LIMA : ANDARA SAKIT

1.5K 182 404
                                    

"Aku yang terlalu pengecut atau kamu yang terlalu bego. Tapi aku berharap kamu baik baik aja."

🌻🌻

BU SARAS selaku guru mata pelajaran Kimia pada jam pelajaran terakhir, izin keluar kelas lebih awal sepuluh menit dan tentunya hal seperti itu tidak membuat para siswa keberatan kecuali Andara dan Resya. Keduanya masih membingungkan materi Kesetimbangan Kimia.

"Jika konsentrasi salah satu zat ditambah, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser menuju arah 'menjauhi' zat yang ditambah konsentrasinya," jelas Resya.

Andara mengetuk-ngetuk pulpennya di meja, otaknya berpikir keras untuk mencari jawaban dari soal Kimia. "Nah, Jika konsentrasi salah satu zat dikurangi, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah zat dikurangi konsentrasinya," timpalnya dengan sangat antusias.

"Nah, terus soal nomor dua belas intinya yang mana, Dar?" Resya mencoret-coret bukunya, mencatat beberapa rumus persamaan reaksi.

"Intinya konsentrasi," celetuk Kaffa dari belakang, dan mulai mendekati dua perempuan ambisius itu. "Mau sampai kapan debat tentang Kimia? Bel pulang udah lewat lima menit, lho."

"Serius, Kaf?" tanya Andara panik.

"Iya, Andara. Lo bawa mobil atau mau bareng gue?"

"Dara bareng Ali." Andara membereskan buku-buku dan tempat pensilnya dengan tergesa-gesa, "aduh gimana kalau Ali udah nungguin," rutuknya.

"Lo gak mau bareng gue aja, Dar?" tanya Kaffa, sekali lagi. Firasatnya mendadak tidak enak saat mendengar Andara ingin pulang bersama lelaki itu.

"Enggak, Kaffa sama Mami Res pulangnya hati-hati, yaaaaa." Andara berlarian keluar kelas.

"Jangan lari-lari, awas jatoh." Resya berteriak dari bangkunya,  mengingatkan Andara, namun tidak digubris saking terburu-burunya.

Sesampainya Andara di parkiran, tidak ada Ali ataupun teman-temannya. Akhirnya dia memutuskan untuk menunggu, mungkin lelaki itu masih ada urusan di sekolah.

Seiring waktu berjalan,  sudah satu jam Andara berdiri menunggu Ali. Kendaraan di parkiran berkurang satu-persatu. Bahkan Kaffa sempat menemuinya tadi, mengajak pulang bersama. Namun Andara bersikeras untuk menunggu Ali dan menyuruh Kaffa pulang duluan.

Keyakinan Andara masih belum memudar walaupun sudah menunggu selama dua jam. Andara selalu yakin kalau Ali akan menepati ucapannya, karena Ali adalah seorang lelaki. Sudah sepantasnya lelaki menepati omongannya.

Langit sudah gelap, seketika hujan deras turun mengenai tubuh Andara. Dia berlarian ke area belakang sekolah yang dekat dengan parkiran, area itu sangat sepi. Angin kencang membuat badan Andara menggigil, dia memang tidak bisa terkena hujan maupun cuaca dingin walau hanya sebentar.

Wajah Andara sudah pucat pasi, belum lagi suara petir membuat Andara gemetar. Jam sudah menunjukan pukul setengah lima tapi cewek itu masih setia menunggu Ali yang tidak terlihat batang hidungnya sama sekali.

Andara menyandar lelah di tembok, tidak ada kursi sama sekali di sekitarnya, padahal kakinya lemas setelah berdiri dua jam, ditambah angin kencang menerpa tubuh mungilnya.

Andara menyandar lelah di tembok, tidak ada kursi sama sekali di sekitarnya, padahal kakinya lemas setelah berdiri dua jam, ditambah angin kencang menerpa tubuh mungilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[WPS #1] ALIANDARA (SELESAI✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang