TIGA PULUH DELAPAN : FIRASAT

833 60 166
                                    

"Tuhan memang punya cara untuk membuat kita bersedih, namun Tuhan juga punya sejuta cara untuk membuat kita bahagia lagi."

🌻🌻

Rama heran, kenapa dua cewek sangat lama? Padahal hanya mengambil DvD. "Gue susul mereka deh," kata Rama pada Ali dan Dido.

"Gue aja," sanggah Ali, berdiri dari duduknya, kemudian berjalan kearah tangga dan mulai menaiki setiap anak tangga itu.

Kamar Rayyan terletak paling ujung sebelah kanan dari tangga. Langkahnya melambat saat mendengar suara isakkan dari kamar Rayyan.

"Ali---"

Merasa namanya dipanggil, Ali berniat untuk masuk ke dalam kamar yang pintunya tidak tertutup rapat, namun langkahnya terhenti saat melihat banyak dokumen berserakan di lantai.

Ali tahu semua isi dari kertas itu. Lima hari yang lalu, Rayyan sempat memperlihatkan dokumen itu, Rayyan juga memintanya untuk menjadi saksi sekaligus korban dari kasus tersebut.

Permasalahannya disini, Andara sudah tahu semuanya. Gadis itu tahu kalau Ali adalah anak seorang pembunuh. Terlebih lagi pembunuh mamanya. Wanita paling berharga di setiap kehidupan anak-anaknya.

Mendengar isakkan dari dalam kamar. Hati Ali seakan tersayat pisau lalu disiram air lemon. Perih bercampur dengan pedih.

Tidak ada yang bisa Ali lakukan selain menerima kenyataan, dia berharap gadis itu akan memaafkannya, dan tidak pergi dari hidupnya. Terlalu egois kah harapannya?

"Ini pasti palsu, kan? Ini bohong kan, Mami Res"

"Nama Ali banyak di luar sana. Itu gak mungkin Ali."

"Dara harus gimana?"

"Lo harus tenang, jangan gegabah. Seperti yang lo bilang, nama Ali itu banyak."

"Bahkan gue juga gak tahu harus gimana, Dar," lirih Ali, sambil melangkah mundur.

"Kalau lo belum siap menerima kenyataan, mending jangan dulu menampakkan wajah lo di hadapan Andara. Kalian hanya butuh waktu buat menerima semuanya," ucap Rayyan pelan, namun terdengar lugas.

Entah dari mana datangnya, Rayyan sudah berdiri disampingnya. "Gue kasih kesempatan untuk pergi dan menenangkan diri lo sendiri," imbuhnya.

"Gue gak mau jadi pengecut!"

"Terserah. Pikiran Dara lagi kalut, dan gue tahu itu. Gue hanya gak pengen adik gue terluka lebih dalam saat melihat lo sekarang," jelas Rayyan.

Ali mencari keyakinan dalam tatapan Rayyan. Mengambil keputusan pergi sebagai pengecut atau bertahan dan menerima semuanya, ternyata lebih sulit.

"Please, pergi dari sini dan pura-pura lo gak melihat semua kejadian ini. Jangan bahas soal apapun kalau bukan Dara yang memulainya," pinta Rayyan.

Rayyan hanya tidak ingin Andara diluar kendali. Dia paham betul bagaimana reaksi Andara nantinya, dan Rayyan merasa adiknya butuh waktu untuk menerima apa yang sudah terjadi.

Ali melirik kearah celah pintu, dan terlihat Andara masih menangis. Pasti berat untuk gadis itu. Satu hal yang harus kita tahu, tidak hanya Andara, karena Ali merasakan hal yang sama. Mungkin lebih menyakitkan.

Dia memutuskan untuk pergi menjauh dari ruangan itu, dan berlari kedalam mobilnya, tidak peduli panggilan teman-temannya. Dia hanya ingin meluapkan emosinya saat ini.

Setelah masuk kedalam mobil, Ali memukuli stir mobilnya, mengeluarkan semua perasaannya, dia frustasi saat ini, dan memori buruk itu terputar jelas mengitari kepalanya.

[WPS #1] ALIANDARA (SELESAI✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang