Kejadian siang hari itu, mengubah segalanya.
Sepulang dari kantor Ethan, suasana hati Zee tidak terkontrol. Raut wajahnya menunjukkan kepanikan dan ketakutan.
Dan hal itu berlangsung hingga malam menjelang. Suasana hatinya yang buruk tersebut terus saja berlanjut. Alih-alih berangsur baik karena Zee mencoba berpikir positif akan apa yang terjadi siang tadi, namun hasilnya tetap saja berakhir buruk.
Mungkin, kali ini Zee dapat mengendalikan diri, tetapi tidak dengan perasaanya yang tak berubah sedikitpun sejak kepulangannya itu.
Kegelisahannya begitu besar, tak kalah besar dengan rasa takutnya. Jujur saja ini pertama kalinya bagi Zee merasakan kegelisahan dan ketakutan, setelah dua tahun menjalani hidup tenang.
Zee kembali merasa bahwa Tuhan tidak berpihak padanya lagi. Sebab di saat dia benar-benar ingin menjalani kehidupan barunya yang terikat oleh pernikahannya, mengapa Tuhan harus membuatnya menghadapi sebuah hal yang terlalu cepat untuk hadir.
Keberanian Zee untuk menghadapi hal yang terlalu cepat untuk di hadir ini belum sepenuhnya matang. Ia masih membutuhkan waktu. Dan itu cukup lama.
Tetapi ia bisa apa sekarang? Semuanya sudah terjadi. Ia tak bisa apa-apa, tidak jalan lain selain menghadapdi semuanya.
Tuhan tidak lagi memberikan waktu untuknya.
Jadi, dengan terpaksa Zee akan menjalaninya. Menghadapi apapun yang nantinya sudah jelas akan melukai hatinya. Membuka luka yang ia coba untuk tutupi.
Sepertinya dia memang tidak pantas menerima kebahagiaan dalam waktu lama di kehidupannya.
"Kepala pelayan bilang, kau tidak turun untuk makan malam, Zee.."
Zee yang tengah berdiri menghadap jendela yang menampilkan langit malam bertabur bintang di luar sana sontak menggerakkan tubuhnya tatkala mendengar suara yang sangat di kenali dirinya.
"Kau sudah pulang?" tanya Zee tanpa menggubris perkataan dari suaminya.
Bukan tidak mendengar. Tetapi Zee memang sengaja mengabaikan perkataan Ethan. Dia tidak ingin membahas hal yang nantinya akan membuat ia sakit hati ketika membicarakannya.
"Ya, seperti yang kau lihat," jawab Ethan sebelum pria itu menghela napas panjang.
"Dan apa yang kau lakukan disana?"
Zee berdeham, sebelum ia mengedikan bahunya. "Hanya melihat pemandangan malam hari." jawabnya santai.
"Tapi jangan sampai melewatkan jam makanmu juga." balas Ethan.
Jelas sekali jika pria itu terlihat kekeuh untuk mendapatkan sebuah jawaban.
Dan jika sudah seperti itu, Zee tidak bisa untuk mengabaikannya lagi.
Mengangguk pelan, Zee berkata. "Ya, itu benar."
"Kenapa?" tanya Ethan sambil melepaskan jas serta dasinya.
Zee bergegas mendekati Ethan, lalu mengambil alih jas serta dasi yang baru saja di lepas.
Ada banyak yang aku pikirkan Ethan! Aku tidak bisa tetap bersikap seolah-olah semuanya baik-baik saja ketika aku melihat sesuatu yang nantinya akan menjadi sebuah masalah dalam hidupku, atau mungkin hidupmu juga.
"Aku menunggumu," gumam Zee tanpa mengarahkan tatapanya pada Ethan. Sebab, apa yang di ucapkannya adalah kebohongan.
Ingin sekali Zee mengatakan isi hatinya, tetapi ia rasa bahwa ini bukanlah waktunya.
Sembari membuka kancing kemejanya, Ethan berkata. "Baiklah, setelah selesai mandi kita makan malam."
"Kau tidak masalah untuk menunggu beberapa menit?" Ethan kembali membuka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever And Always
RomanceJordan Mandel berada dalam masalah besar. Penyesalan yang menyerangnya setelah menyadari betapa pentingnya Zee hancher dalam hidupnya membuat pria itu menjadi kacau. Kekacauan yang menghadirkan keinginan kuat untuk kembali menarik Zee dalam kehidupa...