02 - Bully 2

716 194 96
                                    

Para pemain basket yang melihat kedatangan Cakra bersama Inka bertanya-tanya. Cakra membawa Inka ketengah lapangan. Gadis itu berusaha untuk mengeluarkan bajunya agar noda di roknya tidak terlihat. Belum sempat menarik bajunya, tangan Inka sudah dicekal oleh Cakra. Inka sudah seperti tahanan sekarang.

Anak basket yang awalnya sibuk latihan, mendadak diam dan memandangi Inka dengan tatapan bingung. Banyak juga anak yang berbisik. Saat sampai tepat di tengah lapangan Cakra memutarkan badan Inka  dan sontak gelak tawa satu lapangan terdengar.

"Hahaha lo ngapain bawa anak bocor kemari Cak??" tanya Dody salah satu anak basket sembari tertawa. Dan setelah itu banyak lagi ejekan yang keluar dari mulut anak basket, bahkan ada yang memvideokannya.

Inka menunduk dalam, air matanya terbendung, ia menangis dalam diam. Sedangkan Cakra, ia berdiri dengan gaya sombongnya sambil bersedekap dada, tak lupa dengan smirknya.

"Hahahah bocor neng ? Pake no drop sana."

"Anjir lebar banget, kasian Inka tapi gue ga berani nolongin."

"Aduh dasar ga punya hati. Kita sebagai cewe harus bela dia, tapi gue takut."

"Hahaha makanya pake popok aja biar ga rembes gitu."

"Darahh! Aduh sesek gue sesek, ga kuat gue gue mau pingsann."

"Alah alay lo itu cuman bekas darah bukan darah asli."

"Hayati gak kuat babang."

Plakk

Sudah cukup Cakra mempermalukan Inka. dengan berani Inka mendongakkan kepalanya lalu menghapus air matanya dengan kasar. Dan ia menampar wajah Cakra, mengambil pembalut yang tersimpan di saku kemeja putih Cakra dengan kasar sampai sedikit robek. Setelah menampar Cakra, dengan segera Inka melangkahkan kakinya meninggalkan lapangan.

Semua orang terpekik kaget, ternyata ada juga yang berani dengan cowok satu ini. Cakra memegangi pipinya sebentar, lalu ia dengan cepat menyusul Inka dan mencekal pergelangan tangan gadis itu.

"Mau kabur lo? cupu amat," ledek Cakra.

"BANCI LO! BRENGSEK! COWO MACAM APA LO!!" Emosi Inka sudah tidak bisa ditahan. Inka mengeluarkan unek-unek nya sambil menjentikkan jari telunjuknya di depan wajah Cakra. Satu lapangan kaget melihat aksi berani Inka, termasuk Cakra.

"JANGAN LO PIKIR GUE SAMA KAYA MANUSIA DILUAR SANA YANG SERING LO INJEK-INJEK! JANGAN LO PIKIR KARENA GUE CEWE, GUE AKAN MENYE-MENYE DAN TERIMA SEMUA INI." Inka mendorong bahu Cakra dengan keras. Cakra yang awalnya diam, sekarang ikut membara.

"Berani lo bentak gue?" Berbeda dengan Inka yang lebih memilih berteriak, cowok ini justru mengeluarkan volume suara normal namun terdengar menusuk dan penuh tekanan.

"Emang lo siapa sampai gue harus takut? Lo aja yang alay. Gue udah bilang gak sengaja kan? Kenapa lo jadi besar-besarin kek gini. Pantes ya geng lo banyak musuh, orang ketuanya aja kayak sumbu kompor!!" Inka berusaha tenang, tapi tak bisa.

Sabar sabar sabar. Dasar anak setan! Batin Inka.

"Bukan gini cara nyelesaian masalah Cak." Inka mengecilkan volume suaranya, sudah merasa lelah dengan perlakuan Cakra. Tetapi Cakra sama sekali tidak menggubris perkataan Inka.

"Jaga ucapan lo ya!! Urusan kita belum selesai." Inka yang mendengar perkataan itu langsung pergi meninggalkan lapangan.

Anjing gue kenapa? batin Cakra.

Sesaat Cakra tersadar atas apa yang telah ia perbuat. Cowok jangkung itu bergegas berlari mengejar Inka yang sudah berada di halte sekolah untuk menunggu angkutan umum.

CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang