TIGA PULUH EMPAT : JE T'AIME

856 64 154
                                    

"Pada intinya, tidak perlu membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain, cukup syukuri, jalani, dan perbaiki perlahan"

🌻🌻

ALI terdiam menunggu ucapan Andara selanjutnya, tetapi gadis itu juga terdiam cukup lama. Tubuhnya bergetar seakan menahan tangisan.

"Tangisan itu bukan aib, gak perlu disembunyikan."

Pertahanan itu runtuh seketika, tangisan Andara pecah, air matanya mengalir deras di pipinya. Dia tidak lagi menyembunyikan tangisannya, seperti yang selama ini dia lakukan.

Andara terlalu munafik, selalu mengatakan pada yang lain kalau dia baik-baik saja tanpa orang tua, dia terlihat baik-baik saja ketika melihat anak lain diantar jemput oleh mamanya saat pertama menginjak sekolah dasar, dia terlihat baik-baik saja ketika melihat anak lain mengambil rapot dengan orang tuanya, dia bertingkah seakan semua baik-baik saja. Kenyataannya, itu semua hanyalah kebohongan.

Tangisannya selalu disembunyikan dengan rapih agar orang lain melihat dia sebagai Andara yang kuat dan tidak merasakan kesedihan apapun.

"Hari ini adalah hari ulang tahun mama juga. Saat umur Dara lima tahun, kita merayakan ulang tahun bersama. Mama bilang, Dara harus bisa menjaga diri sendiri, makanya mama memasukkan Dara ke pelatihan taekwondo. Pertama kalinya Dara daftar taekwondo sama mama, Dara lihat ada anak memberikan mendali emas pada mamanya, terlihat jelas ekspresi mamanya itu seneng banget. Dari situ Dara berjanji kalau nantinya Dara juga akan memberikan mendali emas ke mama sebagai hadiah ulang tahun mama." Andara menarik napasnya dalam-dalam, mencoba menahan isakkannya.

"Walaupun Dara gak bisa melihat ekspresi mama sekarang. Setidaknya Dara nepatin janji Dara ke mama. Menurut Ali, ekspresi mama akan seperti apa sekarang?" Dia menoleh kearah Ali. Lelaki itu menatapnya sangat dalam.

Tangan Ali terulur, menghapus air mata yang mengalir di pipi Andara. "Dia akan sangat bahagia, Andara. Mempunyai anak seperti lo adalah sebuah keberuntungan untuknya."

"Dara kangen mama. Dara ingin merengek dan menangis seperti anak-anak lain yang hanya ditinggal sebentar kepasar, tapi Dara sadar kalau ternyata mama bukan pergi sebentar, melainkan selamanya. Dara juga kangen papa, kangen keduanya." Air mata itu turun lagi membasahi wajah cantiknya. Sudah lelah jika harus berpura-pura kuat lagi.

"Mereka pasti akan bahagia memiliki anak seperti lo, Andara. Mereka juga pasti merindukan lo," ucap Ali, lalu meraih tubuh Andara kedalam rengkuhannya.

"Ali, yakin?"

"Yakin."

"Apa yang membuat Ali yakin?"

"Lo yang membuat gue yakin, memiliki lo adalah sebuah keberuntungan. Dan gue sangat yakin orang tua lo akan berpikiran seperti gue."

"Ali, jangan ninggalin Dara, ya?"

"Gue gak bisa janji."

Andara menarik tubuhnya, menjauh dari lelaki itu. Raut wajahnya berubah kecewa, apa itu tandanya Ali akan meninggalkannya?

"Tapi gue akan selalu berusaha tetap bersama lo, Andara. Berusaha menjadi lelaki yang lebih baik untuk lo, seperti Kaffa yang bersikap lembut sama lo, seperti bang Rayyan yang selalu memanjakan lo, seperti Rama yang memahami lo, se--"

"Kenapa Ali gak jadi diri sendiri aja? Kenapa harus seperti mereka?" tukas Andara.

"Kalau gue seperti ini terus, lo gak akan bahagia. Gue selalu ketus, cuek, dingin, dan gak pernah mengerti lo," ucap Ali.

[WPS #1] ALIANDARA (SELESAI✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang