"Rindu ini sangat menyiksa, oleh karena itu tak peduli apapun resikonya, aku akan mengakhiri penyiksaan ini."
🌻🌻
Kordoba, Spanyol.
Andara menuruni setiap anak tangga perlahan, kedua tangannya disibukkan dengan plastik hitam berisikan sampah yang memiliki ukuran sangat besar, bahkan hampir menutupi badannya.
Pada anak tangga terakhir dia tersandung salah satu pot bunga, alhasil dia terjatuh menimpa plastik sampah itu, jadi tubuhnya tidak terluka. Hanya saja menjadi bau.
Selintas, beberapa orang berlalu lalang, kemudian melihat dirinya dalam posisi seperti itu. Malu bukan kepalang, ditambah lagi wajahnya cemong akibat berkutat dengan tepung tadi.
Satu uluran tangan seakan memberi isyarat pada Andara agar segera bangkit dari posisinya. Mata Andara membelak, saat tahu siapa orang baik hati yang mengulurkan tangannya.
"Kaffa?" lirih Andara.
"I find you, Dara." Tanpa basa-basi, Kaffa menarik tubuh mungil Andara ke dalam dekapannya.
Sekujur tubuh Andara semula kaku, perlahan kembali normal. Dia bisa merasakan jantung lelaki itu berdetak dengan cepat. Perasaan hangat bercampur nyaman kini dia rasakan, walaupun dirinya sedikit merasa kecewa.
Kenapa bukan Ali yang mencarinya?
Setelah acara peluk-pelukan selesai. Kaffa membersihkan noda tepung dari wajah Andara, pencariannya selama satu tahun kini terbayarkan saat melihat gadis itu baik-baik saja—mungkin.
"Kaffa tau dari mana Dara di sini?" Dahi Andara mengernyit heran, "siapa aja yang tau? Bang Rayyan tau?"
"Gue selalu tau lo dimana, Dara. Walau membutuhkan waktu cukup lama, tapi itu gak penting, karena yang terpenting gue bisa menemukan lo."
Penuturan Kaffa membuat Andara terenyuh. Cowok itu memang selalu membuat perasaannya tenang dan terlindungi.
"Seharusnya Kaffa gak perlu repot-repot ke sini, nyamperin Dara," ucap Andara dengan suara parau. Kepergiannya sia-sia, tetap saja ada orang yang repot-repot menyusulinya ke Kordoba, menempuh perjalanan yang cukup melelahkan.
Andara menunduk, menyembunyikan lagi tangisannya. Namun, Kaffa menarik dagunya, lalu menatap Andara sangat dalam.
"Gue kangen sama lo, Andara." Untuk pertama kalinya, Kaffa memberanikan diri mendaratkan bibirnya di kening Andara, membuat cewek itu membulatkan mata. "Ma—maaf," cicitnya.
Terjadi kecanggungan selama beberapa saat, sebelum Andara mengajak Kaffa masuk ke dalam kafe tempatnya bekerja.
"Kaffa mau minum apa?"
"Apa aja," jawabnya asal, lalu mengedarkan pandangannya, meneliti setiap sudut ruangan, "dari kapan kerja di sini?"
"Satu tahun lalu, tepatnya sehari setelah Dara tinggal di sini."
Andara meninggalkan Kaffa untuk membuatkan minuman dan juga makanan. Beberapa saat dia kembali membawa nampan yang berisikan segelas coklat panas dan sepiring kentang goreng.
"Jadi, sampai kapan Kaffa di sini?" tanya Andara.
"Ngusir?"
"Bukan gitu, tapi..."
"Tapi apa? Gue akan pulang kalau lo juga pulang, kita harus pulang bareng!" tegas Kaffa.
"Dara gak bisa, Kaffa," ujarnya lesu.
"Gue tunggu sampai bisa." Tekad cowok itu sudah bulat, dia juga sudah izin ke orang tuanya untuk tidak pulang tanpa Andara.
"Kaf... jangan begini, kuliah Kaffa gimana? Orang tua Kaffa gimana? Kaffa punya masa depan yang harus diperjuangkan, Dara yakin, disana ada seseorang menunggu Kaffa pulang. Kaffa gak bisa stuck terus sama Dara."
KAMU SEDANG MEMBACA
[WPS #1] ALIANDARA (SELESAI✅)
Teen FictionKedatangan Andara Lexania dalam kehidupan Ali, sangatlah tidak terduga dan tidak dapat dihindari. Segala tingkah konyol dan nekatnya, Andara berhasil masuk dalam kehidupan cowok itu, sekalipun dicap sebagai "Cewek Murahan". Tapi siapa sangka, bahwa...