DUA PULUH ENAM : MANTAN

1K 83 196
                                    

"Mantan itu paling cocok dijadikan sahabat, karena dia paling tau tentang kita."

🌻🌻

SETELAH ada pengumuman seluruh murid diperbolehkan pulang, Ali dan Andara berjalan menuju parkiran, Andara mengoceh bercerita tentang novel yang dia tamatkan selama free class.

"Dara tuh kesel sama endingnya, kenapa harus sad ending? Padahal mereka udah gemes banget. Kenapa harus putus?"

Percuma bertanya seperti itu pada lelaki tampan berwajah datar itu, tidak ada respons sama sekali. Ali hanya menatap lurus kedepan, bahkan dia tidak melirik Andara.

"Aliii, Dara kaya radio tau nggak, didenger doang tapi gak direspons," kesalnya.

"Gue gak paham lo ngomong apa."

Andara menepuk jidatnya pelan. "Dari tadi Dara ngomong panjang lebar selama 12 menit 36 detik, Ali gak paham? Sama sekali? Jahat!" katanya mendramatisir.

Ali tidak membalas celotehan kekasihnya itu, dia membuka pintu mobil pada bagian penumpang lalu menyuruh Andara masuk. Saat hendak masuk, seseorang memanggil Andara.

 Saat hendak masuk, seseorang memanggil Andara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dara!"

Orang itu berlarian menghampiri Andara, bibir pucat itu tersenyum lebar saat berdiri di depan Andara dan Ali.

"Kak Arya ngapain lari? Kak Arya lupa kalo lagi sakit?"

"Iya gue tau." Arya beralih menatap lelaki di sebelah Andara, "Gue pengen jalan sama lo Dar, besok. Bisa?"

Mata dan bibir Andara membulat sempurna sedangkan Ali memasang wajah Datarnya. Ralat, dia sedang menyembunyikan perasaannya di balik ekspresi datarnya.

"Kakak kan mau UN, bukannya belajar malah ngajak jalan." Andara mencoba menanggapinya dengan candaan, padahal dia tau dari ekspresi Arya menandakan lelaki itu serius.

Arya menatap Ali dengan tatapan memohon. "Setelah UN gue akan ke Kanada untuk operasi, Dar, entah gue bisa pulang atau enggak karena lo tau sendiri kan kalo persentase operasi gue hanya 35 persen. Gue hanya ingin mengenang."

Giliran Andara menatap Ali yang masih belum bereaksi, dia juga mencoba membaca ekspresi lelaki itu dan hasilnya nihil. Dia tidak menemukan apapun kecuali ekspresi datarnya.

"Sekecil apapun persentase keberhasilan operasi lo, jangan pesimis sekalipun itu hanya sepersen, karena Tuhan lebih senang disaat kita selalu berpikir positif. Gue izinin lo jalan sama Dara besok."

"Lo serius, Li?"

"Ali, serius?" tanya Andara bingung.

"Iya gue serius."

Arya tersenyum senang kemudian berterima kasih pada Ali. Ali benar, seharusnya dia tidak boleh pesimis karena Tuhan tidak suka hamba-Nya yang berputus asa dan selalu berprasangka buruk.

[WPS #1] ALIANDARA (SELESAI✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang