Bab 17 : Cinta Ardan (2)🌸

255 29 0
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ospek berakhir pada hari Rabu besok, Kinara dan Sabila pun bersorak kegirangan. Sejatinya sudah cukup menguras tenaga menjalankan ospek dua hari ini saja. Sabila, sudah dua kali dihukum karena melakukan kesalahan yang sepele. Dan Kinara, sudah dua kali melakukan kesalahan dan akhirnya pun diberi sanksi juga. Istirahat yang cukup setelah beraktifitas padat, sangat langka mereka dapatkan. Mungkin hanya tersisa waktu empat jam tidur saja di malam hari. Itupun kalau tugas ospek dikerjakan secara intensif.

"Nara, nanti bangunin aku jam tiga yah. Udah gak kuat, ngantuk," adu Sabila sambil sekuat tenaga menahan matanya agar tidak terpejam. Namun pada akhirnya pun menyerah juga.

"Okey, nanti aku bangunin. Sekalian buat alarm, buat jaga-jaga. Aku setelah ini mau tidur, udah gak kuat juga. Capek," balas Kinara.

Sabila mengangguk dan lekas menuju kamar mandi, mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat isya-nya yang sempat tertunda. Sebuah kesalahan memang, mementingkan urusan duniawi dibandingkan urusan akhirat. Kelirunya urusan dunia sanksinya mungkin hanya berhubungan dengan manusia juga dan kesalahan itu bisa diperbaiki. Sedangkan urusan akhirat? Amal saja masih simpang siur belum tentu diterima.

Kinara merapikan perlengkapan ospek yang tercecer sambil menunggu Sabila keluar dari kamar mandi. Karena dirinya pun belum menunaikan sholat isya. Penglihatan Kinara menoleh pada kalender yang terduduk di nakas samping tempat tidur. Besok adalah hari ulang tahun Sabila. Ya, genap delapan belas tahun umur Sabila.

"Nara, krannya gak aku matiin soalnya air bak mandinya hampir habis. Kamu lekas ke kamar mandi gih, keburu penuh nanti," ucap Sabila sambil melangkah ke tempat sajadahnya tergelar.

Kinara memandang Sabila sekilas dan mengangguk. Langkahnya mengalun ringan menuju kamar mandi.

Diberi kenyataan hidup yang lebih berat bukannya karena Allah tidak adil. Allah lebih tahu dulu karena ternyata hamba yang diuji itu lebih kuat dari yang lain. Semakin kesini, bukan kenyataan yang semakin mudah tapi hati yang semakin tangguh. Dan untuk semua ujian, pasti telah Allah beri ganjaran. Kaana wa'duhu maf'uulaa. Janji Allah pasti terlaksana (Q.S. Muzammil : 18). Ya, Kinara sangat percaya itu. Dirinya sudah pasrah jika nantinya, cinta yang diam-diam dia rahasiakan akan berujung nahas. Namun, itu semua tergantung dari hatinya yang menaruh harap ini lebih condong kepada siapa. Karena makhluk itu atau lebih kepada Allah?

Kinara melangkah dari arah pintu menuju samping tempat tidur. Langkahnya terhenti sejenak melihat Sabila yang telah meringkuk di tempat tidur.

Entah apakah nantinya takdir akan mempertemukanmu dengan Kak Ardan lagi, Sabila. Tapi yang harus kamu tahu, Kak Ardan ada disini. Kita terjebak lagi dalam cinta segitiga yang salah satu sisinya terlihat samar. Dan akulah sisi yang samar itu, batin Kinara sambil memandang nanar punggung Sabila yang membelakanginya.

🌱🌱🌱

Cahaya kamar masih remang-remang. Sabila menggeliat karena alarm yang dia setel telah berdering. Wajahnya mengernyit pelan sambil berusaha duduk, biasanya sebelum alarm berbunyi Kinara sudah bangun terlebih dahulu. Namun kali ini, kamar masih gelap.

Sabila berusaha bangun dan hendak menghidupkan lampu kamar. Sudah jam tiga, dirinya harus hendak bertahajud dan kembali menyelesaikan perlengkapan ospeknya.

"Barakallahu fi umrik, Sabila," ucap Kinara seiring lampu kamar yang menyala. Tangannya membawa cake berukuran kecil rasa caramel kesukaan Sabila.

Senandung Cinta Tak Bernada [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang