Author POV
Di hari Minggu yang cerah ini, tampak seorang laki-laki berambut ikal yang sedang jogging di taman kompleknya. Walaupun hanya seorang diri, laki-laki itu tampak sangat menikmati suasana minggu pagi ini. Laki-laki itu adalah Marcellino Neandro.
Boncel sedari tadi sedang mencari kakak sepupunya yang menghilang entah kemana. Saat penglihatannya menangkap sosok kakak sepupunya itu, Boncel segera menghampiri cowok itu supaya tidak menghilang kembali.
Boncel menepuk pundak lelaki yang sedang duduk di kursi taman sembari memainkan ponselnya. "Woii, gue cariin lo."
"Sorry bro," balas lelaki itu dan memasukan ponsel tersebut ke dalam saku celana jogernya
"Indonesia dong! Gue tau lo kelamaan tinggal di USA, sok Inggris!"
"Hei, gue cuman bilang 'sorry' dan itu lumrah Chel."
"Karep mu Ton!"
***
Selesai jogging dengan kakak sepupunya itu, Boncel memutuskan untuk pulang ke rumah dengan berjalan kaki. Hitung-hitung berolahraga. Perjalanan pulang ke komplek Boncel memang melewati banyak gang kecil dan rumah kosong.
Boncel melepaskan earphone yang sedari tadi terpasang di telinganya. Tiba-tiba pendengarannya menangkap sebuah suara perempuan yang berteriak minta tolong di dekat gang kecil itu.
Cowok itu dirundung kebimbangan. Pikiran Boncel memerintahkan dirinya untuk pulang saja, tetapi hatinya memerintahkan untuk mencari suara itu.
Tanpa pikir panjang, Boncel pun menyusuri gang kecil tersebut. Ia berjalan mengendap-ngendap layaknya pencuri yang sedang menjalankan aksinya. Jantung Boncel berdegup kencang saat suara minta tolong itu terasa makin dekat.
Dan ternyata, suara tersebut berasal dari rumah kosong yang terletak di ujung gang kecil. Boncel menempelkan telinganya ke pintu yang sudah usang, berusaha mendengar lebih jelas. Ia mengernyit saat merasa suara itu seperti tak asing ia dengar.
Boncel memutari rumah itu perlahan, berusaha mencari ventilasi untuk melihat pelaku yang berada di dalam sana. Saat menemukannya, ia hanya melihat empat orang pria bertubuh besar yang salah satunya sedang mencengkram kasar rahang perempuan yang duduk di sebuah kursi yang sudah rapuh dengan kondisi membelakanginya.
Boncel langsung memanfaatkan posisi itu untuk memotret pelaku. Setelah mendapatkan bukti, Boncel lantas menelepon kakak sepupunya untuk meminta pertolongan.
"Halo Daxton! Tolongin gue, gue butuh bantuan lo."
"Lo kenapa Chel? Lo dimana? Kok panik gitu sih?"
"Sekarang pokoknya lo dateng ke alamat yang gue kirim. Buruan ada nyawa yang harus ditolong!" Boncel menolehkan kepalanya kembali ke arah dalam, betapa terkejutnya ia melihat salah satu di antara pria itu menodongkan pisau ke arah mata sang gadis.
"Sok pahlawan banget lo! Kalau gue kenapa-kenapa siap-siap lo tanggung jaw-."
"Bacot buruan!! Nyawa orang bahaya woy," pekik Boncel tertahan.
Tut
Boncel semakin kalut saat melihat ujung pisau tersebut makin dekat dengan mata perempuan itu. Ia juga geram sekaligus penasaran, siapa perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakrawala
Teen Fiction(On Going) Follow akun ini sebelum membaca. ⚠ Terdapat banyak kata-kata kasar! ---------------- Kata orang, masa putih abu-abu adalah masa yang paling indah. Tetapi tidak untuk Inka dan Cakra. Kisah mereka memang manis di awal, tetapi pahit di perja...