"Bangunlah tuan pejuang cinta."
Paulna terkekeh melihat Jordan yang mulai merasa tidurnya terusik oleh perbuatannya yang terus saja menggoyang-goyangkan lengan pria itu setelah sebelumnya membuka lebar-lebar gorden kamar miliknya hingga sinar matahari dapat masuk dengan leluasa dan menyinari kamar Jordan yang kelabu tanpa sungkan.
Ah maaf telah mengatakan kamar Jordan kelabu, tetapi itu suatu kebenarannya jika melihat-lihat isi kamar pria itu yang sangat sederhana dengan dinding kamar bewarna abu-abu.
"Ayolah Jordan... kau tidak mau mengecewakan aku yang sudah membuatkan sarapan untukmu kan?"
Jordan mengerang tidak lama setelahnya kelopak mata itu terbuka menampilkan mata hitam yang sayu namun menyorotkan sinar kekesalan. Dan Paulna tahu mengapa Jordan memerlihatkan tatapan tersebut.
Paulna tersenyum, "Kau pasti bermimpi indah sampai-sampai tertidur lama," kata Paulna dengan tampang polos seakan-akan perbuatannya yang mengganggu tidur Jordan bukanlah suatu perbuatan menyebalkan.
"Aku masih mengantuk," ucap Jordan terdengar seperti keluhan.
"Ah sepertinya kau benar-benar bermimpi indah," sahut Paulna menjengkelkan. "Hari ini begitu cerah bukan?"
Jordan memutar bola matanya, "Paulna---"
"Lebih baik kau segera membasuh muka setelah itu kita sarapan bersama," Paulna menggeleng seolah ia menyadari sesuatu. "Sepertinya tidak bisa lagi disebut sarapan mengingat sekarang jam sebelas."
Jordan melirik jam yang ada di atas nakas lalu mendengus tak perduli.
"Tidak bisakah kau memberiku waktu lima belas menit untuk melanjutkan tidurku sementara kau bisa makan bersama Wesley." ujar Jordan mencoba peruntungan.
Paulna menggeleng, "Tidak bisa dan berhentilah merengek," katanya tegas membuat Jordan melengos dan membiarkan tubuhnya di tarik Paulna sebelum kemudian di dorong-dorong ke arah kamar mandi.
"Sikat gigimu aku akan menunggu di ruang makan. Tapi sebelum itu aku harus membangunkan Wesley terlebih dahulu. Oh Tuhan, mengapa para lelaki ini suka sekali tidur."
Jordan tersenyum kecil dan belum sempat ia membalas perkataan Paulna, gadis itu lebih dulu bertindak dengan meninggalkannya sendirian di kamarnya.
Suara pintu yang terbuka lalu kembali tertutup menjadi tanda bahwa Paulna sudah tidak ada lagi di kamarnya.
Jordan membatu di tempatnya berdiri dengan sudut bibir sedikit terangkat.
Paulna.
Jordan tidak menyangka bahwa pertemuannya dengan gadis itu di taman beberapa waktu lalu akan berakhir seperti sekarang ini. Entah bagaimana bisa Jordan dengan begitu mudahnya memberikan kepercayaan pada Paulna untuk mengetahui masalalunya bahkan kehidupan pribadi Jordan yang tidak banyak orang tahu selain Wesley, Sergio karena mereka adalah orang-orangterdekat Jordan selama ini sebelum ia bertemu dengan wanita itu.
Wanita yang sangat mencintainya pada masa itu dan ia harap cinta itu tetap ada dan bertahan. Jikapun tidak, Jordan yang akan mempetahankannya dengan berbagai cara yang sudah ia susun. Dari yang mulai manis romantis bahkan berbahaya. Semua sudah di rencanakan, Jordan tinggal menjalankannya. Tetapi ia tidak akan terburu-buru, seperti kata Paulna segala sesuatu harus ada perkiraan jika tidak maka apa yang sudah di rencanakan tidak membuahkan hasil.
Sebentar lagi.
Jordan hanya perlu sabar sedikit lagi.
Dan Jordan sendiri merasa bahwa pertemuannya dengan Paulna bukan sekedar kebetulan melainkan rencana Tuhan untuknya. Untuk keberhasilan dalam mencapai harapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever And Always
RomanceJordan Mandel berada dalam masalah besar. Penyesalan yang menyerangnya setelah menyadari betapa pentingnya Zee hancher dalam hidupnya membuat pria itu menjadi kacau. Kekacauan yang menghadirkan keinginan kuat untuk kembali menarik Zee dalam kehidupa...