenarnya tidak homo, hanya saja itu adalah caranya untuk menghibur para sahabatnya. Cowok dengan rambut ikal ini memiliki sifat pecicilan level max. Tetapi Boncel sangat pandai dalam bidang keuangan. Buktinya ia bisa membeli motor, sepatu-sepatu limited edition berkat kepintarannya dalam membagi uang jajannya. Untuk jajan, jalan-jalan, dan menabung. Maka dari itu Boncel mendapat kepercayaan untuk menjadi bendahara di Thunder. Tetapi Boncel sangat-sangat bodoh dalam bidang percintaan.
Bian Garrick Armando, si cowok bunglon. Kadang ia bisa menjadi sosok Cakra, Boncel, ataupun Adit. Bian tipe orang yang santuy, disaat orang lain terburu-buru untuk mengumpulkan PR sebelum guru menagihnya. Namun, Bian malah baru mengerjakannya disaat guru itu menangihnya.
Tetapi jangan salah, diantara ketiga temannya Bian lah yang paling niat untuk membuat catatan. Tulisannya jangan ditanya lagi, sangat bagus dan rapi. Dia juga suka membuat catatan versi bullet journal, yang biasa dilengkapi dengan hand lettering. Kalian jangan tanya seberapa besar kotak pensil Bian. Ya jawabnnya sangat besar, kotak pensil itu dilengkapi dengan pen brush beraneka warna, stabilo berwarna pastel, bahkan washi tape bertemakan vintage. Maka dari itu Bian dipercayakan menjadi sekretaris di Thunder.
Thunder adalah sebuah geng motor yang sudah terkenal di kalangan anak muda,geng ini didirikan pada tahun 2014. Dengan Kenzo Abimanyu Gatania sebagai pencetus pertama dan ketua geng Thunder pada tahun itu. Walaupun geng ini jarang aktif, namun tidak mencegah kepopulerannya.
>><<
Semoga kalian suka sama prolognya ya! Jangan lupa voment 🙌
Btw, how's your day?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakrawala
Teen Fiction(On Going) Follow akun ini sebelum membaca. ⚠ Terdapat banyak kata-kata kasar! ---------------- Kata orang, masa putih abu-abu adalah masa yang paling indah. Tetapi tidak untuk Inka dan Cakra. Kisah mereka memang manis di awal, tetapi pahit di perja...