Gibran masih menangis karna sejak tadi ia menangisi gulingnya yang di ceburkan ke kolam ranang,
Gibran sudah di peringati winda agar tak menangis lagi karna gibran sudah sesak nafas
"Gibran nanti kamu tambah sesak" tegur winda"Hiks...hiks bunda gulingku bun"
"Udah jangan nangis lagi nanti gulingnya kering kok, udah ya kamu tidur" gibran mengangguk mulai menutup matanya, winda menepuk nepuk gibran setelah melihat gibran sudah tenang winda keluar dari kamar anaknya
"Bun gibran nggak papa kan"
"Nggak papa gimana! adik kamu sampai sesak nafas gitu, kamu mau kalau kenapa napa tanggung jawab" natan menggeleng "makanya kalau bercanda kamu di batasi"
"Ini ada apa sih" hendra yang baru datang dari kantor langsung menghampiri winda dan natan yang sedang berdebat
"Itu tuh abang ngerjain adeknya sampai nangis"
Hendra membelalakan matanya kaget"terus sekarang gimana"
"Sudah tidur. Tadi sih sampai sesak nafas setelah aku pasangin nasal sudah mendingan"
"Emang diapain sama abang"
"Gulingnya di jeburin ke kolam"
"Bang"
"Iya yah aku salah"natan menunduk takut pasalnya natan sangat takut pada hendra
¥~~~~~¥
" lu yakin dengan rencana lu itu"tanya orang itu
"Yakin, gue sudah sakit hati dengan ucapan cewek jalang itu, kalau kakaknya susah di taklukan kita buat adik yang lemah itu sengsara"jawab orang itu yang memakai topi hitam
¥~~~¥
Suasana rumah mewah al-fatih tidak seperti biasanya pasalnya si gibran masih marah sma natan sejak semalaman mereka berdua saling diam. lebih tepatnya sih gibran yang mendiamkan natan karna kejadian kemarin, padahal natan sudah minta maaf berulang kali tapi gibran tak mau memaafkan
" pa nanti aku naik mobil sendiri"ucap gibran memecah keheningan
"Lu masih marah sama gue"tanya natan namun gibran tetap tak mau menjawab"Terserah kamu, emang mau kemana"
"Jalan jalan bentar pulang sekolah"
"Tapi jangan sampai lupa waktu" gibran mengangguk
"Bran, gibran adek gue paling ganteng maafin gue ya" rengek natan membuat winda dan hendra tertawa pasalnya natan itu tidak betah kalau di diemin sama orang terdekatnya
"Adek lo cuman gue!" ucap gibran ketus
"Iya iya adek gue cuman lu maafin gue ya"
"Dek nggak kasian apa sama abangnya yang dari tadi merengek rengek kayak minta menikah tuh"
"Bodo amat"
"Dek nggak boleh kayak gitu, di maafin dong"
"Iya iya aku maafin"
"Gini ya dek ayah itu juga suka kesel liat guling lusuh adek itu bawaan kalau liat pingin bakar aja tuh gulingnya, emang adek nggak malu apa kemana mana kalau nginep di rumah orang bawa guling lusuh, padahal ayah bisa beli pabriknya loh"
Mungkin semua orang kalau punya guling bermotif mickey mouse itu akan membuang sejak dulu karna itu guling sudah sejak gibran bayi"Ayahhhh" teriak gibran tak terima
"Sudah sudah kalian berangkat ntar talat lagi" gibran dan natan mengangguk setelah itu mencium tangan kedua orang tuanya
¥~~~~~~¥
Semua penghuni kelas tampak tak bersemangat padahal masih jam ke 4 namun mata mereka serasa dilem
"Ya ampun mata gue kayak dilem"ujar farhan ia melirik teman sebangkunya yang masih menatap papan tulis"Etdah serius amat"
Gibran mengerjab ngerjabkan matanya yang tampak mengabur namun masih sedikit jelas membaca tulisan di papan tulis
"Mata gue kok makin hari kok makin ngeblur ya" farhan menatap gibran tak percaya"Serius" tanya farham
Gibran mengangguk"iya, tapi masih jelas sih tapi nggak sejelas dulu"Gibran sudah merasakan sejak satu bulan tarakhir kayaknya ia mulai merasakan numun kali ini lebih parah
"Jangan jangan rabun mata lu, baca tulisan pusing nggak"
"Sedikit tapi masak gue masih kecil sudah rabun sih nyokap gue aja nggak rabun walau udah berumur, ya walaupun bokap gue rabun tapi masih setahunan pakai kacamatanya, iya kali gue udah rabun aja"
"Bisa aja kak nina aja sejak SMP rabunya"
Nina adalah kakak kedua farhan yang satu satunya dari 4 sodaranya yang memakai kacamata"Farhan gibran saya lihat dari tadi kalian ngobrol muluk, kerjain soal ini di depan tanpa bawa buku catatan kalau salah satu kalian bisa ngerjain saya akan kasih discon waktu"gibran dan farhan dengan pedenya maju kedepan tanpa membawa buka sama sekali
"emang murid kayak kalian yang bisanya bikih ulah bisa ngerjain? yang dari tadi dengerin aja belum tentu bisa, apalagi kalian yang bisanya bikin ulah dan tidur" ucap ranto meremehkan
Gibran yang tak terima dengan ucapan ranto langsung mengambil spidol dan mulai mengerjakan sesekali gibran menggerak nggerakan jarinya untuk menghitung
Ranto menatap gibran tak percaya ternyata murid badung ini bisa ngerjakan juga"bagus, sesuai janji saya kalau salah satu dari mereka bisa ngerjain saya kasih discon waktu, selamat pagi"ucap rantao langsung meninggalkan kelas
Semua murid 10 ipa 4 langsung bersorak genmbira ada yang tak nyangka bila gibran bisa ngerjain soal yang ada di papan tulis, namun kelas mendadak hening saat jaka masuk kelas
"Sialan ngapain tuh si kumis kriting dateng" gerutu andi"Gibran" panggil jaka
"Iya pak" gibran menghampiri jaka
"Ikut saya" gibran mengangguk mengikuti jalan menuju ruang BK jaka
sesampainya diruang BK gibran terkejut melihat winda sudah ada disini"bunda"winda hanya tersenyum
"Begini bu saya panggil anda bukanya gibran bikin ulah tapi saya salut pada anak anda, walau termasuk murid badung, gibran termasuk murid pandai awalnya saya curiga dengan nilai nilai gibran, farhan, andi UH nya kok bagus bagus, jangan jangan nyontek, namun hasil pekerjaanya gibran paling menonjol dan rinci tidak seperti andi dan farhan terbukti sudah kemarin saya uji coba soal soal OSN dan gibran hanya salah satu dari 120 soal, dan saya ber inisiatif mengikut sertakan olimpiade kimia tingkat SMA"
Winda menghembuskan nafas kasar "gini ya pak bukanya saya tidak mengizinkan gibran mengikuti olimpiade itu, tapi bapak pasti tau kalau gibran sakit dan gibran harus fokus pengobatan, saya tidak mau kalau gibran terlalu fokus ke pelajaran dan pengobatanya terganggu masih ada murid lebih pintar dari gibran pak"
"Bun aku nggak mau pengobatan itu"
"Gibran"tegur winda
"bunda, turutin permintaan gibran kali ini bun siapa tahu tahun ini terakhir kalinya dan nggak bisa ngrasain olimpiade kimia, ini salah satu impian gibran yang belum tercapai bun"gibran sebenarnya dulu waktu SMP pernah mengikuti olimpiade namun olimpiade matematika
" Gibran! jaga ucapan kamu bunda nggak suka"
"Bun"
"Permisi saya ada urusan lainya" ranto dan rini guru Bk mengangguk pasrah
"Pak saya akan menyakinkan ibu saya agar mengizinkan mengikuti olimpiade"
"Kamu fakus saja ke pengobatan kamu kalau kamu di kasih kesembuhan masih ada tahun depan"
"Tidak pak saya tidak akan usahain ikut tahun ini"
"Iya, semangat ya" gibran mengangguk setelah itu melangkah pergi
Saat di koridor gibran ditarik paksa sama seseorang, ia ingin membrontak namun mereka banyak, koridor masih karna masih ada jam pelajaran
.
.
.
(Itu part sebelumnya jaka sama joko itu satu alinya jaka bukan joko)

KAMU SEDANG MEMBACA
my and your hopes
Teen FictionTentang kehidupan gibran dengan sejuta keindahan yang ia buat sendiri.. Seolah olah masalah gibran alami sejak kecil tak pernah ia alami itulah gibran dengan sejuta topeng untuk menutupinya