2.Nicolas Perez

5.3K 104 2
                                    

"Nico..." panggil Mila kepada putra sulungnya.

"Iya bun,ada apa?"tanya Nico tanpa menoleh sedikitpun kearah bundanya.

"Dipanggil ayah tuh,disuruh ke ruang kerja ayah."Ujar bunda sambil menunjuk ruangan kerja suaminya.

"Males bun,Ntar nunggu Azril kalah dulu main PS nya."ucap Nico yang masih asik mengotak-atik stick PSnya.

"Enak aja gue kalah,ada juga lo kali bang yang kalah."sungut Azril kesal.

Mila yang melihat anak-anaknya bertengkar segera melerainya. "Eh..eh..malah bertengkar,NICO UDAH SANA KAMU KE AYAH." ucap bunda penuh penekanan.

"Males bun."keluh Nico

"Oh..jadi males,yaudah bunda bilangin ke ayah suruh di jual aja PS nya." Ucap bunda yang sudah berdiri dari tempat duduknya.

"BUNDA...JANGAN..." teriak Nico dan Azril berbarengan.

Azril menyenggol-nyenggol lengan kakaknya,"Udah sana bang,nurut aja,dari pada PS kita yang jadi sasaran."bisik Azril.

Nico menghelah nafas panjangnya.Ia segera berdiri dan berjalan menuju ruang kerja ayahnya.

Nico membuka kenop pintu perlahan,ia menyembulkan kepalanya dipintu ruang kerja ayahnya. "Yah,ada apa manggil Nico?"tanya Nico yang masih berdiri di tengah pintu.

"Sini masuk dulu."ujar Edy menyuruh putra sulungnya.

Nico yang disuruh ayahnya masukpun,ia menurut saja.Ia segera mendekati ayahnya dan langsung mendudukkan bokongnya disofa ruang kerja ayahnya.

"Ada apa yah?"tanya Nico tanpa basa-basi.

"Nico,kamu mau kan ayah jodohin sama anak sahabat ayah?"tanya ayah balik.

"Iya jelas,nggak mau lah yah."jawab Nico lantang.

"Tapi ayah maunya kamu mau."ucap ayah tegas.

"Ayah maksudnya apa sih yah."ucap Nico menatap kesal ayahnya.

"Maksud ayah,kamu..ayah jodohin dengan anak sahabat ayah.Ayah tidak menerima penolakan pokoknya kamu harus terima perjodohan ini."

Nico menatap datar ayahnya.Ia sungguh kesal dengan perkataan ayahnya,masa dirinya tidak diperbolehkan menolak perjodohan ini.

"Nico,kamu harus terima perjodohan ini,karena ayah sudah berjanji dengan sahabat ayah."ucap ayah kalem sambil membenarkan letak kacamatanya yang sudah melorot.

Nico diam saja,tidak berniat menjawab perkataan ayahnya.Pikirannya sudah kacau hanya karena sebuah perjodohan gila ini.

Zaman sudah modern,kenapa masih ada aja yang namanya sebuah perjodohan.pikir Nico.

Nico berdiri dari sofa.Ia menatap datar ayahnya.Ia segera berjalan menuju pintu berniat keluar dari ruang kerja ayahnya, tapi sebelum membuka kenop pintu dirinya sudah dipanggil lagi oleh ayahnya.Ia tidak berniat menolehnya,ia hanya berdiri mendengarkan apa yang akan ayahnya katakan.

"Nico,ayah harap kamu mau menerima perjodohan ini."

Setelah ayahnya mengucapkan itu,Nico langsung membanting daun pintu dengan sangat keras.Hingga membuat ayahnya berjengit kaget,bukan hanya ayahnya saja yang kaget akan kelakuannya tapi bunda dan adiknya juga sama kagetnya.

Ia berjalan menuju kamarnya,tanpa memperdulikan omelan bundanya.

Setibanya dikamar,Nico langsung meninju-ninju dinding layaknya samsak. Ia tidak memperdulikan tangannya yang sudah berdarah.

Pikiran Nico sangat kacau.Ia menendang kaca rias yang ada didalam kamarnya sehingga menimbulkan bunyi pecahan kaya yang berserakan.

Pranggg

Bunda dan Azril yang masih dibawahpun mendengar suara pecahan kaca. Lantas mereka segera berlari menuju kamar Nico yang berada diatas.

"NICO,BUKA PINTUNYA." teriak bunda dari luar kamar Nico.

Nico tidak memperdulikan teriakan bundanya.Ia masih terus meracau frustasi.

Ia menjambak-jambak rambutnya,sesekali mengusap wajahnya dengan kasar.

"ARGHHH." teriak Nico frustasi

--oOo--

TBC

Mahmud dan PahmudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang