بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
"Lebih-lebih aku pernah dicintai oleh Kak Ardan, meski dengan cinta yang salah," lanjut Sabila terdengar berat. Sabila sangat tahu, betapa sakitnya hati seorang Ardan yang dia patahkan waktu itu.
Kinara hanya bungkam. Padahal ada banyak hal yang ingin dia ungkapkan. Namun, harus dengan cara apa agar semuanya tetap berjalan baik?
"Tapi aku juga sadar diri, Kak Ardan yang sempurna itu gak pantas bersanding dengan aku yang kotor ini." Sabila menunduk, teringat dirinya yang kadang membenci laki-laki karena suatu hal. Sabila tak memberitahu ini kepada Kinara, hanya Ardan—satu-satunya laki-laki yang tahu akan sisi pahitnya ini.
Kinara melupakan perdebatan batinnya. Lamunannya terbuyar ketika mendengar Sabila yang merendahkan dirinya sendiri dengan kata kotor.
Melihat Kinara berubah menyelidik, Sabila berbicara kembali. "A-ku kotor karena aku banyak dosa, Nara."
Hanya itu yang mampu Sabila ucapkan. Dirinya belum siap, belum siap untuk kembali bercerita, meski dengan Kinara yang akan menjamin ceritanya aman.
Tangan Kinara mengalun pada pundak Sabila, mengusapnya pelan untuk memberi kekuatan. "Pada intinya, setiap manusia juga kotor. Tidak ada yang luput dari dosa," ucapnya menyemangati sabahatnya. Padahal dalam dirinya membutuhkan semangat pula yang jauh lebih besar. Hatinya, sudah lebam meski raganya baik-baik saja.
Sabila mendongak dan dengan cepat mengangguk, membuat Kinara tersenyum karenanya. "Udah ah, mau makan. Laper," ucap Sabila bangkit dan hendak memesan makanan. "Kamu mau dipesenin apa, Nara?"
🌱🌱🌱
Kinara meremas-remas jari-jari tangannya dengan gelisah. Dirinya kini sedang duduk di salah satu gazebo kampus yang ramai digunakan mahasiswa lain untuk berkumpul. Rasa gelisah menjalar begitu saja dalam dirinya akibat gugup akan bertemu dengan seseorang. Ardan, seseorang yang Kinara tunggu.
Hari ini Sabila tidak masuk kuliah karena memang tidak ada jadwal dosen yang hendak mengajar. Hal ini membuat Kinara pergi ke kampus sendirian. Dan pagi tadi ketika dirinya hendak berjalan menuju gedung Biologi, Ardan memanggilnya dan berucap singkat hendak berbicara dengannya.
Dan disinilah Kinara, memenuhi panggilan Ardan di gazebo kampus yang terlihat ramai. Namun sepertinya, Ardan akan sedikit terlambat dari janji yang dia buat sendiri.
Sembari menunggu Ardan, Kinara membuka aplikasi WhatsApp setelah melihat ada notifikasi pesan gambar dari ibunya. Perihal rasa ingin bertemu dengan ibu dan adiknya ini, tentu sudah tidak mampu terbendung lagi. Tentang cinta dan kesederhanaan hidup yang keluarga kecilnya terapkan, adalah hal yang sangat Kinara rindukan.
Senyum Kinara merekah setelah melihat pesan gambar yang dikirimkan ibunya. Disana terlihat adiknya—Reyhan sedang membawa piala lengkap dengan sertifikatnya. Setelah Kinara men-zoom bagian sertifikat itu nampak keterangan kalau Reyhan mengikuti lomba MTQ dan dia dinobatkan sebagai juara kedua. Karena hal ini, senyum Kinara merekah kembali. Senyum bangga lebih tepatnya.
"Assalamu'alaikum, Nara?"
Kinara berjingkat akibat suara yang muncul tiba-tiba membuyarkan kegiatannya.
"Wa- wa'alaikumussalam warahmatullah, Kak Ardan."
"Eh, bikin kamu kaget ya?" ujar Ardan tak enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Cinta Tak Bernada [TAMAT]
Spiritual[Teenfiction - Spiritual] Mungkin cerita ini senada dengan hatimu yang sedang berusaha untuk ikhlas, menyeimbangi cinta yang fitrah dalam balutan diam penuh perjuangan. Aku lelah berurusan dengan cinta manusia. Namun, aku tetap menikmati senandun...