TIGA PULUH LIMA : BINTANG

850 63 157
                                    

"Bintang yang menjadi pelengkap keindahan malam. Sedangkan kamu, menjadi pelengkap dalam keindahan hidup aku."

🌻🌻

TUMPUKKAN berkas membuat Rayyan lupa segalanya. Berkas yang terdiri dari kasus kematian Mamanya serta lembaran foto autopsi jasad Mamanya dengan berbagai luka di tubuh. Air matanya sempat menggenang, sebisa mungkin dia bersikap tenang.

Saat itu Mamanya pamit melakukan perjalanan bisnis, Rayyan dan Andara ingin ikut, namun mamanya tidak menginzinkan mereka untuk ikut dengan alasan, kalian harus sekolah, jangan bolos, biar jadi anak-anak yang pintar.

Keduanya memang anak baik, mereka menuruti perkataan Mamanya. Tidak ada firasat apapun. Mereka berharap Mamanya akan pulang di hari kelima serta membawa oleh-oleh. Tiba hari itu, Mamanya pulang dalam keadaan berbeda.

Tidak ada suara lembut dari mamanya, tidak ada senyuman manis yang selalu di tampakkan mamanya, tidak ada pelukan hangat maupun kecupan singkat di pagi dan malam hari. Seketika menghilang begitu saja, bersamaan dengan hilangnya pertahanan mereka.

Ibaratkan rumah, orang tua adalah pondasi yang kokoh bagi anak-anaknya, tempat berteduh, tempat kembali pulang disaat lelah. Itulah orang tua. Keduanya memiliki efek yang sangat besar bagi anak-anaknya, mungkin terlihat biasa saja, namun jika salah satu atau keduanya menghilang, anak akan kehilangan rumahnya.

Ponsel Rayyan berdering, nama Ali tertera di layar ponselnya. Sambil memijat pelipisnya, Rayyan menggeser tombol hijau dilayarnya.

Seperti yang dia tahu, Ali tidak pernah basa-basi, lelaki itu langsung bicara pada intinya dan itu cukup membuat raut wajah Rayyan menegang. Gurat emosi mulai tampak di wajahnya.

"Shit!" Hanya umpatan itu yang keluar dari bibirnya, kemudian mematikan ponsel, dan langsung menyambar kunci mobilnya.

Hatinya bergemuruh hebat. "Jangan lagi," batinnya terus saja menggerutu.

🌻🌻

Saat membuka mata, Andara melihat Rama dan Resya tertidur pulas di sofa. Dengan posisi duduk, kepala Resya bersandar di bahu Rama sedangkan Rama menyandarkan kepalanya di sofa. Dia yakin, posisi tidur seperti itu sangatlah tidak nyaman.

Dengan pencahayaan yang minim, Andara merasa ada yang janggal dibalik pintu. Seakan ada yang memperhatikan, namun terlihat samar. Dia bergidik ngeri, tidak mungkin seperti film atau novel horor yang tiba-tiba ada kepala muncul dari balik pintu, atau ada yang ngesot di lantai?

Membayangkannya saja sudah menakutkan. Lebih parahnya lagi, Andara sempat membaca novel horor yang akhirnya membuat dia parno sendiri.

"Res, Ram," panggilnya. Bulu kuduknya benar-benar merinding ketika tau sekarang sudah jam 1. Biasanya di film atau novel yang dia baca, jam 1 waktunya makhluk halus berkeliaran.

Dia memanggil Rama dan Resya kembali, kali ini dengan suara yang lebih keras, bahkan dia melempar bantal lehernya kearah dua sejoli itu. Tetap saja tidak ada satupun yang merespons.

Sisi penasaran Andara muncul disaat yang tidak tepat. Nalurinya terdorong untuk berjalan keluar ruangan, namun, sebagian tubuhnya menolak untuk melakukan hal ekstrem seperti itu.

Akhirnya Andara kembali menidurkan posisinya yang semula duduk, memejamkan mata dan berusaha untuk tidak peduli dengan adanya hal aneh diluar ruangannya.

Andara menaikkan selimutnya hingga menutupi seluruh tubuh saat mendengar knop pintu seperti dibuka oleh seseorang. Derap kaki itu semakin mendekat, jantungnya berdebar tidak karuan, ruangan dingin menjadi panas seketika. Dia bersumpah tidak lagi menonton film atau membaca novel yang berbau horor, karena itu, membuat liar imajinasinya.

[WPS #1] ALIANDARA (SELESAI✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang