LDUM-35

2.1K 150 32
                                    

Maaf ada kata- kata kasar di part ini 🙏

Oke, deh, langsung cuss 🚀

Happy reading 😘

W A R N I N G ⚠

⬇⬇⬇

"Gue pergi dulu, lo jaga rumah! Jangan tidur! Tunggu gue pulang!"

Setelah kepergian mbak Nesya yang entah kemana, aku duduk kembali menonton TV. Aku rasa tidak ada gunanya aku menghidupkan TV ketika fokusku tidak pada benda itu. Jadilah aku mematikan TV. Kini hanya kesunyian yang ada.

Aku berbaring di sofa, menatap kosong TV yang berlayarkan hitam. Pikiranku terus mengulang pengakuan Azka kala di dapur.

Aku terus berkata dalam hati. Bagaimana bisa? Apa ini mimpi?

Perkataan Azka yang sukses membuat tubuhku kaku saat itu juga, dan otakku blank.

"Tidak mungkin saya hidup sendiri tanpa pendamping, sementara Allah telah berfirman bahwa manusia diciptakan berpasang-pasangan. Saya harus bangkit, tentu tidak mudah bagi saya melupakan Nabila, cinta pertama saya. Nabila akan selalu ada di hati saya sampai kapanpun. Namun kembali ke perkataan awal saya. Saya butuh figur pendamping, yaitu seorang istri. Dan saya rasa ... saya sudah menemukan atensinya. Yaitu ... Ayu, adik dari Rafka. Bagaimana menurut kamu?"

Aku tertawa lirih seraya tanganku menghapus lagi air mata yang tiba-tiba keluar. Bagaimana bisa Azka berkata seperti itu padaku? Apakah dia tidak tahu hatiku sakit sekali saat mendengar ucapannya?

Azka benar-benar menunjukkan bahwa memang tidak ada kesempatan sekecil apapun bagi gadis bisu sepertiku untuk memasuki hatinya.

Ya, Azka pasti tidak akan mau menghabiskan seluruh hidupnya dengan aku, si gadis bisu.

Lagi-lagi kenyataan membuatku sadar.

Kenapa harus Ayu?

Pertanyaan bodoh Aini! Siapa yang tidak akan menyukai gadis Ayu itu seperti namanya? Kurasa Azka pun sudah tahu mengenai Ayu karena memang mereka sudah lama saling kenal.

Memikirkan ini membuat kepalaku pening. Aku tidak boleh memikirkannya lagi, terserah pria itu ingin melabuhkan hatinya pada siapa. Itu bukan urusanku. Biarlah... yang terpentung aku selalu mendoakan untuk kebahagiannya.

Aku bangun, berniat ingin pergi ke kamar, namun langkahku terhenti. Karena setiap aku melihat pintu kamar di lantai 2 yang dilarang mbak Nesya untuk aku melihatnya, membuatku selalu penasaran. Sebenarnya apa isi di kamar itu?

Saat ini aku benar-benar penasaran. Sangat! Aku ingin mengetahuinya. Entahlah... seakan-akan aku ada kaitannya dalam isi pintu itu.

Ternyata rasa penasaranku membuat diriku kini sudah berada di depan pintu kamar lantai 2. Aku bimbang, apakah aku harus masuk?

Aku tidak bisa menahannya lagi karena pintu tidak dikunci. Kuraba mencari saklar, lalu aku menekannya, dan...

Terpampanglah benda-benda yang berkaitan dengan bayi. Tempat tidur bayi, tumpukan baju bayi, sepatu bayi dan lainnya.

Aku bertanya-tanya... milik siapakah ini?

Jadi, yang selama mbak Nesya sembunyikan adalah benda-benda ini?

Luka Di Ujung MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang