Lagi lagi gibran dinyatakan dokter kalau gibran koma lagi sejak kemarin semua keluarganya sangat kawatir dengan keadaanya karna kemarin setibanya di rumah sakit gibran batuk darah sangat banyak, suhu tubuhnya sangat meningkat sampai mencapai 41,5°c sehingga kemarin juga gibran mengalami kejang kejang setelah itu dokter mengatakan kalau gibran koma
Setelah mendengarkan kalau gibran koma aris menunda keberangkatanya di jerman, tentu saja yanti sangat marah karna aris membatalkan keberangkatanya karna rencananya hari ini ada pertumuan dengan perdana meteri jerman itu sebabnya yanti sangat marah, dengan terpaksa yanti harus berangkat ke jerman sendirian
Saat ini natan, winda, hendra, dan aris berada d iruangan ihsan untuk melihat hasil pemeriksaan kondisi gibran terkini
"Kondisinya terus menurun, saat ini kanker sudah berlanjut ke stadium lanjut dan sudah menyebar ke daerah hatinya"Hendra sangat geram mendengarkan ucapan ihsan"gue selalu turutin perintah lu tapi kenapa anak gue kondisinya semakin parah hah"
Brakkkk
Hendra menggebrak meja"jawab!""Ini di luar prediksi, lu juga tau kalau kanker itu sangat ganas susah di jinakan, apalagi kanker paru paru itu sangat sulit di prediksi oleh dunia medis, bisa perkembang dengan lambat atau juga bisa sangat cepat"
Tubuh winda sudah bergetar karna menagis, natan memeluk winda untuk menenangkan sanga bunda"hiks....adek...harus sembuh...hiks..hiks"ucap winda bergetar
"Gibran akan menjalankan pengobatan di jerman" ucap aris, semua orang langsung menatap aris tak percaya
"Kalau saat ini tidak bisa, tunggu kondisinya gibran stabil, kalau di paksakan bisa membahayakan"
"Kalau tunggu kindisinya stabil dan gibran sudah sadar akan sulit membujuk anak itu untuk melakukan pengobatan"
"Terserah anda kalau terjadi apa apa jangan salahkan pihak rumah sakit"
"Pa, papa yakin akan pengobatan gibran disana"
"Yakin!"
"Enggak! enggak boleh gibran pergi gibran harus tetap disini, aku nggak bisa jauh jauh dari gibran"
Hendra mengelus surai hitam natan dengan lembut"kamu nggak ingin adik kamu sembuh"
"Aku nggak mau yah hiks,,hiks aku yakin gibran juga nggak mau pengobatan disana"
"Ini jalan terakhir, kita akan pindah ke jerman"
"Terus sekolah aku harus pindah, aku nggak mau yah, bun ayo bujuk kakek sama ayah kalau gibran pengobatan disini aja" winda bungkam tak bisa berkata apa apa lagi, ini demi kebaikan gibran sebenarnya ia juga tak mau pindah, tapi demi kesembuham anaknya ia harus mau
Winda menghembuskan nafasnya kasar"kamu turutin perkataan kakek sama papa ya"
"Bun"panggil natan pelan, winda hanya mengangguk
" ini jalan terbaik semoga disana gibran bisa sembuh"
¥~~~~~~¥
Kini natan, cika, dan dila berada di taman rumah sakit membahas keberangkatannya besok pagi
"Besok keberangkatanya, kalau mau kalian juga ikut kebandara"Dila dan cika syok mendengarkannya"besok"ucap mereka serentak
Natan mengangguk"lebih cepat lebih baik"
"Terus hubungan gue gimana, gue nggak bisa jauh jauh dari gibran"
"Kalau lu nggak bisa tunggu gibran, lu bisa cari yang lebih dari gibran"
"Gue sayang sama gibran, dan gue nggak mau kehilangan dia"
"Kita doa saja semoga pengobatan gibran disana bisa berhasil"
"Jam berapa kalian berangkat" tanya dila
Natan menggenggam tangan dila
"Delapan pagi, kamu nggak usah takut aku akan tetap setia denganmu" ucap natan terkekehDila menatap natan"gue akan pengang janji lu"
Cika menggaruk rambutnya yang tak gatal"kok gue jadi obat nyamuk ya jadinya"natan dan dila sontak tertawa mendengarkan
Cika menatap langit yang mulai menghitam"masuk yuk bentar lagi kayaknya hujan"natan dan dula mengangguk dan benar saja saat mereka masuk hujan langsung turun dengan semangatnya membasahi bumi pertiwi
¥~~~¥
Setelah mengantar keluarga al fatih ke bandara cika duduk termenung ditaman belakang rumahnya, ia memikirkan gimana ke depanya tanpa gibran, pasalnya sosok itu lah yang mengisi hari harinya dan mewarnai kehidupanya walau hanya sebentar, cika seperti tak rela ditinggalkan gibran itu, walau suatu saat nanti mereka akan bertemu lagi, kalaupun gibran mau melawan monster jahat itu kalau tidak ia akan kehilangan untuk selama lamanya
Lamunanya buyar saat ponsel yang ada disaku celanaya bergetar
"Halo sat""Ada acara nggak"
"Enggak kebetulan gue baru pulang dari bandara, emang kenapa"
"Temenin gue beli buku sejarah yuk, soalnya punya gue ilang"
"Oh yaudah gue tunggu dirumah ya"
Tut
Sambungan terputusCika menghembuskan nafasnya kasar "gue yakin gue bisa hidup bahagia tanpa lu gibran, semoga pengobatan lo berhasil" monolog cika
Selesai
.
.
.
.aku putusin kalau ini part terakhir "my and your hopes"
Maaf part terakhirnya pendek sekali
![](https://img.wattpad.com/cover/177849738-288-k140806.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
my and your hopes
Teen FictionTentang kehidupan gibran dengan sejuta keindahan yang ia buat sendiri.. Seolah olah masalah gibran alami sejak kecil tak pernah ia alami itulah gibran dengan sejuta topeng untuk menutupinya