Akhirnya keluarga al fatih sampai juga di tanah air setelah 4 hari di jerman, mereka sampai bandara pukul 19.25
"Loh pak gibran mana kok nggak ikut"tanya windaTanto salah satu supir yang menjeput tampak berfikir harus tak tau harus bilang apa"emmm itu bu..." ucap tanto menggantung
"Kenapa pak yang jelas"
Eko menyenggol sutris mengode supaya sutris yang bicara"ada apa sebenarnya"ujar hendra
"Aduh maaf tuan saya nggak tau harus bilang apa, kalian sekarang ke rumah sakit aja biar tau sendiri"
Dunia winda seolah berhenti setelah mendengarkan kalau anak bungsunya kembali drop
¥~~~~~¥
Hendra dan winda berlari menyusuri koridor rumah sakit sesekali mereka menabrak sesorang dan di protes namun mereka abaikan di pikiran mereka hanya gibran, gibran dan gibran tak ada yang lain
Hendra dan winda berhenti didepan ICU, namun mereka di cegah oleh teman temanya gibran
"Ayah bunda nggak boleh masuk" ujar farhan"Gibran ada di dalam bunda harus masuk"ucap winda tam terima
"Om ihsan lagi priksa gibran kita nggak boleh masuk sejak kemarin juga kita nggak boleh masuk ke dalam"
"Kenapa kalian nggak bilang sejak kemarin kemarin"
Farhan menatap hendra bertanya dan di jawab dengan gelengan"Kamu udah tau" hendra terdiam tak tau harus menjawab apa
"Ayah" panggil winda sedikit keras
"Aku bisa jelasin semuanya tapi nggak sekarang"
Hendra langsung memeluk winda untuk menenangkan istrinya itu
Hendra dan winda mendekat kaca pembatas, mereka lihat gibran sedang di periksa ihsan dan terlihat jelas alat alat yang menempel di tubuh gibran cukup banyak hingga kancing baju yang di kenakan gibran tak di kancingkan agar tak menganggu alat itu bekerja, gibran juga memakai ventilator, ini pertama kalinya winda lihat gibran memakai ventilator, winda tau pasti sakit banget gibran menggunakan alat itu,
Dada kananya juga terlihat jelas ada perban sepanjang 15×10 cm dan tangan kirinya di perban panjangApakah gibran sekarang berada di titik terlemahnya atau gibran sudah mau menyerah tidak mau berjuang lagi pikir winda"enggak,,,gibran,,kuat"
Rancau winda dipelukan hendraTiba tiba tirai dalam ruangan ICU di tutup salah satu suster yang menangani gibran, winda tampak histeris karna tirainya di tutup dan sekarang ia tak bisa melihat anaknya"gibran...."teriak winda histeris, ia sudah lemas tak bisa merasakan apa apa hanya suara hendra memanggilnya setelah itu hitam ia tak tau apa apa
Dengan segera hendra membopong winda dibantu farhan dan andi untuk dibawa ke UGD agar winda mendapat penanganan
¥~~~~~~~¥
Natan tampak gusar di kamarnya ia mau ke rumah sakit namun lagi lagi egonya menang
Natan mengusap wajahnya kasar, ia tak tau sekarang harus apa, pikiranya sudah dipenuhi rasa kekawatiran ke gibranTanpa babibu natan mengambil kunci mobil yang ada di atas nakas tak lupa ia mengambil jaket navi yang tersampir di kursi meja belajarnya
Dengan kecepatan tinggi natan membelah jalanan badung yang tampak sepi karna hari sudah larut, tak butuh lama natan sudah sampai dirumah sakit
Sebelumnya natan tanya kamar gibran dimana ke resepsionis,
Dan sekarang natan berdiri didepan pintu ICU
"Kak" panggil cika tapi tak direspon oleh natan
"Kak natan, ini tentang gibran" panggilnya sekali lagi akhirnya natan menoleh"Duduk aja yuk, berdiri terus nggak capek" natan pasrah tangannya di tarik cika
Natan dan cika duduk disalah satu kursi panjang koridor"ada masalah apa kak natan sama kak ridho"
Natan mengeryit kenapa cika tanya seperti itu"nggak usah ucap nama itu di depan gue!"
Cika menghembuskan nafas kasar"Gue tanya sekali lagi, kak natan ada masalah apa sama kak ridho"
"GUE UDAH....." ucap natan langsung dipotong cika
"Kak natan tau nggak gara gara kak ridho gibran koma kak"
"Apa maksud lu"
"Sepulang olimpiade mobil yang di tumpangi kita di hadang sama suruhanya kak ridho dan gibran di hajar habis habisan sama suruhanya kak ridho sampai sampai gibran harus menjalani operasi dua kali pertama gibran harus menjalani operasi tulang rusuk untung saja tulang rusuk yang patah tak mengenai jantung atau paru parunya, kalau sampai itu terjadi gue nggak tau gibran bisa selamat atau enggak, yang kedua operasi pemasangan pen ditangan kirinya....hiks..hiks" cika berhenti sejenak menghembuskan nafasnya kasar
"Karna suruhan kak ridho banyak kita nggak bisa berbuat apa apa hanya menyaksikan gibran di gebukin sama kak ridho dan suruhanya untung saja polisi tak sengaja lewat di jalan itu, gue nggak tau keadaanya gibran kayak gimana, kalau polisi itu nggak datang waktu itu"jemari cika mengapis air matanya yang membasahi pipinya
Deg
Badai petir dimalam hari membuat jantung natan berkerja lebih cepat, secara tidak langsung natan lah penyebab gibran teluka" terus ridho udah di tangkapkan"Cika menggeleng "belum, kak ridho berhasil kabur, hanya beberapa suruhanya yang belum sempat kabur yang di tangkap polisi, sebab polisi yang lewat hanya empat"
Natan mengacak ngacak rambutnya frustasi"BRENGSEK"teriak natan
¥~~~~~~¥
Winda menangis histeris setelah sadar dari pingsan, ia merancau rancau memanggil nama gibran
"Hei, jangan gini nanti gibran tambah sedih""Gibran, aku mau ketemu gibran"
"Iya, tapi bunda istirahat dulu kalau bunda sakit, bunda nggak boleh ketemu gibran" winda mengangguk, akhirnya hendra bisa menenangkan winda juga
Setelah winda sudah terlelap, hendra baru beranjak pergi untuk menemui ihsan
Saat hendra masuk ihsan belum menyadari karna ihsan tengah sibuk dengan berkas berkas walau hari sudah sangat larut ihsan tetap jeli membaca satu satu mambaca isi berkas itu
Saat hendra duduk didepan meja ihsan baru ihsan menyadari ada orang selain dirinya"apa keadaanya sudah membaik"
"Seperti yang kamu lihat"
Hendra menghembuskan nafas lelah"kapan gibran bangunya"
"Gue nggak tau, ini semua karna lu lengah menjaga gibran"
"Gue udah berusaha cari pelakunya tapi seolah oleh orang itu ada yang menutupinya, dan baru kemarin terungkapnya itu pun tidak sengaja"
"Mungkin ini jalan untuk gibran istirahat sebentar, sebelum ia berjuang melawan rasa sakitnya lagi"
¥~~~~~~¥
Hari sudah menjelang sore, dan hari ini juga natan merasa hampa seperti ada yang kurung,
Bodoh memang natan bodoh telah iri pada sosok itusosok yang selama ini mengisi harinya dengan celotehan apa saja yang membuat hari harinya sejak dulu berwarna, dengan senyuman tulus yang membuat dirinya bisa bangkit dari segala hal, padahal ia tau sebenarnya sosok itu sangat rapuh tapi senyuman itu seolah olah nyata
Natan, winda, hendra, cika, farhan, dan andi sedang menunggu disalah satu kursi panjang dikoridor menunggu sosok itu dari luar, mendoakan sosok itu agar bisa menerbitkan senyuman rembulanya kembali, mereka kangen dengan celotehan konyol yang menghiasi hari hari,
Baru beberapa hari saja seperti berbulan bulan tak melihat semua ituIhsan keluar dari pintu ICU menapilkan raut muka yang sulit diartikan, mereka mendekat untuk tanya tentang kondisi sosok itu
Ihsan menghembuskan nafas lelah"kalian sudah boleh masuk tapi hanya satu atau dua orang saja dan jangan lupa pakai baju steril, ajak gibran berbicara agar gibran merespon dengan baik, siapa tau dengan ini gibran bisa bangun dari tidur lamanya, cika cium gibran siapa tau kayak kemarin langsung sadar dianya, jadi pangeran tidur yang membutuhkan ratunya untuk bangun"sontak mereka semua yang mendengarkan terkekehCika tersipu malu karna sudah di goda dokter yang menangani kekasihnya itu
Pendek ?
Bodo amat yang penting up 😂😂
Belum aku baca ulang jadi banyak typo
![](https://img.wattpad.com/cover/177849738-288-k140806.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
my and your hopes
Teen FictionTentang kehidupan gibran dengan sejuta keindahan yang ia buat sendiri.. Seolah olah masalah gibran alami sejak kecil tak pernah ia alami itulah gibran dengan sejuta topeng untuk menutupinya