Bab 12 : Mencari Obat Luka🌼

297 33 6
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kinara, aku hari ini tidak masuk. Aku sakit. Kamu gak apa-apa 'kan berangkat sendiri?

Pesan singkat yang dikirim Sabila masih Kinara buka, belum dia balas. Setahunya, kemarin Sabila baik-baik saja. Memang sih, Sabila akhir-akhir ini banyak diam. Banyak mengacuhkan Ardan yang datang dengan sifat romantisnya seperti biasa. Apa Sabila ada masalah? Batin Kinara terus menerka-nerka.

Iya, aku gak apa-apa kok berangkat sendiri. Syafakillah, Sabila.

Kalau ada apa-apa kamu bisa cerita sama aku. Insyaa Allah, aku bisa membantu.

Kinara membalas pesan yang dikirimkan Sabila. Hatinya berbicara, kalau Sabila dalam masalah.

Kinara lantas memakai sepatunya, berangkat sekolah seperti dulu. Naik angkot atau berjalan kaki untuk sampai ke sekolah. Ah, mengulang rutinitasnya yang dulu membuatnya teringat dengan Ardan. Bagaimana dulu dia bisa dekat dengan Ardan sebelum Sabila datang. Kinara tidak menyalahi Sabila, karena bagaimanapun Sabila tidak tahu apa-apa. Hanya saja dirinya terlalu naif, menanggapi rasa yang seperti langit dan bumi ini.

"Bu, udah siap belum?" panggil Kinara dari luar rumah. Sedangkan ibunya masih berada di dalam bersama adiknya.

"Udah, ayo!" balasnya sambil berjalan tergopoh-gopoh hendak mengunci pintu.

Kinara menunggu sejenak, memberi waktu ibunya mengunci pintu rumah terlebih dahulu. Setelanya ketiganya berjalan beriringan bertiga seperti biasanya.

"Kinara hari ini naik angkot, Bu," adunya tanpa diminta.

"Loh, Sabila gak masuk?" tanya ibunya sedikit terkejut.

"Enggak. Dia lagi sakit katanya."

Anjani hanya bergumam paham. "Semoga Sabila lekas sembuh," lirihnya mendoakan kesembuhan Sabila.

Kinara mengangguk mengaminkan.

🌱🌱🌱

Kinara berjalan menuju kelasnya setelah melihat jam kalau waktu istirahat pertama hampir habis. Tak sengaja penglihatannya melihat Ardan yang terduduk dibangku depan ruang kelasnya. Wajahnya terlihat gelisah sekali. Sangat terlihat berbeda dari biasanya, menilik sebelumnya wajah itu paling berseri-seri beberapa bulan ini. Ya, Ardan terlihat bahagia sekali menyandang status sebagai pacar selebgram, teman Kinara sendiri.

Kinara memberanikan diri menyapa Ardan. Biarlah semua terlihat layaknya sedang baik-baik saja. Cinta dalam diam ini, harus tetap dalam fitrahnya.

"Kar Ardan?" sapa Kinara berlagak bingung.

Ardan tersentak dari lamunannya. "Eh, Nara," pekau Ardan yang terlihat sedikit kacau.

"Kak Ardan ngapain disini?" tanya Kinara to the point.

"Itu ... Sa- sabila," lirih Ardan yang terlihat sangat khawatir.

Jadi Sabila lagi yang membuat Kak Ardan berubah drastis begini? Berseri-berseri dan bersedih-sedih dalam waktu yang lumayan dekat. Sedalam itukah cinta Kak Ardan untuk Sabila? Bagaimana dengan cintaku yang besar tapi tak terlihat ini?

Senandung Cinta Tak Bernada [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang