بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Matahari belum muncul, ditambah suasana pagi yang sejuk menambah enggan sepasang kaki untuk melangkah. Namun, lagi-lagi sepasang sahabat itu tetap saja melangkahkan kaki menuju kampus. Karena hari ini adalah hari pertama mereka pengenalan kampus.
"Aku deg-degan, Nara," adu Sabila pada Kinara yang berjalan beriringan disampingnya. Jarak antara indekos dan kampus mereka tidak jauh, sengaja mencari indekos yang dekat agar tidak membuang-buang biaya lagi untuk berangkat setiap harinya.
"Iya aku juga sama. Tapi ya gimana lagi?" balas Kinara yang sama-sama gelisah. "Gak pa-pa, Sabila. Kita pasti bisa. Hanya tiga hari, yah tiga hari aja," sambung Kinara yang menyemangati Sabila dan dirinya sendiri.
"Hm, okey."
Langkah keduanya telah sampai di pintu masuk universitas. Calon mahasiswa lain juga sama-sama bersibuk dengan atribut ospeknya. Fyuh, memang ribet ospek ini.
"Dari beribu mahasiswa disini, aku gak siap untuk berkenalan. Meski agenda kita hari ini pengenalan," gumam Sabila yang terpaku disamping Kinara, menatap lalu lalang calon mahasiswa lain.
"Setuju ... tapi ... gak sepenuhnya setuju," respon Kinara.
"Kenapa begitu?" balas Sabila.
"Setujunya karena aku memang gak bisa dengan mudah berteman. Dan setengah gak setujunya lagi karena kita butuh relasi, Sabila. Gak harus selamanya anti sosial."
"Iya juga," balas Sabila dengan helaan panjang.
"Kamu percaya gak sih kalo nanti kita bakalan satu regu?" Kinara kembali berucap, meninggalkan topik yang dibahas sebelumnya.
"Enggak, gak percaya. Dari sekian ribu calon mahasiswa disini gak mungkin kalo kita seregu. Mustahil, kita liat aja," jawab Sabila dengan nada percaya dirinya.
Kinara tertawa kecil. Dirinya pun mengiyakan, sangat kecil peluangnya kalau dirinya dan Sabila akan satu kelompok. Dan mungkin hari ini, mereka akan dituntut berkenalan dengan orang baru. Ya, sebagai teman, bukan sahabat. Karena sabahat, hanya Sabila yang Kinara punya.
Perhatian! Seluruh calon mahasiswa baru diminta untuk lekas merapat ke lapangan utama. Melihat hasil pembagian regu yang telah kami bagi di layar.
"Kinara, Ayo! Kita liat. Aku udah gak sabar," ajak Sabila menarik tangan Kinara paksa. Sedikit berlari menuju lapangan yang telah dipasang layar lebar untuk menampilkan nama-nama beserta regunya.
Dari Kinara dan Sabila berhenti, menatap layar didepannya dengan jeli. Mencari nama mereka masing-masing.
"Tuh kan, gak seregu," cibir Sabila yang sudah merasa dongkol.
Diharap setelah melihat hasil pembagian regu, untuk segera berbaris sesuai urutan regunya. Dimulai dari arah kanan saya!
Anggota Badan Eksekutif Mahasiswa yang bertugas untuk menyukseskan acara ospek ini mulai memberi arahan. Bukan arahan, tapi lebih ke pemaksaan. Ya, kita lihat saja drama-drama ospek ini akan berjalan sepert apa. Pasti banyak teguran, kedisiplinan, tertib, dan rangkaian-rangkaian lain bak menempuh sekolah militer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Cinta Tak Bernada [TAMAT]
Spiritual[Teenfiction - Spiritual] Mungkin cerita ini senada dengan hatimu yang sedang berusaha untuk ikhlas, menyeimbangi cinta yang fitrah dalam balutan diam penuh perjuangan. Aku lelah berurusan dengan cinta manusia. Namun, aku tetap menikmati senandun...