21. Keheningan

860 44 8
                                    

Aku bingung mau ngetik apa guys, kalo ceritanya absurd banget, aku minta maaf yaa....

•••

Setelah kejadian kemarin, keduanya sama-sama diam, tidak ada yang memulai pembicaraan. Semuanya terasa canggung untuk memulainya.

Emma memasak makanan dan Nico hanya diam saja melihat gerak-gerik Emma dari meja pantry.

Setelah selesai memasak, Emma menatanya diatas meja pantry. Emma menaroh nasi dan juga lauk pauknya keatas piring milik Nico. Setelah itu mengambil makanan untuk dirinya sendiri.

Suasana dimeja pantry terasa canggung, Emma langsung menghabiskan makanannya, tanpa sepatah kata pun Emma langsung beranjak dan mencuci piring bekas makannya tadi.

Nico juga buru-buru menghabiskan makanannya. Setelah itu Nico langsung mencucinya disamping Emma.

Emma melirik gerak-gerik Nico yang berada disampingnya. Setelah itu ia langsung pergi meninggalkan Nico.

Emma menaiki tangga, dimana kamarnya yang berada dilantai dua, bersebelahan dengan kamar Nico.

Emma membuka knop pintu kamarnya secara perlahan. Ia langsung masuk ke dalam kamar lalu menguncinya. Ia langsung merebahkan dirinya diatas kasur king size nya.

"Apa gue harus mutusin Chris?" tanya Emma pada dirinya sendiri.

"Ahh udah lah gue gak bisa mutusin Chris tanpa sebab, lagian gue juga masih sayang sama Chris."

"Dari pada mikirin Nico yang diam-diam punya rasa sama gue, mending tidur aja lah." ucap Emma yang langsung memejamkan matanya.

Sedangkan diluar kamar Emma, ada Nico yang berdiri didepan pintu kamar Emma. Nico berniat mengetok pintu kamar Emma namun ia mengurungkannya. Ia langsung berjalan ke arah kamarnya yang berada disamping Emma.

Nico langsung merebahkan badannya diatas kasur king size nya, "Semoga Lo punya rasa sama gue ma, gue berharap semoga pernikahan ini bukan untuk main-main. Walaupun awalnya kita sama-sama saling nggak terima tentang perjodohan ini, tapi apa salahnya kalau kita mencobanya."

______

Keesokan paginya, keduanya masih sama-sama diam. Seperti biasa Emma menyiapkan makanan untuk sarapan paginya.

Makan bersama Nico tetapi keduanya hanya bisa saling tatap tidak berani saling bicara. Hanya suara dentingan sendok yang menggema di ruangan ini.

Setelah sarapan paginya selesai. Emma dan Nico segera bergegas untuk berangkat ke sekolah.

Emma memasuki mobil milik Nico, begitupun dengan Nico. Nico langsung menancapkan pedal gas nya, lalu membelah jalanan raya Kota Indramayu.

Keheningan di dalam mobil pun terjadi. Diam tidak ada satu pun yang berbicara, kedua sama-sama canggung, yang biasanya ribut, kini hanya bisa saling mendiamkan.

Nico yang tidak tahan dengan keheningan ini, ia langsung berdehem.

"Ehem..." dehem Nico sambil melirik Emma.

Emma masih tetap fokus ke arah jalanan raya, tidak memperdulikan deheman Nico.

"Emma..."

"Ada apa?"

"Soal kemarin gue sekali lagi mau minta maaf, tolong jangan pikirin ucapan gue yang kemarin. Nggak papa, kalo lo gak bisa cinta sama gue, gue ikhlas kok. Jadi jangan dipikirin ya."

"Oh, oke."

"Emma..."

"Apa lagi sih Nic?"

"Lo kalo diam begini berasa kek bukan Emma deh."

"Terus lo mau Emma yang kek gimana?!"

"Gue mau Emma yang tiap harinya banyak bicara, kalo ngomong suka ngegas, pokoknya yang tiap hari suka teriak-teriak ke gue."

"Aneh lo nic, gue banyak ngomong salah, gue diam aja salah. Maunya apa sih?!"

"Hmm maunya sih lo jadi istri yang baik buat gue."

"Ya!" jawab Emma seadanya, ia tidak mau memperpanjang.










---oOo---

TBC

Jangan lupa
Vote
&
Komennya ya!!!

Mahmud dan PahmudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang