Dari kemarin gibran tetap kukuh tidak mau di bawa ke rumah sakit karna beralasan ingin ikut acara kuluarga yang jarang ia datangi dan hari ini gibran tidak sekolah karna gibran sudah janji hari ini ia akan mau di ajak ke rumah sakit untuk mengetahui kesehatanya
Winda mengelus rambut gibran pelan"gibran bangun sayang"tak ada pergerakan sama sekali, gibran memang tergolong orang yang sulit di bangunkan apa lagi saat sakit seperti ini
Winda menepuk nepuk pelan pipi gibran"gibran"tidak lama kemudian gibran mulai membuka matanya
"Bun" panggil gibran pelan
"Ayo bangun katanya hari ini kamu janji mau kerumah sakit"
Gibran tampak berfikir ia tidak mau ke rumah sakit ia belum siap untuk mengetahui semuanya,ia sudah merasa ada yang tidak beres dengan paru parunya, lebih dari penyakitnya selama ini ia derita"kenapa bengong ayok mendi ayah udah siap siap tuh kamu nggak lihat bunda udah cantik"
"Bun"
"Iya"
"Hmm lain kali aja ya aku udah enakan kok, nggak ada yang perlu di kawatirkan"
"Gibran bunda cuma takut ada sesuatu yang serius sama kamu, bunda nggak mau kamu kenapa napa sayang, sebelum semuanya terlambat"
"Kalau terjadi apa apa sama aku, bunda harus janji nggak usah melakukan pengobatan apa pun"
Winda menatap anaknya takut"kenapa kamu bicara seperti itu"
"Nggak usah ke rumah sakit aja aku sudah tahu bun kalau ada sesuatu di tubuh aku, kemarin kemarin aku sudah cari di internet tentang penyakit paru paru ya memang ciri crinya hampir sama kayak penyakit paru paru yang lain tapi ada salah satu penyakit yang sama persis yang aku rasain selama ini"
"Itu bisa saja cuma kebetulan, sudah ayok mandi kemarin bunda janji sama dokternya jam 9" gibran mengangguk, beranjak dari kasur menuju kamar mandi
¥~~~~¥
Winda melihat sang suami sudah rapi menggunakan kemeja polos berwarna biru muda dan bawahan hitam yang pas di tubuh atlatisnya
Winda memeluk hendra dari belakang ia terisak pelan mengingat ucapan anaknya tadi"yah..hiks..hiks"
Hendra melepas pelukan winda ia kaget istrinya tengah terisak"bunda kenapa nagis"
"Gibran yah"
"Ssst gibran nggak papa kamu harus yakin itu"hendra mengelus punggung sang istri
Gibran sudah di ujung tangga, hatinya sakit saat melihat bundanya menangis dalam pelukan ayahnya
" yah bun"panggi gibranDengan segera winda menghapus air matanya"ayo kita berangkat sekarang"
Gibran hanya membals dengan anggukan
¥~~~~¥Suasana kantin cukup ramai seluruh meja hampir penuh hingga natan, dila, karel, dan luna kesuhan mencari tempat duduk, mata mereka meliar untuk mencari tempat duduk yang kosong
"Eh itu ada bangku kosong disitu aja yuk" tunjuk karel disalah satu bangku kosong yang agak pojok itu
Mereka duduk berhadap hadapan memakan menu yang telah mereka pesan tadi
"Ada masalah apa sih lo nat"tanya karel pasalnya sahabatnya itu sadari tadi di kelas diem aja tidak seperti biasanya"Lagi mikirin adik gue"
"Ngapain adik lu pikirin"karel menyuapkan nasi goreng ke mulutnya
"hari ini dia cek up ke rumah sakit"
"Jangan mikir aneh aneh berfikir positif aja, kalau gibran nggak kenapa napa"ujar dila
"Yab betul lu harus mikir positif lu belum belum udah negatif tingking aja gak baik"
KAMU SEDANG MEMBACA
my and your hopes
Teen FictionTentang kehidupan gibran dengan sejuta keindahan yang ia buat sendiri.. Seolah olah masalah gibran alami sejak kecil tak pernah ia alami itulah gibran dengan sejuta topeng untuk menutupinya