"Kalau kamu tidak masuk dalam kehidupanku, sampai kapanpun aku tidak akan pernah merasakan kebahagiaan seperti ini"
🌻🌻
SETELAH sampai di sebuah kafe, Rayyan duduk di salah satu bangku, lalu menghembuskan nafas kasar, membuat dua lelaki paruh baya yang duduk di depannya melemparkan tatapan bingung.
"Ada apa, Ray?" tanya Juendy, selaku wakil CEO sekaligus orang kepercayaan keluarganya yang mengurus Rayyan dan Andara.
Rayyan memijat pelipisnya, seakan ada beban berat sedang menimpanya. "Saya ingin membuka kembali kasus kematian ibu saya." seru Rayyan.
"Sepertinya ini tidak mungkin Ray, bukan karena saya membela mantan istri saya, demi apapun, saya ingin dia di hukum seberat-beratnya, tapi kita tidak memiliki saksi dan bukti," cetus Arvan.
"Reine sangat pintar memanipulasi polisi dan memutar balikkan fakta," sambungnya.
Rayyan menyeringai kemudian mencondongkan tubuhnya, "Saya punya saksi sekaligus korban dari Reine."
Arvan dan Juendy mengernyitkan dahinya, "Siapa?" tanya Arvan.
"Anak om, Aliansyah Reivan."
🌻🌻
Ali mengerjapkan matanya, seluruh tubuhnya terasa nyeri terutama bagian punggungnya. Ibunya sudah tau tentang kedekatan Ali dengan Andara. Saat Ali menghampiri ibunya, dia dilemparkan lembaran-lembaran foto dirinya dan Andara. Ibunya menjadi brutal dengan menendangi perutnya berkali-kali, hingga memukul punggung dan sekitar badannya memakai tongkat golf, serta mencambuknya tanpa ampun dan sesekali ibunya melemparkan botol kaca bekas wine kearahnya, sama seperti biasa.
Lemah? Tidak, Ali hanya berpikir, biar bagaimana pun, psikopat itu adalah ibunya. Rasanya memang menyakitkan, sekujur tubuh dan hatinya terasa sesak, selama dua belas tahun dia selalu di perlakukan seperti binatang. Tapi mau bagaimana lagi?
Meskipun Ali berontak, dia pasti kalah. Karena saat Ali memberontak, ibunya berhasil mengeluarkan air mata buaya, membuat Ali tidak tega melawan apalagi sampai menyakiti perempuan yang rela mempertaruhkan hidup dan matinya saat melahirkan Ali. Alhasil, dia membiarkan dirinya diperlakukan seperti itu.
Saat membuka mata, ekor matanya menelusuri setiap sudut kamar yang dia tempati, semua terasa asing baginya, belum lagi dia merasakan tangan kirinya di genggam erat oleh seseorang.
Andara.
Ali baru ingat sekarang, kalau dia tiba-tiba pingsan di pelukkan gadis itu. Sekarang, Andara tidur dengan posisi duduk di lantai dengan tangan kanan yang menggenggam tangan Ali, dan tangan kirinya menopang dagu.
Ali memperhatikan secara intens wajah Andara, pandangannya jatuh pada bibir mungil gadis itu. Dia teringat ketika Andara selalu mencetuskan hal-hal aneh, berbicara tidak ada hentinya, tersenyum seperti orang bodoh, tertawa kencang, dan saat marah kemudian mengerucutkan bibirnya, itu semua terekam dalam ingatan Ali, ingatan yang ingin dia kunci rapat-rapat agar tidak hilang atau pergi kemana-mana. Semua terasa indah bila bersama Andara.
"Makasih Andara," bisik Ali.
Selang 10 menit, Ali masih saja betah memperhatikan wajah kekasihnya itu. Sesekali tangan kanannya mengusap lembut pipi Andara, kemudian menekan-nekan pipi empuk Andara, tapi gadis itu tidak terganggu sama sekali.
20 menit berlalu, masih dengan posisi yang sama. Akhirnya Andara pun mengerjapkan matanya perlahan, kemudian mendapati Ali yang tengah memperhatikannya. Sontak dia kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
[WPS #1] ALIANDARA (SELESAI✅)
Teen FictionKedatangan Andara Lexania dalam kehidupan Ali, sangatlah tidak terduga dan tidak dapat dihindari. Segala tingkah konyol dan nekatnya, Andara berhasil masuk dalam kehidupan cowok itu, sekalipun dicap sebagai "Cewek Murahan". Tapi siapa sangka, bahwa...