Aku diajak Mbak Nesya ke suatu tempat. Rahasia katanya. Setelah kejadian itu Bang Agis dan Mbak Nesya tak henti-hentinya menghiburku. Bang Agis sempat menawarkan untuk mengantarku pulang. Namun aku menolak dengan alasan ada Mbak Nesya, dan Bang Agis mengerti.
Mbak Nesya menghentikan motor di parkiran toko mainan. Aku menunggu di kursi yang tersedia atas perintah Mbak Nesya. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya keluar dengan dua kantong plastik besar.
"Lo bawa ini ya. Biar yang kecilnya di depan," aku menghela napas karena Mbak Nesya kembali seperti semula. Menyentak dan lo-gue.
Motor melaju kembali sampai berhenti di Rumah Kecil Harapan Bangsa. Maa Syaa Allah. Ini panti asuhan ternyata, ku ikuti langkah dan berhenti ketika ada yang menyambut.
Wajah wanita paruh baya itu berseri-seri kala Mbak Nesya datang, "hay Nesya." Ibu itu memeluk erat Mbak Nesya, aku terenyuh melihatnya. Sepertinya mereka telah kenal lama.
Ibu itu tersenyum padaku setelah memeluk, "dia siapa Nesya?"
"Aini Bunda," Mbak Nesya menatapku. "Aini, ini Bunda Anneth." Aku tersenyum dan menyalimi tangannya, aku meneliti lagi ternyata Bunda Anneth ini memiliki mata yang berwarna grey seperti Bangsa Eropa.
"Cantik sekali kamu. Kamu kerja bareng Nesya?" Aku mengangguk, "ayo masuk!"
Sesuai dengan nama panti ini, rumahnya memang kecil tapi entah mengapa aku merasa damai di sini. Aku belum melihat satu anak pun yang berkeliaran.
Ah, ternyata anak-anak sedang belajar bersama. Ku perkirakan ada sekitar tiga puluh anak di panti ini. Mereka pun beragam, ada yang berjilbab dan tidak. Aku merasa bingung sendiri, Bunda Anneth tak memakai jilbab, wajah dan namanya itu seperti bule.
"Hai adik-adik!" Mbak Nesya terlihat senang sekali saat menyapa mereka, pun sebaliknya. Terbukti langsung berhamburan masuk dalam pelukan Mbak Nesya.
Mereka tertawa bahagia, Allah. Aku damai melihat kebahagiaan terpancar dari wajah mereka. Mbak ternyata kamu baik sekali, semoga Allah membalasmu.
"Kita ke taman belakang yuk! Sore jadi gak panas." Anak-anak mengangguk dengan semangat. Sementara itu Bunda Anneth memegang tanganku dan mengajakku duduk.
"Bunda lihat kamu anaknya pendiam nih. Jangan malu-malu ya di sini, buat senyuman semanis mungkin agar kamu bisa merasakan kedamaian di panti asuhan ini. Coba senyum."
Aku tersenyum tulus, Bunda Anneth memegang tanganku lalu di usap dengan pelan. "Senyuman kamu indah sekali, terlihat tulus. Nama kamu hanya Aini saja?" Aku mengangguk dengan tak melepas senyuman.
"Mengapa kamu tak bersuara? Bunda ingin mendengarnya."
Bunda, aku bisu.
Ku ketik di ponsel; bunda, Aini bisu. Aini tak bisa berbicara layaknya seperti Bunda. Maaf karena Bunda tak bisa mendengar suara Aini.
Ku tunjukkan padanya. Aku menunggu, sampai tanganku yang menggantung diturunkan. Aku tersenyum saat Bunda Anneth menatapku.
Bunda jangan menangis.
Bunda Anneth menghapus air mata, lalu tersenyum padaku. "Bunda pernah melakukan kebohongan dan kesalahan terbesar. Bunda menemukan orang yang Bunda cinta, pun dia. Tak perlu waktu lama kami langsung mengucap janji di hadapan Tuhan kami, awal itu bagaikan surga dunia. Namun ketika satu tahun hidup bersama dia menanyakan mengapa belum diberi titipan, Bunda tahu bahwa Bunda tak bisa. Sampai akhirnya Bunda pasrah di periksa dan semua terbongkar.
... singkatnya, dia meninggalkan Bunda setelah itu dia datang dengan membawa wanita. Tanpa berbicara dia langsung memberikan surat gugatan, hati Bunda hancur. Apakah hanya karena Bunda tak seperti wanita lain dia sampai menceraikan Bunda. Setelah itu tak lama datang pria yang Bunda tahu dia adalah teman mantan suami Bunda. Dia tahu alasan perpisahan kami, dengan niat dan dengan penuh kesungguhan dia melamar Bunda. Dia bilang dia sudah mencintai Bunda sebelum Bunda bertemu dengan mantan suami. Bunda terima lamaran dia karena Bunda melihat ketulusan di matanya.
... pernikahan kami selalu bahagia, sampai akhirnya suami mengatakan ingin membangun panti asuhan. Dan jadilah panti asuhan ini, sebenarnya banyak anak-anak. Namun setelah mereka dewasa dan mempunyai pendidikan bagus mereka punya kehidupan masing-masing. Tapi mereka tak lupa dengan panti ini, selalu berkunjung."Oh, aku terharu mendengarnya. Dan aku dapat merasakan sakit yang luar biasa itu. Begitulah, orang hanya ingin yang sempurna tanpa berpikir bahwa tidak ada yang sempurna kecuali Sang Kuasa. Dan manusia terlalu keras untuk kesempurnaan dan tanpa sadar bahwa ketidaksempurnaan adalah kebahagiaan.
Allah Maha Adil. Di setiap kekurangan diri pasti juga ada kelebihan, tidak semua hidup itu selalu susah dan selalu senang. Seperti firman Allah; setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Dan seperti kata Raden Ajeng Kartini; habis gelap terbitlah terang.
Aku mendekat pada Bunda dan langsung memeluk, aku tak mau mengeluarkan air mataku. Bunda Anneth wanita yang kuat, aku kagum padamu, Bun.
Aku melepaskan pelukan, Bunda Anneth mengusap lembut pipiku. "Aini, Bunda tahu pasti kamu sangat sediiih sekali tak bisa berbicara. Namun Bunda sangat percaya kamu wanita kuat yang bisa menjalani ini semua, percayalah Tuhan akan selalu bersama orang-orang yang selalu ingat padanya."
Air mataku jatuh, sesak sekali dadaku. Oh Allah. Terimakasih karena masih ada orang yang menjunjung tinggi toleransi.
"Bunda yakin pasti kamu juga akan menemukan lelaki yang tulus mencintaimu. Itu pasti." Ucap Bunda dengan tersenyum keibuan padaku.
"Kamu tahu, Nesya termasuk anak panti ini," satu fakta lagi membuatku terkejut.
"Bunda bertemu dia saat mengunjungi makam orang tua Bunda. Saat itu Nesya sedang duduk bersimpuh di samping kuburan orang tuanya, dia sendirian. Bayangkan anak usia delapan tahun sudah ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya. Saat itu juga lah suami Bunda membangun panti."
Terlalu banyak kejutan di hari ini. Ya Allah begitu tak bisa ditebak skenario-Mu, tapi diri ini sungguh percaya skenario yang engkau ciptakan akan selalu berujung indah.
![](https://img.wattpad.com/cover/183996055-288-k956085.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Di Ujung Mentari
BeletrieAmazing cover by: Arsani0297 Dia mengatakan padaku dengan sangat tegas "Saya tidak akan pernah membuat satu lubang sekecil apapun untuk merusak hatimu." Aku hanya tersenyum. Aku si wanita yang berbeda dari wanita lain, maukah kamu tahu tentangku? La...