"Emma kamu mau kan menerima perjodohan ini?" tanya Andy yang tak lain adalah papa Emma.
"Emma nggak mau pa,Emma masih muda,masih anak SMA masa udah nikah."keluh Emma
"Papa mohon sama kamu,kamu harus menerima perjodohan ini ya.Papa pengen lihat kamu menikah sama anak sahabat papa,ini permintaan papa terakhir sebelum papa pergi untuk selama-lamanya."
"Papa ngomong apaan sih,,"ucap Emma kesal,"Pokoknya Emma gak mau menerima perjodohan ini pa." Emma masih bersikukuh atas pendiriannya.
"Papa mohon sama kamu Emma.Ini janji papa sama sahabat papa,apa kamu tega kalau papa sudah meninggal tapi arwahnya masih belum tenang,gara-gara belum bayar hutang."ucap papa kalem yang masih terbaring diatas brankar rumah sakit.
"PAPAAAA," teriak Emma kesal, "Papa jangan ngomong kayak gitu dong,emang papa hutang duitnya berapa banyak? Sini biar Emma yang bayar." ucap Emma sambil mengelus punggung tangan papanya yang tidak terpasang selang infusan.
Papa tertawa tanpa mengeluarkan suaranya, "Maksud papa bukan hutang uang sayang,tapi Janji. Kan janji itu seperti uang,jadi harus dibayar."ucap papa sambil tersenyum hangat menatap putrinya.
"Janji apa sih pa?"tanya Emma masih tidak mengerti.
Kini Ellyn mulai bersuara yang tadinya hanya menjadi pendengar setia Suami dan anaknya saja,"Sayang dulu waktu mama hamil kamu,papa itu ada janji sama Sahabat nya,namanya Pak Edy. Katanya kalau anak kita lahirnya cewek bakal dijodohin sama anaknya."ucap Ellyn sambil mengelus rambut putrinya.
"Tapi Emma gak mau ma."ucap Emma lesuh.
"Nggak mau kenapa?"tanya Ellyn hati-hati.
"Emma takut ma,pasti calon yang mau papa jodohin itu udah tua udah om-om."ucap Emma dengan mata berkaca-kacanya.
Andy dan Ellyn hanya tertawa saja mendengan penuturan putrinya yang ketakutan akan calonnya.
"Emma,anak sahabat papa itu masih muda,seumuran sama kamu,cuma beda berapa bulan aja."jawab papa menampilkan senyum simpulnya.
"Ganteng juga loh orangnya."sambung mama menggoda.
Emma hanya diam saja menatap kedua orang tuannya, pikirannya mulai kacau.
"Kamu pikirkan baik-baik Emma."ucap papa tegas.
"Sayang,apa kamu tidak kasihan sama papa kamu yang lagi sakit?"tanya Mama.
Emma berdiri dari kursi stainlessnya,"Emma mau pulang."ucap Emma datar dan melenggang keluar dari kamar rumah sakit.
"SAYANG..." teriak Ellyn yang mau mengejar putrinya tapi tertahan oleh tangan suaminya.
"Sudah biarkan saja ma."ucap Andy sambil tersenyum.
Emma berlari di lorong rumah sakit sambil menyeka air matanya yang terus mengalir dipipinya.Ia terus saja berlari tanpa memperdulikan banyak orang yang melihatnya.
Emma segera menyetop taksi yang lewat.Ia segera masuk kedalam mobil taksi dan mendudukkan bokongnya,"Pak Perum GRIYA ASRI 1."ucap Emma sambil sesenggukan.
Mobil taksi jalan sesuai perintah yang diperintahkan Emma.
30 menit sudah Emma menempuh perjalan menuju rumahnya.Ia segera membayar taksi yang ia tumpangi.
Emma berlari menuju gerbang rumahnya sambil terus menyeka air matanya yang terus mengalir tanpa henti-hentinya. Ia langsung saja membuka gerbang dengan sekali tarik dan menutupnya dengan sekali dorongan saja,sampai membuat bunyi yang sangat keras.
Emma terus berlari.Ia membuka pintu dengan sangat keras tanpa memperdulikan pintunya rusak karena ulahnya.
Ia menaiki tangga menuju kamarnya dengan menghentak-hentakkan kakinya.
Emma langsung berbaring di kasur queen size nya.
Emma menangis sejadi-jadinya.Barang-barang disekitarnya pun menjadi sasarannya.Ia terus menangis dan membanting-banting semua barang-barangnya.
Emma sungguh frustasi.Ia menjambak-jambak rambutnya sendiri.Keadaannya sungguh sangat kacau sekali.
"KENAPA HIDUP GUE JADI BEGINI." teriak Emma sambil menampar-nampar pipinya sendiri.
"Kenapa gue mesti dijodohin?"tanya Emma pada dirinya sendiri sambil menyeka air matanya.
"hiks..hiks..PAPA JAHATTT."teriak Emma sambil melempar selimutnya.
"PAPA...Aku punya pilihanku sendiri pa."ucap Emma meracau.
"ARRRGGHHHHHHH." teriak Emma frustasi sambil menjambak-jambak rambutnya.
Emma benar-benar menangis sejadi-jadinya. Ia sungguh tidak suka jika masa depannya sudah diatur apalagi orang tuanya sendiri.
Emma sudah mempunyai pilihannya sendiri tapi kenapa malah papanya malah menjodohkannya.
Sungguh Emma tidak siap dengan semuanya. Apalagi jika pacarnya tau kalau dirinya bakalan dijodohkan dan yang pasti bakalan menikah.
Emma menggeleng-gelengkan kepalanya,jangan sampe pacarnya tahu bisa berabe urusannya.
Emma terus menangis.Ia terus memukul-mukul kasur queen size nya.
"PAPA JAHAT." ucap Emma disela-sela tangisnya dan terus mengulang-ulangnya.
--oOo--
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahmud dan Pahmud
Random[ SLOW UPDATE ] Yang mau jadi sider mending follow aku dulu deh:) ❝Mungkin kita menikah hanya karena sebuah perjodohan yang tidak dilandasi cinta tapi percayalah 'cinta bisa hadir seiring berjalannya waktu dan juga karena kita terbiasa bersama'.❞ [W...