DUA PULUH TIGA : TULANG RUSUK

968 98 192
                                    

"Buat apa memperjuangkan tulang rusuk? Kan setiap manusia memiliki tulang rusuk."

🌻🌻

"ANJIR! gue gak abis pikir sama si muka triplek," kesal Dido sambil menggunakan tipex gesrek di bukunya.

"Temen lo bego!" cerca Fino.

"Ya tapi kan gak gitu juga kali, semuanya bisa di omongin baik-baik. Betewe, kok Dara bisa tau kalo Ali ngeliat dia di taman?"

"Gue yang cerita kemaren sore," ucap Rama yang baru datang ke kelas.

"Dari mana lo?" selidik Fino.

"Nyusulin ibu dari anak-anak gue."

"Kan anak lo cuma satu, Dara doang," kata Fino, dan diangguki oleh Dido.

"Nanti kan di masa depan gue, gue menanamkan benih-benih biar banyak."

Toyoran pun mendarat di kepala Rama, membuat dia memegangi kepalanya sambil meringis kesakitan.

"Gila," cibir Fino.

"Jomblo," balas Rama.

Ingin membalas perkataan Rama tapi mata Fino tertuju pada Ali yang baru memasuki kelas dengan keadaan kacau. Ali pun menduduki bangku disebelah Dido.

"Woy, Li" sapa Dido canggung.

"Hm?"

"Kayanya ada yang harus kita luruskan deh," celoteh Rama hati-hati, dia takut kalau Ali masih dalam keadaan emosi.

"Kira-kira sampai kapan Dara marah sama gue?" tanyanya membuat ketiga temannya melongo.

Rama tersenyum tipis, apa mungkin Ali sudah menyadari kesalahannya? Baguslah jika seperti itu.

"Ya gak tau juga, itu cewek kan aneh bin ajaib, sekarang marah, bisa jadi lima menit kemudian dia kembali seperti semula," jawab Fino.

"Gue harap dia marah seterusnya," lirih Ali.

"Lo gila ya!" Pekikkan Rama membuat mereka berempat menjadi pusat perhatian di kelasnya.

"Gue lebih baik jadi orang gila dari pada harus terluka."

Fino dan Dido tidak mengerti maksud Ali, terluka karena apa? Bukannya Andara sudah menjelaskan tentang kedekataannya sama Arya? Terus apalagi yang membuat Ali terluka?

"Terluka kenapa?" selidik Dido.

Ali hanya mengangkat kedua bahunya tak acuh, "Gue cabut duluan." Ali menyambar tasnya kemudian meninggalkan ketiga temannya.

"Woy, Li, kan gak boleh pulang dulu, nunggu pengumuman," teriak Fino.

Tidak ada jawaban dari Ali.

"Woy Ali baba!"

"Ali..."

"Woy bandot muka triplek." Punggung Ali sudah menjauh dari pandangan Fino dan Dido, membuat mereka berdecak kesal.

"Gue paham maksud lo," batin Rama.

🌻🌻

Tringg..

Suara lonceng kafe berbunyi, sebagai tanda ada orang masuk ke dalam kafe. Mata Ali menelusuri seisi kafe dan matanya tertuju pada Rama yang melambaikan tangannya.

"Ngapain lo lambai-lambai tangan?" tanyanya datar.

Rama tersenyum lebar, "Biar lo liat gue."

"Pengen banget di liat." Ali meminum kopi yang ada di hadapannya. "Gak pake sianida kan?" sambungnya lagi.

[WPS #1] ALIANDARA (SELESAI✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang