"Mulai sekarang jadilah pribadi yang lebih baik untuk kedepannya. Jadikan kejadian kemarin suatu pembelajaran, hari ini sebagai proses, esok sebagai hasilnya."
🌻🌻
PAGI ini sungguh Andara tidak mood, dia masih memikirkan perkataan Ali semalam. Matanya sembab karena menangis semalaman, dia tidak ingin sekolah lantaran belum siap bertemu Ali. Tapi Rayyan memaksa Andara untuk tetap berangkat sekolah, membuat mood Andara bertambah buruk.
Dia pasti akan bertemu Ali, mengingat masalah di PDS akan dibereskan hari ini. Untungnya semua bukti sudah terkumpul berkat bantuan teman-teman dan Rayyan.
"Kenapa makanannya diaduk-aduk gitu? Masakan abang gak enak, ya?" Suara Rayyan membuyarkan semua lamunan Andara.
"Enggak kok bang. Enak," jawab Andara.
"What happen dear?" Rayyan pindah posisi duduknya menjadi di samping Andara.
Gadis itu hanya menunduk, meremas jemarinya, dia menangis. Entah mengapa semuanya menjadi seperti ini, semuanya akan pergi meninggalkannya. Padahal Andara sudah berusaha mati-matian untuk bersikap baik, ramah, menaati peraturan, menjadi orang pintar. Semua yang Andara lakukan semata-mata agar orang yang dia sayang tidak pergi lagi meninggalkannya.
Direngkuhnya tubuh mungil Andara, membiarkan gadis itu tenggelam dalam tangisannya.
Rayyan tau semua kesulitan yang dilalui oleh adiknya selama dua tahun belakangan ini, Andara harus berusaha dewasa tanpa sosok keluarga di sampingnya. Mungkin dulu Rayyan masih bisa menemani Andara, namun semenjak lulus SMA, dia langsung meneruskan perusahaan almarhum Papanya yang bercabang di manca negara. Rayyan memutuskan untuk mengurus kantor pusat di Perancis bersama sahabat sekaligus orang kepercayaan almarhum Papanya dulu.
Walaupun ada teman-teman Andara yang setia menemani. Tapi tetap saja peran keluarga itu penting untuknya. Untung ada Resya dan Rama, mereka bersedia menjadi orang tua pura-pura Andara, setidaknya itu bisa menguatkan adiknya.
"Bang... Dara takut kehilangan lagi," ujar Andara di sela tangisannya.
"Hei, kamu gak akan kehilangan siapa-siapa, Sayang. Jangan ngomong gitu." Rayyan mencoba menenangkan adiknya.
Andara menggeleng. "Dara takut Kak Arya dan Ali ninggalin Dara."
"Arya? Bukannya dia udah ninggalin kamu dari dua tahun lalu?" tanya Rayyan.
"Iya, Kak Arya melakukan itu karena sakit kanker hati dari dua tahun lalu, walaupun secara fisik terlihat sehat, tapi itu semua palsu. Kak Arya mau operasi cangkok hati setelah Ujian Nasional, keberhasilannya hanya tiga puluh lima persen." Tangisan Andara semakin pecah setelah menceritakan tentang Arya.
"Kamu masih sayang sama Arya?"
"Masih, Bang, tapi bukan sayang karena cinta. Dara sayang kak Arya sama seperi rasa sayang Dara ke Abang, Kaffa, Resya, dan Rama—sebagai keluarga sendiri. Dara gak mau kehilangan keluarga lagi. Biar bagaimana pun Kak Arya pernah menjadi sosok pengganti Papa dalam hidup Dara, walaupun sekarang udah digantiin sama Rama," papar Andara.
"Iya abang paham. Ayo ke sekolah, abang anter," ajak Rayyan, "nanti pulang sekolah abang beliin novel terbaru deh," bujuknya pada Andara.
Andara menggeleng cepat.
"Kenapa geleng-geleng? Gak mau beli novel?"
"Bukan, Dara gak mau sekolah."
"Iya, kenapa, Sayang?"
"Takut sama Ali."
"Dia gigit?"
"Takut makin cinta kalo ketemu Ali," jujur Andara.
KAMU SEDANG MEMBACA
[WPS #1] ALIANDARA (SELESAI✅)
Teen FictionKedatangan Andara Lexania dalam kehidupan Ali, sangatlah tidak terduga dan tidak dapat dihindari. Segala tingkah konyol dan nekatnya, Andara berhasil masuk dalam kehidupan cowok itu, sekalipun dicap sebagai "Cewek Murahan". Tapi siapa sangka, bahwa...