14 - Cakra Melunak

389 118 41
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Dalam sekejap, sekolah yang awalnya ramai seketika berubah menjadi sepi. Hanya tersisa murid yang sedang mengikuti ekstra kurikuler maupun murid yang sedang menunggu jemputan.

Cakra, Adit, Boncel, dan Bian sedang duduk di pinggir lapangan basket. Cakra sedang mengamati koridor untuk menunggu seseorang. Bian sedang asik dengan dasi milik Boncel yang biasa diikatkan cowok itu di lengannya. Bian sedang belajar membuat dasi mengikuti tutorial di youtube. Adit sedang asik dengan ponselnya. Membuka aplikasi line, whatsapp, instagram, begitu seterusnya. Maklum saja, Adit jomblo. Boncel? Cowo itu sedang tiduran menggunakan tasnya sebagai bantal, tak lupa buku tipis di tangannya yang dijadikan sebagai kipas dadakan.

"Hareudang hareudang hareudang, panas panas panas."

Kalian pasti sudah tahu siapa yang menyanyikan lagu itu. Cakra, Adit, dan Bian yang sedang asik dengan kegiatannya pun sontak menoleh kepada Boncel yang sedang mengipasi dirinya dengan tidak sabaran.

"Adem gini lo bilang panas! Aneh lo, dasar!" cibir Bian sembari kembali mencoba membuat dasi setelah sepuluh kali gagal.

"Tau lo Cel! Padahal udah dibawah pohon." Adit ikut menimpali. Ia hanya bisa menghela napas kasar, disaat sahabat absurdnya ini selalu menguji kesabaran.

"Panass tauu! Angin sepoi-sepoinya kurangg!" Boncel kembali mengipasi dirinya dengan tidak sabaran, sampai cover buku tulis miliknya terlepas.

"Banyak dosa sih lo, makanya panas!" Ah iyaa, Boncel sampai lupa jika disini ada CEO of Nyelekit. Sedari tadi boleh saja ia diam, tetapi sekalinya berbicara selalu tepat sasaran.

"Ya Tuhann, sabarkanlah hambamu ini dalam menghadapi teman-teman hambar yang selalu menistakan hamba ya Tuhan."

Ketiga cowok itu tidak menghiraukan Boncel dan kembali melanjutkan aktivitas masing-masing. Keberadaan mereka disini merupakan perintah dari Cakra. Katanya, ia ingin menemui seseorang. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya yang ditunggu menampakkan wujudnya.

"WOYY!" teriak Cakra tiba-tiba membuat ketiga sahabatnya tersentak kaget. Dua orang siswi yang  sedang berjalan di koridor tersebut tampak tidak merasa terpanggil dengan teriakan Cakra.

Bian lantas berdecak, "Ck, ya iyalah mereka gak nyaut! Emang nama mereka 'woy'!"

"INKA! OSA!" Cakra kembali berteriak, kini kedua gadis itu menoleh sempurna ke arah Cakra dan ketiga sahabatnya.

***

"Ehh Cakra manggil tuh. Kesana yuk!" Inka menahan Osa yang ingin mengajaknya untuk menemui Cakra. Coba saja tadi Inka tidak ke toilet terlebih dahulu, dapat dipastikan bahwa kemungkinan bertemu dengan Cakra sangat kecil. Dan jangan lupakan perihal di kantin pagi tadi yang masih membuat Inka kesal

"Lohh, lo kenapa Ka?"

"Gue pulang duluan aja deh Sa. Gue juga gak dijemput bang Kenzo, jadi harus buru-buru cari angkot biar gak kesorean."

"Lahh kalo gitu makanya lo kesana. Nanti pulang bareng Cakra aja."

"Gausah Sa, gapapa. Kalo lo mau kesana, kesana aja."

"Huhh.... yaudah deh lo hati-hati ya pulangnya. Kalo ada apa-apa telpon gue aja, spam juga gapapa."

"Okey makasi Sa, duluan ya."

Selamet, selamet. Untung aja Osa gak maksa. Males banget gue ketemu sama si kecebong nyelekit itu! batin Inka.

Inka meneruskan langkahnya menyusuri koridor. Dilain sisi, Cakra mengernyit heran mengapa hanya Osa yang menghampirinya. Inka kenapa tidak ikut?

CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang