Stay on TVRI guys😉
Tetap #dirumahAja jangan berpegian jika memang tidak penting. Mari jaga satu sama lain!***
Jika bertanya hal apa yang paling menyebalkan selama hidup seseorang, dengan menggebu-gebu aku akan menjawab; di saat seorang pria mengaku sebagai kekasihku... terlebih ini dihadapan banyak orang dan... Azka juga Rafka.
"Pa-pacar?" Aku menggeleng kuat menatap penuh pada Rafka yang di mataku sangat terkejut setelah mendengar perkataan Naufal.
"Apa ini Aini? Bukannya lelaki yang kau cintai adalah saya?" Ya Rabb... kenapa situasinya menjadi bertambah memusingkan.
"Hah?! Hey Om kemeja licin! Aini itu pacar saya! Jadi dia cintanya sama saya! Aini sayang yang aku bilang benerkan?"
Isi pikiranku seakan dipenuhi dengan hal yang akan terjadi. Hal buruk. Aku mengatakan seperti ini karena sekarang seluruh pasang mata tertuju pada keributan yang membuat sebagian memandangku seolah mengatakan; mana mungkin cinta seorang gadis bisu akan diterima oleh lelaki sempurna seperti Azka.
"Dia diam berarti iya! Jadi Om kemeja licin sama Om aspal udah paham bahwa memang Aini pacar saya dan Aini mencintai saya!"
"Om aspal kamu bilang? Nama saya Rafka."
"Wajah Om yang menggambarkan aspal. Lurus dan datar."
"Aini ayo kita pergi!" Naufal ini! Dia bilang mencintaiku tapi mengapa dia menarikku kuat sekali sampai-sampai aku hampir tersungkur jika Azka tak menahan pundakku.
Kejadian itu saat tangan Azka menyentuh pumdakku, membuat ritme jantungku berdetak sangat cepat.
Dan aku tahu artinya... aku masih mencintai pria itu.
"Ya ampun... maaf beib, maaf." Aku mundur saat Naufal akan menyentuh pipiku.
"Kamu itu laki-laki! Bisa gentle tidak sih?! Perempuan harus diperlakukan dengan lembut! Aini kamu tidak apa-apa?" Ini benar Azka menanyakan keadaanku? Bukankah Azka membenciku? Ah... Aini wajar saja, aku kan pegawainya dan dia bosnya. Jadi ini hanya sebagai formalitas saja antara bos dan bawahan.
Jangan baper! Azka membencimu!
"Sekarang mending kamu keluar! Saya tidak mau ada keributan lagi di kafe ini!"
"Gue gak akan keluar kalau gak sama Aini!" Ya Allah, Naufal ini benar-benar! Sebelum terjadi keributan yang lebih panjang lagi, aku buru-buru meraba saku untuk mengambil ponsel jadul. Tapi tak ada dan ya! Aku baru ingat ponsel jadulku ada di dalam tas lusuhku bersama buku dan pulpen. Tidak ada make-up, minyak wangi atau seperti isi tas wanita pada umumnya.
Tidak ada cara lain. Aku langsung menarik lengan kaos tanpa menyentuh kulitnya untuk beranjak keluar. Dapat kulihat sebelum menariknya, Naufal memeletkan lidah entah pada siapa. Aku hanya mendengus kecil saja.
Sesampainya di luar lebih tepatnya parkiran dan lebih jelasnya lagi di samping mobil Naufal, aku segera melepas cekalan pada lengan kaosnya. Aku sangat pusing sampai aku memijit keningku sendiri, mengabaikan Naufal yang sedang tersenyum seperti anak perawan yang akan dinikahi.
Aku lupa... sekarang bagaimana caranya mengusir Naufal sedangkan ponsel dan memo yang biasa kubawa tidak ada. Ingin memakai gerak tangan pasti Naufal tidak mengerti, jelas saja mana mau dia memahami hal yang menurutnya buang-buang waktu.
Di saat aku sedang berpikir keras, Naufal menyatakan hal yang membuatku tercengang.
"Gue bisa ngerti kok bahasa isyarat. Gue dalam 2 hari udah pelajarin itu. Demi lo dan demi gue juga supaya gue gak kaya orang bego yang gak ngerti apa maksud lo. Sedangkan gue pengen memahami apapun itu yang bersangkutan dengan lo, Ai."
![](https://img.wattpad.com/cover/183996055-288-k956085.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Di Ujung Mentari
General FictionAmazing cover by: Arsani0297 Dia mengatakan padaku dengan sangat tegas "Saya tidak akan pernah membuat satu lubang sekecil apapun untuk merusak hatimu." Aku hanya tersenyum. Aku si wanita yang berbeda dari wanita lain, maukah kamu tahu tentangku? La...