"Semua akhir pasti akan bahagia. Tapi kembali lagi pada diri sendiri, bagaimana cara kita memaknai kebahagiaan itu.
Ditinggal dan kehilangan bukan berarti memiliki akhir yang sedih, namun jadikan semua itu pembelajaran agar bisa membahagiakan diri dengan cara sederhana."
-Salam, Aliandara-
ANDARA berdiri di balkon, menatap langit malam Kordoba yang dipenuhi gemerlap bintang. Berharap ada suatu keajaiban yang datang menghampirinya saat ini, atau ada bintang jatuh yang mampu mengabulkan permintaannya sekarang juga.
Permintaannya hanya satu, obat rindu. Karena rindu yang tidak dapat tersampaikan sangatlah menyakitkan.
Benda hangat menempel di pipinya, sontak Andara membalikkan tubuhnya. Terdapat seseorang tengah berdiri di hadapannya sambil memegang dua cangkir cokelat hangat.
"Malam ini Kordoba dingin, lo harus minum ini biar gak masuk angin," kata orang itu.
"Makasih, Kaffa," ucap Andara, seraya mengambil satu cangkir itu dari tangan Kaffa.
Ya, sudah satu bulan Kaffa tinggal di sisinya, memperhatikan segala kebutuhannya, menjaganya, bahkan mengajak Andara untuk keliling Spanyol. Seperti ke kota Granada, Sevilla, serta masih banyak tempat-tempat yang mereka kunjungi.
"Lo mau tinggal terus di sini, Dar?" Kaffa bertanya, kali ini dengan sungguh-sungguh.
"Iya, Dara mau tinggal di sini aja. Kardoba adalah tempat di mana Dara gak perlu khawatir tentang banyak hal. Dara nyaman di sini," jelasnya, "di sini Dara gak perlu berpura-pura biar gak merepotkan orang lain."
Kaffa mengisyaratkan Andara duduk, ditatapnya dalam-dalam gadis itu. "Gue gak pernah menyuruh lo pura-pura kuat, Andara, dan lo gak merepotkan siapapun. Kita semua sayang sama lo, baik Resya, Rama, dan yang lainnya."
"Tapi Dara hanya jadi beban buat kalian yang seharusnya Kaffa bisa bahagia dengan orang lain, malah sibuk menjaga Dara. Seharusnya Resya mendapatkan perhatian penuh dari Rama, tapi perhatian Rama malah terbagi ke Dara. Kalian semua berhak memiliki kebahagiaan yang utuh," papar Andara.
"Gimana kalau misalnya, lo kebahagiaan gue, Andara? Lo gak pernah tau, sekacau apa gue saat ditinggal lo," ujar kaffa terang-terangan.
Andara meneliti wajah cowok itu, mencoba membaca kebenarannya melalui ekspresi Kaffa, selang beberapa saat Andara tersenyum tipis, lalu memberikan pelukan hangat pada sahabat sekaligus orang yang selama ini dia anggap bagian dari keluarga.
Ditepuknya bahu Kaffa, menenangkan perasaan cowok itu. "Dara minta maaf, pergi tanpa pamit. Saat itu Dara hanya merasa kepergian adalah salah satu jalan terbaik agar kalian bahagia. Kaffa memang kacau saat itu, tapi Dara melihat seseorang yang berhasil membuat Kaffa berubah."
Kaffa langsung melepas pelukan gadis itu. "Dia gak lebih dari sekedar adik kelas, Andara."
"Kaffa paham 'kan, mencintai sendirian itu menyakitkan? Kenapa Kaffa gak mencoba berdialog dengan hati Kaffa sendiri? Menanyakan siapa yang harus Kaffa perjuangkan? Dara yang udah pasti gak bisa membalas perasaan Kaffa, atau dia yang udah pasti mencintai Kaffa?"
Kaffa bungkam, memang benar, sekuat apapun dia berjuang untuk Andara, perasaan gadis itu tidak bisa berubah. Seharusnya Kaffa paham dari awal.
Kaffa mengalihkan pandangannya, menatap langit. "Pendaftaran lo di Universitas Kordoba lagi diproses. Gue harap lo baik-baik aja di sini," ucapnya, mengalihkan topik pembicaraan, jika pembicaraan ini tetap berlanjut akan membuat luka baru dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[WPS #1] ALIANDARA (SELESAI✅)
Teen FictionKedatangan Andara Lexania dalam kehidupan Ali, sangatlah tidak terduga dan tidak dapat dihindari. Segala tingkah konyol dan nekatnya, Andara berhasil masuk dalam kehidupan cowok itu, sekalipun dicap sebagai "Cewek Murahan". Tapi siapa sangka, bahwa...