Aku terkikik sendiri melihat postingan foto pemilik akun AzkaAr. Ini pertama kalinya aku menjelajahi Instagram menggunakan ponsel Ayu. Ini pun akun Ayu, bukan akun-ku. Karena aku sama sekali tak punya satu akun sosmed manapun.
"Liatin apa sih, sampe-sampe tuh mulut nyengir mulu," Ayu menggeser duduknya seperti ingin melihat. Segera aku kembalikan pada halaman awal.
Ayu menaikkan alisnya, "oh, kamu lihat postingan NataWardah. Kamu pengen ya kaya mereka, hayoo." Ayu mengespresikan wajah jahil. Sebisa mungkin aku memasang wajah gugup, lalu aku melirik sebentar pada postingan yang dimaksud. Oh, ya ampun!
Seketika aku mendekatkan layar ponsel itu pada wajahku. Bagaimana tidak, foto itu sangat romantis. Sepasang insan yang saling bertatapan di atas tanah gunung yang mereka pijaki. Dihiasi dengan indahnya kawah yang mengelilingi. Membuat bibirku berkedut ingin tersenyum.
"Gak usah sampe deket banget kali liatnya. Aku cepat-cepat deh suruh supaya kamu seperti mereka." Ayu terkikik pada akhirnya.
Aku bingung sendiri karena ada kalimat Ayu yang tidak ku mengerti, segera ku sodorkan ponsel padanya. Lalu aku mengungkapkan kebingunganku lewat ponselku.
Ponsel; aku tidak mengerti apa yang kamu katakan, Yu.
Ayu malah tertawa lalu berdecak, "ck, kepo amat nih.., tunggu aja ya. Nanti juga kamu tahu. Bersabarlah."
Aku mendesah pelan, Ayu ini orang yang membuatku kepo setengah mati. Bagaimana tidak, dia ini selalu mengatakan kalimat yang ambigu sehingga membuat rasa ingin tahuku bangkit. Apalagi kata-katanya yang seperti tahu bagaimana nanti aku ke depannya. Benar kata Ayu, aku hanya perlu bersabar.
"Udah gak usah sampe bengong sampe tuh keningnya mengerut gitu." Perlahan aku mulai mengetahui sifat Ayu, salah satunya menyebalkan. Aku berpura-pura meliriknya sinis yang ditanggapi oleh wajah polosnya.
Aku menghabiskan sisa minumanku yang diberi oleh Ayu, lidahku terasa menginginkannya lagi dan lagi. Ini minuman terenak yang pernah ku minum, sudah pasti. Karena bermerk.
Ku alihkan padanganku pada Ayu yang memanggi. "Hari ini kamu main ke rumahku, ya?" Pintanya dengan wajah memohon.
Segera ku tegakkan badanku lalu mengetik.
Ponsel; kamu kan tahu aku bekerja sehabis kuliah
Ayu tampak berpikir lalu senyum lebarpun ia tunjukkan, "aku minta izin sama Kak Azka. Pasti diizinin deh, sebentar ya aku chat dulu."
Mendengar nama Azka membuatku sedih tiba-tiba. Merenungi sikap Azka padaku akhir-akhir ini, dingin dan acuh padaku. Lantas akupun berusaha mencari-cari dimana letak kesalahanku padanya. Selama ini aku jarang sekali berinteraksi dengannya. Itupun hanya sekedar tersenyum saja. Lamunanku buyar saat Ayu mengguncang bahuku.
Ku kerjapkan mataku dan tersenyum sungkan padanya, Ayu hanya geleng-geleng kepala saja. "Aini, kenapa sih akhir-akhir ini kamu selalu ngelamun gitu? Berbagi sama aku, In Syaa Allah aku akan jaga dan akan memberi sepatah dua patah kata jika aku bisa. Tapi yang pasti aku akan selalu mendengarkan semua keluh kesahmu."
Ayu tersenyum kalem dan aku melihat sinar ketulusan dari matanya. Walau sudah dekat tapi aku masih tak ingin untuk bercerita apapun pada Ayu. Apalagi mengenai Azka yang notabenenya teman kakak Ayu yang sudah pasti dekat dengannya. Aku pun hanya bisa tersenyum saja dan Ayu mengerti itu.
Seperkian detik raut wajahnya berbinar saat melihat layar ponsel, "Aini. Alhamdulillah Kak Azka mengizinkan."
Aku pun turut senang, ku pikir ini awal yang baik agar aku terbiasa dengan Ayu. Dan mengetahui lebih dalam tentangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Di Ujung Mentari
General FictionAmazing cover by: Arsani0297 Dia mengatakan padaku dengan sangat tegas "Saya tidak akan pernah membuat satu lubang sekecil apapun untuk merusak hatimu." Aku hanya tersenyum. Aku si wanita yang berbeda dari wanita lain, maukah kamu tahu tentangku? La...