Sinar matahari yang masuk dari jendala kamar seolah olah tak menggagu tidur nyenyaknya padahal semalam sang empu tidur jam 20.30 tetapi seolah olah ia semalaman begadang
"Gibraaan" teriak sang kakak geram melihat adiknya setiap hari jika belum di bangunkan sampai siang nanti mungkin belum bangun"Udah bangun nggak usah teriak teriak"gibran mengucek matanya yang terasa gatal
"Kalau udah bangun ngapain nggak langsung mandi lo mau gue tinggal"akhirnya natan yang mulai naik darah menggalkan gibran yang masih asik mengucek matanya
"Iya iya bawel banget si punya kakak"gibranpun beranjak dari kasur menuju kamar mandi
¥~~~~~¥
Natan yang menuruni anak tangga tampak mendumel tak karuan winda sang ibu terkekeh melihat anak keduanya itu
"Kebiasaan deh kalau bangunin adeknya teriak teriak sampai sampai dari dapur denger untung rumah kita ada jarak sama tetangga"Natan menarik kursinya untuk ia duduki"bunda jangan buat mode natan nambah buruk"
Hendra yang barusan datang langsung mengusap pelan rambut sang anak karna gemas dengan tingkah anaknya yang sudah beranjak remaja tetapi perilakunya masih seperti anak kecil"apa sih yah"natan yang merasakan usapan dari sang ayah langsung menghindar
"Lagian kamu kayak anak kecil"ucap hendra terkekeh
"Selamat pagi semuaaa" teriak sang bungsu dan dibalas dengang ucapan "pagi" juga
"Eh lu nggak mandi lagi kan"
Gibran tampak berfikir"hmmm airnya dingin hehehe"
"Tinggal atur suhunya gibran apa sih susahnya" tutur winda dengan suara lembut
"Nggak mandi juga udah wangi,,wih bunda tumben pagi pagi masak berat berat gitu"mata gibran tampak berbinar melihat menu makanan yang tersaji
"tiap senin juga bunda masak berat dek"gibran mengangguk mengerti ia langsung menyantap sarapan hari ini
¥~~~~¥
Hari senin memang hari yang di benci sebagian banyak siswa siswi karna harus berpanas panasan sekitar 90 menit di lapangan terbuka, rutinitas itu memang sudah tradisi setiap hari senin sejak dulu
Upacara telah usai seluruh siswa menuju kelas masing masing tapi juga ada murid yang badung melenceng jalan ke kantin
"Pak jaka oh pak jaka kenapa engkau selalu memberi kuis yang banyak dan membuat muridmu menjadi jengah"ucap gibran memecah keheningan karna seluruh penghuni kelas tampak mengerjakan tugas
Pak jaka yang mendengarkan suara gibran membuatnya marah" gibran apa kamu sudah selesai"
"Ya sudahlah pak nih" tunjuk lembaran kuisnya yang tampak masih kosong hanya bertulisan 'muhammad gibran al-fatih' dan kelasnya '10 ipa 4' membuat emosi pak jaka memuncak
"Gibrannn ini sudah 30 menit tapi kamu belum mengerjakan dari tadi kamu coret caret ngapain, kalau sampai kamu berkata se kata pun langsung keluar!"gibran langsung teridiam menyalin pekerjaanya yang ada di kertas lain, sebenarnya gibran sudah mengerjaknya tapi di kertas lain agar temanya yang mau menyontek langsung ia beri kertas tapi hanya kedua temanya yang mempercayai jawabanya karna yang lain tidak mempercayainya karna belum mengenal gibran lebih dalam, mereka menganggap remeh gibran si biang kerok kelas yang tak bisa ngapa ngain selain gangguin murid dan guru
Setelah 2 jam mengerjak kuis mtknya akhirnya bisa keluar juga dari kelas gibran dkk langsung menuju kantin yang sudah begitu ramai saat mereka datang, setelah mereka pesan makanan yang ia inginkan sudah ditangan masing masing mereka menuju meja pojokan yang biasa mereka duduki
KAMU SEDANG MEMBACA
my and your hopes
Teen FictionTentang kehidupan gibran dengan sejuta keindahan yang ia buat sendiri.. Seolah olah masalah gibran alami sejak kecil tak pernah ia alami itulah gibran dengan sejuta topeng untuk menutupinya