Pagi ini kelas Inka dan Osa tidak ada guru lagi. Karena guru yang mengajar saat ini kebetulan menjadi panitia penyelenggara untuk kegiatan ulang tahun sekolah yang diadakan dua minggu lagi.
"Ka gue gabut nih. Ngantin yuk?" Osa sedari tadi terus berusaha membujuk Inka agar mau menemaninya pergi ke kantin, tapi gadis itu seakan tuli.
"Isshh lo mah ngacangin gue mulu. Gabakal ketemu mantan kok tenang aja." Saat Osa membawa-bawa 'mantan', Inka yang awalnya fokus dengan novelnya langsung menatap Osa dengan tatapan tajam.
"Yaudah buru!" jawab Inka dengan ketus. Osa dan Inka pun pergi ke kantin. Saat sampai di kantin, Osa menuju warung Mas Pipin si penjual minuman.
"Masss, coolin," pinta Osa sedikit berteriak sambil menunjuk rentetan minuman yang tergantung di sebuah besi. Minuman kesukaan Osa adalah Good Day Coolin. Sesuai namanya dapat membuat hari menjadi baik, begitu katanya.
"Bawa apa?" sambar Inka menirukan iklan di televisi. Osa menyernyit heran, sedangkan Mas Pipin yang tahu bahkan hapal dengan iklan 'Maskulin' si tukang cat, langsung menyahut.
"Ini cat dinding kesukaan kamu, warna ijo ketupat," Lanjut Mas Pipin.
"Eneng kan maunya ijo telur asin."
"Yaudah maskulin balik ke kota lagi deh." Setelah aksi tiru meniru salah satu iklan di televisi itu Inka dan Mas Pipin tertawa. Sedangkan Osa yang tidak tahu apa-apa hanya pelangak-pelongok tidak jelas.
"Ehh kalian tadi ngapain sih? Itu lagu atau apa?" tanya Osa bingung.
"Makanya banyakin nonton tipi. Itu iklan cat. Naa.. bintangnya namanya Maskulin."
"Ohh gitu. Btw lo mau gue beliin apa Ka, biar sekalian?" tanya Osa sambil memperlihatkan uang seratus ribunya.
"Gue mau itu Sa," kata Inka sambil menunjuk minuman teh botol kemasan yang berada di lemari pendingin.
"Mas pipin, totalnya berapa?" tanya Osa sembari menyodorkan uang berwarna merah muda itu.
"Delapan ribu neng." Setelah membayar dan mendapat kembalian. Dua gadis ini tidak kembali ke kelas, melainkan pergi ke taman belakang sekolah. Saat sampai di sana, Osa dan Inka tak sengaja mendengar suara 'kelegaan' dan suara air mengucur.
Ciirrr
"Ka lo denger gak?" tanya Osa dengan tampang bingung dan penasaran.
"Iya Sa denger, itu suara apaan ya? Jangan-jangan...."
Osa menjitak kepala Inka yang pikirannya mulai menduga kemana-mana. Mereka pun mencari asal suara itu. Betapa terkejutnya mereka melihat seorang siswa dalam keadaan membelakangi sedang buang air kecil di salah satu pohon yang ada di taman belakang. Saat mereka telusuri, siswa itu adalah Boncel!
Ciiirrrr
"Aaaaaa BONCELLLL," pekik Inka dan Osa bersamaan. Boncel yang terciduk tersentak kaget. Ia segera membenarkan resleting celana abu-abunya, lalu menghampiri Inka dan Osa yang sedang menutup mata.
"Heheh. Eh ada Inka sama Osa heheh," ucap Boncel kikuk sembari cengengesan tidak jelas. Sebenarnya Boncel tengah menahan malu saat ini.
Dosa apa gue sampe keciduk lagi pipis, batin Boncel.
"Lo ngapain pipis disini? Apa gunanya toilet kalo lo malah pipis disini?!" Inka berjalan mendekati Boncel sambil bersedekap dada.
Boncel menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia bingung harus menjawab apa. "Heheh a-anu.... Tadi udah gak kuat, akhirnya pipis di sini aja deh hehehe."
"Awas lho penunggunya gak terima digituin. Nanti lo dikutuk gak bisa pipis seumur hidup tau rasa lo!" Inka sebenarnya tengah menahan tawa melihat ekspresi Boncel yang pucat pasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakrawala
Dla nastolatków(On Going) Follow akun ini sebelum membaca. ⚠ Terdapat banyak kata-kata kasar! ---------------- Kata orang, masa putih abu-abu adalah masa yang paling indah. Tetapi tidak untuk Inka dan Cakra. Kisah mereka memang manis di awal, tetapi pahit di perja...