Bab 28 : Pengikhlasan Terbesar🍂

238 26 7
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Saat yang mendebarkan itu akan terjadi hari ini. Tepat hari Jumat, bakda dzuhur, Ardan akan mengambil alih Sabila dari walinya. Semua orang ikut hadir nan berbahagia. Tak terkecuali Kinara, pengagum Ardan dalam diam. Sampai sekarang kekaguman itu masih tersimpan rapi, dan dari sekarang pula kekaguman itu harus lekas lenyap.

"Cantik, like a princess. Muslim queen named Sabila Putri," ucap Kinara memuji sahabatnya. Kini mereka berada di dalam kamar Sabila, bertatap langsung dengan cermin, tempat Sabila duduk selesai dirias.

Sabila tersenyum simpul, "Thank you, Nara."

Sabila melengkungkan bibir kembali, "Gak nyangka, ya, Ra. Ternyata Kak Ardan adalah takdirku. Sejauh apapun aku mencoba berbelok, ternyata jodoh tidak akan pernah salah jalan."

Iya, Bila. Tidak akan pernah salah jalan. Sejauh apapun juga aku mendoakan Kak Ardan untuk bisa aku dekap, jika takdirnya bukan ya bukan. Memang, di dunia ini ada hal yang manusia miliki tanpa harus dengan proses meraih. Seperti kamu dengan Ardan, Bila. Mungkin kita tidak tentang siapa yang mendoakan paling banyak, tapi takdir Ardan memang tertulis jelas untukmu.

"Nara? Kamu nglamun?"

"Eh. Iya? Apa?" Kinara lekas berpikir keras apa yang Sabila katakan terakhir kali.

"I-iya, Bila. Jodoh kan udah diatur dari kamu berada dalam kandungan mama kamu, mana bisa berbelok-belok lagi. Sudah ketetapan," balas Kinara memperjelas dua kata diakhir.

Ekspresi Sabila berubah.

"Jadi inget mama," wajah Sabila yang telah dirias bak putri dongeng berubah sendu.

Kinara menghela napas, "Tante Marita pasti ikut bahagia menyaksikan kamu menikah dengan Kak Ardan nanti. Trust me."

Sabila melebarkan senyum, "Makasih ya, Nara. Kamu selalu ada buat aku."

Kinara membalasnya dengan anggukan dan merangkul sayang Sabila dari belakang.

Samar-samar suara penghulu terdengar memulai prosesi akad. Jantung Sabila mulai berdegup kencang.

"Grogi ya?" goda Kinara sambil menunjuk wajah Sabila yang terlihat gelisah.

"Ih, Nara! Kamu nanti juga bakalan ngerasain kali!"

Mungkin bukan lagi grogi, tapi bahagia tingkat dewa. Banyak kupu-kupu yang bermetaforsis instan dalam perutku dan keluar berterbangan, berhamburan. Jika imam itu Kak Ardan ... Astaghfirullah! Dia sekarang akan resmi menjadi suami dari temanmu, Nara. Sahabatmu, Sabila.

"Everything will be alright, Bila. Tarik napas ... keluarkan. It's wonderful day in your life. Tenang ... tenang," ucap Kinara membohongi batinnya yang baru saja berkata jujur.

Saya terima nikah dan kawinnya Sabila Putri binti Daniel Nugroho dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.

Saksi?

Sah! Sah ...

"Alhamdulillah," lirih Sabila yang samar-samar ikut menyimak acara akad. Sesuatu yang sempat membuatnya gelisah, perlahan terasa ringan karena bahagia yang menyeruak.

Getaran aneh tak mengenakkan mengalir sesaat dalam tubuh Kinara. Tidak dapat dipungkiri, perpaduan cinta dalam diam dan cinta bertepuk sebelah tangan itu tak mudah untuk segera diikhlaskan, dilepaskan.

Seiring kata 'sah' terucap dari mulut mereka yang berbahagia itu, Kinara telah berjanji pada dirinya sendiri kalau semua ini harus segera dia akhiri. Harus berakhir, dipaksa.

Senandung Cinta Tak Bernada [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang