Kini keempat remaja SMA sudah berada di depan pintu rumah seseorang. Dengan percaya dirinya Boncel berteriak, seakan sudah sering berkunjung ke rumah itu.
"SPADAAA. YUHUU..... PERMISI ADA COGAN DAN CECAN DI DEPAN PINTU MAU MINTA SUMBANGAN."
Semua memutar bola matanya jengah akan sikap Boncel yang tidak pernah berubah. Baru saja Bian hendak menekan bel, pintu telah dibuka dan munculah sesosok pria lanjut usia yang ketampanannya tidak pudar.
"Ehh kalian mau minta sumbangan?" tanya Genta dengan tampang polosnya.
"Eh om, engga kok bercanda. Emang temen kita yang satu ini kurang belaian om, makanya agak gitu," ucap Adit dengan tampang watadosnya. Genta yang mendengar itu terkekeh kecil.
"Boleh om tebak? Kalian kesini mau ketemu Inka ya?" Keempat remaja tersebut mengangguk kompak.
"Sekalian liat calon suami saya om. Ehh maksud saya bang Kenzo hehe," ujar Osa disertai cengiran polosnya. Genta lagi-lagi menggelengkan kepalanya, ternyata teman anaknya sungguh ajaib. Bian tersentak kaget mendengar perkataan yang terlontar dari mulut Osa.
"Wahh kalo gitu halo calon mantu."
"Astagaa saya dikasi lampu ijo om?!"
Bian melayangkan tatapan nyalang ke Osa, yang ditatap hanya menampilkan cengirannya.
"Ih kalian banyak omong banget! Mending kita nemuin Inka," ucap Bian sedikit kesal.
Seteleh diperbolehkan masuk, kini keempat remaja tersebut langsung menyerbu kamar Inka. Boncel membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Terlihat Inka yang sedang berdiri sembari menyangga tubuhnya pada pinggiran balkon.
Osa langsung berlari menghampiri Inka dan memeluknya. Gadis itu sontak terkejut, namun tak lama kemudian ia tersenyum dan membalas pelukan sahabatnya.
"Gue kangen banget sama lo," ucap Osa sembari mempererat pelukanya. Inka lagi-lagi tersenyum. Seketika matanya berkaca-kaca mengingat ia tidak akan bertemu dengan sahabatnya dalam jangka waktu yang lumayan lama. Osa yang menyadari Inka yang mulai meneteskan air matanya, langsung menghapus air mata sahabatnya itu.
"Lo gak boleh nangiss, harus kuat oke? Tadi Boncel udah cerita semuanya. Jadi lo gak perlu cerita lagi ke kita. Karena Boncel takut lo sedih." Osa mengangguk seolah memberi kekuatan kepada Inka.
Boncel memang sungguh perhatian. Niat awal Inka mengundang mereka semua untuk menceritakan semuanya. Tetapi Boncel yang tahu Inka akan sedih, memilih untuk mewakilkannya. Boncel bercerita dari tawaran Devan, perjodohan Cakra, hingga skenario yang Inka buat, bahwa Inka akan pindah sekolah dan seolah-olah pergi meninggalkan Ibu Kota.
"Yaudah ayo masuk!" Saat mereka semua berbalik, kedua gadis itu menganga lebar. Baru saja ditinggal beberapa menit, Kenzo, Boncel, Bian, dan Adit sudah membuat kekacauan. Wait, sejak kapan Kenzo berada dikamar Inka? Bungkus makanan ringan telah berceceran, minuman kaleng tergeletak dimana-mana.
Mereka sedang menonton Kenzo dan Boncel yang sedang bermain playstation. Sejak kapan Kenzo membawa playstation miliknya ke kamar Inka? Memang sebelum para sahabatnya datang Inka sudah menyiapkan berbagai cemilan dan minuman kaleng di atas meja belajar. Dan lihat kasur Inka sudah tak berbentuk.
Dengan geram Inka menggeser pintu balkon dengan kasar, lalu mengambil bantal yang tergeletak di dekatnya dan langsung memukul keempat cowok itu secara bergantian.
"DASAR YAA LO PADAA! POKOKNYA BERSIHINN. KALO GAK BERSIH KALIAN GAK BOLEH PULANG!" Yang lain sudah beringsut menjauh agar tidak terkena amukan Inka, tetapi Kenzo tetap anteng dengan playstation nya.
"Ya tinggal nginep, kalo lo gak ngijinin mereka pulang." Inka langsung naik pitam mendengar balasan dari kakaknya itu. Entah kenapa, sekarang ia menjadi lebih mudah emosi.
"Heh oneng! Seenak jidat lo ngomong, pokoknya tiga puluh menit harus bersih. Kalo engga, awas aja lo!" kata Inka sembari menoyor keras kening Kenzo.
Sambil menunggu para cowok membersihkan kamar Inka, ia memutuskan untuk mengajak Osa ke taman belakang dan melanjutkan obrolan di sana.
***
Inka baru saja selesai mengantar para sahabatnya untuk pulang. Saat ingin masuk ke pintu gerbang, Inka melihat siluet motor milik Cakra yang mendekat ke arah rumahnya. Dengan cepat ia masuk ke dalam rumahnya, lalu menutup gerbang dengan tergesa. Satpam rumah Inka sampai menghampiri dan bertanya ada apa. Inka langsung saja menjawab, Cakra.
Memang satpam rumah Inka juga tahu mengenai permasalahan tersebut, dan ikut dalam skenario. Setelahnya, Inka buru-buru berlari memasuki kamarnya dan membuka pintu balkon. Lalu sedikit berjongkok untuk melihat keadaan di luar gerbang.
Benar saja, disana terlihat Cakra yang baru saja membuka helm nya. Lalu mengetuk pintu gerbang rumah Inka. Dan keluarlah satpam pribadi Inka. Gadis itu yakin, pasti Cakra sedang menanyakan keberadaannya. Memang semenjak Inka memutuskan untuk merahasiakan hal ini kepada Cakra. Apapun yang membuat rumah Inka tampak berpenghuni harus diatur. Seperti mobil yang jika tidak digunakan harus selalu terparkir di dalam garasi, bahkan rak sepatu dan sandal di teras depan harus di pindahkan ke dalam.
Inka tersenyum miris. Ingin rasanya ia berlari ke bawah, lalu menerjang tubuh Cakra dan melampiaskan semua kegundahannya. Inka kembali mengamati Cakra, terlihat Cakra yang sepertinya ingin pulang. Inka memutuskan untuk berdiri dari posisinya. Saat Cakra sudah naik ke motornya, betapa terkejutnya Inka. Cowok itu tiba-tiba mendongakkan kepalanya ke arah kamar Inka, dengan segera Inka kembali berjongkok hingga sikunya terbentur batas balkon.
"Parah, kayaknya dia ngeliat guee!" rutuk Inka pada dirinya sendiri. Saat mengedarkan pandangannya ke arah kamar, ia melihat pintu balkonnya terbuka. Bagus! Double kill.
Selain mobil dan rak sepatu, Inka memang selalu teliti pada pintu atau jendela. Inka kembali menoleh ke bawah, terlihat Cakra yang masih terus menatap balkon Inka.
Ceklek
Triple Kill.
Kenzo memasuki kamar Inka sambil berteriak untuk menemaninya menonton film.
"INKAA TEMENIN GUE NONTON FILM KUY." Kebiasaan baru Kenzo, suka sekali berteriak. Dan walaupun dia kakak angkat Cakra, tetapi sifatnya yang suka berubah-ubah tidak jauh beda dengan Cakra. Kadang manis dan kadang bisa membuat jengkel.
Cakra yang mendengar suara teriakan Kenzo yang menggelegar itu pun melepas helm nya dan turun dari motor. Ia menstandar dua motor itu, dan berdiri di atasnya.
"Kata satpam, rumahnya udah kosong. Anjing!" umpat Cakra saat melihat Kenzo yang sedang berada di kamar Inka.
Ingin rasanya Inka mencekik kakaknya itu. Syukurlah posisi Inka sekarang terhalang pohon palem yang menjulang tinggi, sehingga Cakra tidak akan bisa melihatnya.
Kenzo kembali berulah, ia berjalan ke arah balkon dan menemukan Inka disana.
"Hehh budek lo? Ngapain lo jongkok-jongkok begitu?"
Inka menatap tajam abangnya. Inka memberikan kode kepada Kenzo. Kenzo yang mengerti langsung saja menoleh ke bawah dan mendapati Cakra yang masih di posisinya, berdiri di atas motor dan menatap kearahnya.
"Mampus!"
Inka hanya mengacungkan jari tengahnya kepada Kenzo. Tanpa babibu Kenzo pergi meninggalkan balkon. Tak lama Cakra turun dari motornya dan meninggalkan rumah Inka. Inka segera masuk ke kamarnya dan menghampiri kamar Kenzo. Terjadilah aksi cekcok diantara kakak beradik itu.
***
TBC
Halo kalian apa kabar? Maaf banget jarang update yaa
Terima kasih buat yang masih mantengin cerita ini❤
Semoga kalian suka dengan part kali ini. Jangan lupa voment yaa biar aku makin semangat untuk namatinnya.
See u🙌
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakrawala
Teen Fiction(On Going) Follow akun ini sebelum membaca. ⚠ Terdapat banyak kata-kata kasar! ---------------- Kata orang, masa putih abu-abu adalah masa yang paling indah. Tetapi tidak untuk Inka dan Cakra. Kisah mereka memang manis di awal, tetapi pahit di perja...