بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Mobil hitam yang hari lalu biasa Kinara tumpangi telah kembali menjemput hari ini. Tentu beserta pemiliknya yang kembali ke sekolah.
Mobil hitam itu telah berhenti. Namun, kaca mobil itu tak terbuka seperti biasanya. Lantas si pemilik mempersilakan masuk, tapi kali ini tidak. Kinara masih tergeming ditempat. Tak ada kuasa untuk mendekati mobil itu.
Perlahan pintu mobil terbuka, menampilkan seseorang yang hendak keluar dari sana.
Kinara melebarkan matanya bercampur kaget. Setelan seragam yang dipakai Sabila tampak berbeda dari biasanya. Alangkah terkejutnya ketika dirinya melihat penuh wajah yang dua hari lalu tidak masuk sekolah. Wajah cantik itu, terbalut hijab. Ya, lengkap dengan atasan dan bawahan rok yang panjang seperti dirinya.
Tubuh itu perlahan menabrak Kinara, memeluk dengan erat.
"A-apa yang sebenarnya terjadi, Sabila?" gagap Kinara yang mendapatkan perlakuan mendadak. Tubuhnya didekap dengan kuat. Dan, Kinara perlahan mendengar isakan.
Sabila menggeleng lemah dalam pelukan.
Kinara menarik napas, tangannya terulur mengelus pelan punggung Sabila agar kembali tenang. Dalam hatinya pun, Kinara tak lupa mengucap syukur, perubahan besar terjadi pada sahabatnya. Ya, Sabila telah menutup auratnya, memenuhi kewajiban sebagai seorang perempuan.
Tangan yang semula mengikat dengan erat, perlahan mengendur. Sabila hendak berdiri tegak mengurai pelukannya. Kinara pun tersenyum menyambut wajah Sabila yang bangun dari tubuhnya. Bertambah cantik, itu yang Kinara simpulkan setelah melihat Sabila berhijab.
"Kalo aku curhat sekarang, bakal keburu gak ya sampai ke sekolah?" ujar Sabila sambil membersihkan sisa air matanya. Cara berbicaranya pun berkhas merajuk tapi hanya sebatas gurauan. Kinara sudah paham betul sikap Sabila yang selalu ceria dan over ketika bergaul dengannya.
"Atau kita bolos aja?" timpal Kinara yang meladeni gurauan Sabila.
Sabila tertawa renyah disela-sela kegiatannya. Benar, curahan hatinya nanti pasti sepanjang sungai gletser, dimana akan terus mengalir jika es tidak ada henti-hentinya mencair.
Kinara pun ikut tertawa mendengar leluconnya sendiri. Kinara lantas teringat sesuatu, "Kamu udah beneran sembuh?" tanyanya. Pasalnya, Sabila sama sekali tak memberitahu sakit jenis apa yang dideritanya.
"Iya, udah."
"Sakit apa sih?" Suasana berubah seperti semula karena pertanyaan serius dari Kinara.
"Gak sakit macem-macem kok. Cuma sakit karena lagi ditegur aja," jawab Sabila dengan senyum diakhir.
Kinara bersiap akan menyahut tapi telah dipotong dulu dengan Sabila. "Ayo, berangkat yuk! Udah jam setengah tujuh lewat lima menit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Cinta Tak Bernada [TAMAT]
Spiritual[Teenfiction - Spiritual] Mungkin cerita ini senada dengan hatimu yang sedang berusaha untuk ikhlas, menyeimbangi cinta yang fitrah dalam balutan diam penuh perjuangan. Aku lelah berurusan dengan cinta manusia. Namun, aku tetap menikmati senandun...