بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Brak.
"Aduh!" Kinara reflek memegang pelipisnya yang bertabrakan keras dengan kaleng bekas minuman. Sepertinya ada orang yang sengaja menendangnya.
"Eh. Ya ampun. Maaf maaf. Gue gak sengaja. Gue kira gak ada orang. Aduh pasti sakit banget yah," ucap resah anak laki-laki yang memakai seragam SMA.
"Eh. Berhenti!" cegah Kinara ketika laki-laki itu mulai memegang pelipisnya.
Mungkin ingin memastikan kalau dia baik-baik saja. Nyatanya tidak senyaman itu, sakit. Kinara juga tidak tahu pasti siapa laki-laki yang ceroboh didepannya ini. Pandangan Kinara masih menunduk sambil sesekali meringis sakit.
"Okey, saya minta maaf. Dan untuk sakit yang kamu rasa biar saya temani kamu ke UKS atau kita ke klinik terdekat, jika kamu malu untuk ke UKS."
Kinara tergugah kaget dengan kalimat yang baru saja terucap. Sangat berbeda dengan kalimat yang diucapkan sebelumnya. Kata gue berubah jadi saya. Drastis sekali. Ucapannya yang kedua, sungguh membuat hati Kinara berdesir hangat.
"Jangan hanya diam," ucap laki-laki itu ketika melihat perempuan yang didepannya hanya diam membisu.
Kinara reflek mendongak karena ucapan laki-laki itu yang menuntut.
Kak Ardan!
Hati Kinara mendadak menegang hebat. Penglihatannya pun sama dengan hatinya. Masih syok dengan peristiwa sekarang ini. Kak Ardan, kakak kelasnya yang diam-diam dia kagumi.
"Saya antar, janji. Sampai pelipis kamu gak sakit lagi," ucap Ardan kembali.
Kupu-kupu berterbangan dari lambung Kinara. Perhatiannya, Maasyaa Allah...
"Hei, kamu baik-baik saja?" tanya Ardan.
Bukannya apa dia mengganti ucapannya. Gadis didepannya ini gadis baik-baik hingga dia sentuh saja tidak mau. Satu prinsip yang Ardan junjung tinggi. Dia sangat menghormati seorang perempuan. Itulah mengapa, dia biasa tersakiti karena perempuan. Kata temannya, itu karena dia terlalu menghargai perempuan tanpa memedulikan perasaannya sendiri.
"Siapa nama kamu?" tanya Ardan lagi yang melihat gadis didepannya sama sekali tak merespon.
"Ki- Kinara. Namaku Kinara," ucap Kinara dengan gugup.
Astaghfirullah... Berapa banyak pertanyaan yang Kak Ardan lontarkan sedang aku tersadar baru sekarang. Ya Allah, aku malu.
"Gimana? Kamu mau saya antar kemana?" tanya Ardan lagi yang masih panik.
"An- tar? Kemana?" tanya balik Kinara yang kebingungan.
Sejenak Ardan tertawa lebar. "Kamu gak dengerin aku tadi, ya?"
Tuh kan, malu sendiri Ya Allah. Kemana ruhku tadi? Rutuk Kinara dalam hatinya.
Kinara tersenyum sungkan. "Maaf."
"Tadi saya tawarin mau saya antar ke UKS atau ke klinik terdekat untuk obatin luka kamu itu."
"Enggak. Enggak usah. Udah gak sakit ko," tolak Kinara.
Apa kata murid lain jika tahu dia jalan dengan kakak kelasnya ini?
"Kinara bawa minyak kayu putih buat olesin memarnya nanti." Senyum Kinara menjelaskan kemauannya.
"Benar gak pa-pa?" kata Ardan yang masih terlihat khawatir.
"Iya." Kinara tersenyum lagi untuk meyakinkan Ardan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Cinta Tak Bernada [TAMAT]
Spiritual[Teenfiction - Spiritual] Mungkin cerita ini senada dengan hatimu yang sedang berusaha untuk ikhlas, menyeimbangi cinta yang fitrah dalam balutan diam penuh perjuangan. Aku lelah berurusan dengan cinta manusia. Namun, aku tetap menikmati senandun...