LDUM-30

1.6K 145 29
                                    

Alhamdulillah bisa up di sela-sela kesibukanku, hihi.

Cuslah happy reading😘

⬇⬇⬇

Aku menghela lelah pria yang sedang memperhatikan setiap sudut di rumah mbak Nesya. Entah kenapa hari ini aku dibuat lelah oleh waktu.

"Hum, lumayan nih rumah. Ini rumah punya lo, Ai?"

"Lo tinggal sendiri?"

Aku mengusap dada sebelum mendekati Naufal, pria yang mengetuk rumah pada jam 10 malam. 10 malam! Dan darimana dia tahu alamat rumah yang kutinggali?

Rencanaku setelah melipat pakaian ingin segera merebahkan tubuhku yang lelah ini. Ingin mengistirahatkan saraf-saraf yang tegang karena permasalahan hari ini. Tapi, itu semua tidak terjalan karena sosok pria yang kini tengah tersenyum sok tampan padaku.

Yah, walaupun kuakui dia memang tampan.

Kenapa kamu bisa tau aku di sini? Darimana kamu tau?

Menyebalkan sekali melihat dia menyeringai seperti itu.

"Sebagai calon gue harus tau dong tentang lo. Mulai dari di mana rumah lo, hobi lo, makanan kesukaan lo, nama orang tua lo, pokoknya yang mengenai diri lo. Dan lo gak perlu tau kenapa gue bisa tau tempat tinggal lo di mana, karena cowok sejati gak akan tinggal diam untuk tau segalanya tentang cewek yang disukainya."

Boleh tidak sih aku menjitak kepalanya ini? Cewek yang disukai katanya?

Naufal kamu pasti capek kan? Mending sana pulang ya. Aku juga capek banget, mau istirahat. Kamu siapin aja dulu rencanamu itu buat besok.

"Rencana apaan? Lo jangan suudzon ke gue, Ai. Lo masih ngira gue mainin lo? Sakit hati gue."

Ya ya ya apa katamu saja.

Terus kamu ke sini mau ngapain? Gak mungkin kan kamu mau nemuin aku tanpa maksud

"Mau wawancara elo. Ayok duduk sini."

Serasa dia pemilik rumah, menepuk sisinya agar aku duduk didekatnya. Dengan penuh kesabaran aku duduk, tapi tidak di sisinya.

"Eh sini samping gue. Masa Ratu duduknya jauh dari sang Raja, sih?"

Aku menatap jengah pada Naufal, tapi Naufal hanya cengengesan tidak jelas. Allah... berilah kesabaran untukku menghadapi lelaki ini.

Naufal kali ini kamu harus serius. Jadi, ada maksud apa kamu ke sini?

"Kali ini gue gak serius banget sih. Nanti seriusnya kalau gue ke sini dateng sama nyokap dan bokap gue. Gue ke sini ... karena ada--"

"Eh, siapa lo?"

Mbak Nesya tiba-tiba saja hadir dan kini duduk di sampingku, matanya memicing ke Naufal. Syukurlah ada mbak Nesya, jadi aku tidak lagi duduk berduaan dengan Naufal.

"Lo yang waktu itu di kafe ngaku-ngaku pacar si bisu, ya?"

"Sebenernys bukan pacar. Tapi calon hehe."

"Lo suka sama dia? Dari tampangnya lo anak orang kaya, terus muka-muka playboy," sarkas mbak Nesya.

"Waduhh apa hubungannya kalau gue anak orang kaya? Ahh Mbak ini bilang aja kalau muka gue tampan pake banget, gak usah dikiaskan pake kata playboy gitu. Karena setiap cowok playboy pasti ganteng. Iya kan Ai?"

"Omongan lo buaya banget! Mau ngapain lo ke sini? Malem-malem lagi! Coba kalau gue gak keluar dan biarin Aini sendirian, udah lo apa-apain nih anak!"

Mbak Nesya ucapannya... walaupun Naufal memang tipe-tipe bad boy, tapi aku yakin Naufal tidak akan berani untuk melakukan hal itu. Tapi... Allah, aku lupa! Dia kan sudah berani menyentuh keningku dengan bibirnya. Munkim aku harus sedikit menyetujui ucapan mbak BmNesya.

Luka Di Ujung MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang