EMPAT PULUH : HUKUMAN APA LAGI?

844 65 115
                                    

"Jangan memaksa seseorang bercerita tentang masalahnya. Boleh jadi, dia sedang berusaha menghapus segala rasa sakitnya."

🌻🌻

SEORANG gadis duduk di salah satu bangku kafe. Sudah setengah jam dia menunggu seseorang. Mereka janjian jam delapan, sedangkan ini sudah jam sembilan. Mau telpon juga percuma, dia sengaja meninggalkan ponselnya.

Lima belas menit berlalu, dia masih setia menunggu kedatangan orang itu. Sudah dua gelas teh dia habiskan, namun orang yang ditunggu belum menampakkan batang hidungnya.

Tringggg...

Gadis itu pun menoleh ke arah pintu. Akhirnya, orang yang ditunggu-tunggu datang juga.

"Lama banget," gerutunya kesal.

"Maaf, jalanan macet," jawab orang itu.

"Mana barang yang gue pesen?"

Orang itu langsung mengeluarkan papper bag hitam beserta amplop putih berlogo "Garuda Indonesia".

"Andara, lo yakin?"

"Kalau gue gak yakin, ngapain gue disini, nungguin lo, buang-buang waktu," jawab Andara sedikit ketus, "inget, jangan bilang siapapun, apalagi sama saudara tiri lo, si Fino."

"Terus sekolah lo gimana?"

"Gak lanjut sekolah, kayaknya."

"Dar, sebenernya ada masalah apa? Emangnya lo gak mikirin abang lo, sahabat lo, dan... " Orang itu menggantungkan ucapannya, saat melihat perubahan ekspresi di wajah Andara.

"Syakira, gue maafin lo bukan berarti lo bisa seenaknya mengulik masalah pribadi gue. Please, jangan minta gue untuk bercerita tentang sesuatu yang gue ingin kubur dalam-dalam."

Yap, Syakira. Dua hari lalu gadis itu mendatangi Andara, untuk meminta maaf. Tentunya Andara memaafkan, karena setiap orang bisa melakukan sebuah kesalahan bukan? Andara hanya tidak ingin memperpanjang masalah. Dia hanya ingin berdamai dengan permasalahannya. Walau sebenarnya sulit. Dan dia belum sepenuhnya bisa berdamai.

"Oke, gue paham. Maaf." Syakira menunduk.

Andara langsung menepuk punggung tangan Syakira. "Gak apa-apa, maaf kalau ucapan gue terlalu kesar. Gue hanya mencoba untuk melupakan semuanya dan memulai hidup yang baru, tanpa menjadi orang yang selalu berpura-pura,"

"Gue mau ketempat dimana tidak ada satupun orang yang mengenal gue sebagai Andara anak yatim piatu, membuat mereka simpati dan iba terhadap gue. Gue capek selalu berpura-pura kuat, hanya karena takut orang lain kerepotan gara-gara selalu bersama dan mereka harus melindungi gue. Gue benci sama diri gue sendiri," jelas Andara.

Andara benci pada dirinya sendiri. Benci ketika dia berpura-pura kuat padahal rapuh, benci ketika dia berpura-pura ceria padahal cengeng, dan yang terakhir, dia benci ketika tahu Mamanya disiksa lalu dibunuh oleh Reine-- Ibu kandung dari Aliansyah Reivan, lelaki yang dia cintai.

Andai orang yang dibunuh bukan Mamanya, Andara pasti akan terima. Namun, kenyataannya berkata lain.

"Gue paham. Tapi lo tidak perlu menyalahkan diri sendiri, dan tidak perlu membenci. Takutnya rasa benci itu akan berubah menjadi dendam, lalu dendam itu akan menyakiti banyak orang, terutama diri lo sendiri," ucap Syakira, "gue hanya memberi masukan, jangan seperti gue. Lo orang baik, Andara." Syakira menggenggam tangan Andara, menguatkan gadis rapuh itu. Sama seperti dirinya.

Andara mengusap kasar air mata yang tiba-tiba jatuh membasahi pipinya.

"Sepertinya gue harus pergi sekarang." Andara berdiri dari duduknya, lalu meraih koper hitam di sampingnya. "Makasih atas bantuannya, Kir."

[WPS #1] ALIANDARA (SELESAI✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang