Pagi ini, Genta kembali bertugas keluar negeri. Setelah menutup pagar sehabis mengantar kepergian ayahnya itu, Inka lantas memasuki rumahnya. Ia baru saja melakukan salam perpisahan kepada Genta yang akan ke Jepang selama dua minggu untuk mengurus perusahaan kecilnya di sana.
Inka mengitari rumahnya untuk menemui Mirna. Ternyata, ibu tirinya itu sedang berada di taman belakang sembari merawat bunga anggrek kesayangannya.
"Hai ma," sapa Inka seraya duduk di bangku dekat Mirna.
"Hai sayang, papa udah berangkat?"
"Udah ma, emang papa gak pamit sama mama?"
Mirna tersenyum tipis menanggapi pertanyaan Inka. Senyum yang menyimpam banyak luka. "Kamu pasti tau jawabannya."
Melihat respon ibu tirinya itu. Inka segera memamerkan senyum termanis miliknya sembari saling menyatukan jari tengah dan telunjuknya sehingga membentuk lambang hati.
Mirna yang melihat aksi itu terkekeh. Ada-ada saja tingkah anaknya ini. Wanita itu membalas Inka dengan membentuk lambang hati seperti yang Inka lakukan. "Mama sayang Inka."
"Aku lebih sayang mama," ujar Inka dengan senyum tulusnya.
Gadis itu sangat senang dengan progress Mirna mengenai depresinya. Seminggu setelah nyarisnya Mirna tertabrak, ibu tirinya itu rutin konsultasi mengenai depresinya. Dan berkat dukungan dari Inka dan Kenzo, depresi Mirna sudah sembuh delapan puluh persen.
"Kamu bangunin Kenzo sana, kebo banget mentang-mentang libur itu anak. Kamu juga ya, liburan ini belajar yang bener."
Memang benar, sekarang Inka sedang libur sekolah selama satu minggu untuk mempersiapkan ujian akhir semester yang akan dimulai minggu depan.
"Siap ibu negara hehe."
***
Inka melangkahkan kakinya memasuki kamar kakaknya. Kesan pertama saat masuk ke ruangan bernuansa abu-abu ini adalah berantakan. Sang pemilik kamar terlihat masih asik bergelut dengan selimutnya, bahkan tidak terusik sedikit pun atas kehadiran Inka.
"Bang Kenzo, ayo bangun! Udah siang!!"
Sudah lima menit Inka berusaha membangunkan Kenzo yang kebonya minta ampun. Berbagai cara sudah gadis ini lakukan. Mulai dari mengguncangkan tubuh Kenzo, mengelitiki telapak kaki Kenzo, sampai mengada-ngada tentang artis cantik idola kakaknya yang datang ke Jakarta.
"Bang Ariana Grande ke Jakarta bang. AYO BANGUN!"
Inka sudah jengah dengan Kenzo, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar. Sampai pandangan Inka terhenti pada sebuah vas bunga yang berada di nakas.
Inka tersenyum licik, ia berniat untuk menyiramkan air yang terdapat pada vas bunga tersebut ke wajah tampan kakaknya. Inka sudah bersiap dengan vas bunganya. Ia menepuk pelan pipi sang kakak.
"Kenzo ganteng bangun dong."
"Engghh.... apa gue ga denger, ulang ulang."
Inka tahu, bahwa Kenzo sengaja memintanya memanggil ulang karena lelaki itu senang akan panggilan yang berisi embel-embel 'ganteng'.
"Ganteng bangun yuk."
"Tadi lo bilang apa? Kurang keras."
Inka bisa melihat Kenzo tersenyum sembari memejamkan matanya.
"BANGUN PEA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakrawala
Teen Fiction(On Going) Follow akun ini sebelum membaca. ⚠ Terdapat banyak kata-kata kasar! ---------------- Kata orang, masa putih abu-abu adalah masa yang paling indah. Tetapi tidak untuk Inka dan Cakra. Kisah mereka memang manis di awal, tetapi pahit di perja...