2

10.5K 511 11
                                    

"Gibrannn"

Teriak Mereka terkejut melihat sang bungsu sudah terkapar tak berdaya dengan nafas tak beraturan,gibran memandang sang keluarga yang menghampirinya

"Nat siapkan mobil"hendra mengangkat tubuh ringkih gibran

Tangan lemas gibran mencegah natan agar tak bergerak
"Ja..ngan...kerumah..sa..kit" ucap gibran berusah mengatur nafasnya tetapi udara disekitarnya seolah olah tak mau masuk kerongga paru parunya

"Tapi dek" gibran menggeleng pelan

winda tampak kalang kabut mencari oksigen portable yang tersimpan di lemari dengan segera winda memasangkan nasal canula ke hidung gibran

"Nafas pelan pelan dek"nafas gibran mulai teratur membuat semua orang yang ada disitu bersyukur karna kambuhnya tak begitu parah

¥~~~~¥

Setelah makan malam Winda dan hendra langsung kembali ke kamar mereka untuk membicarakan perihal tadi kenapa hendra sampai bermain tangan
"Kenapa kamu tadi sampai kelepasan, sudah aku bilang dari dulu jangan sampai main tangan sama anak anak kenapa kamu sampai nampar gibran"

Hendra mengusap wajahnya, hendra tadi kalut pikiranya bercabang kemana memikirkan masalah di kantor saja sudah membuat pikiranya kacau dan saat pulang tidak menemukan anak bungsunya"ada masalah di kantor dan begitulah"hendra sudah tak bisa mengatakan apa apa ia tadi tak bermaksud menampar gibran tapi masalah kantor buat dia kelepasan

"Masalah kantor jangan di bawa ke rumah bisakan, kalau dibawa kayak gini jadinya anak jadi korbanya, udah tau emosian" ucap winda malas tetapi suaranya tenang ia tak mau memperkeruh suasana

"Kamu nggak ngerti karna kamu nggak kerja!"

"Kamu mau aku kerja oke aku akan kerja lagi pula ijazah dokter aku nganggur" winda mengelus dadanya agar tetap tenang

Hendra menghembuskan nafasnya kasar"jangan, astoghfirullah"hendra ber istighfar agar ia tak emosi lagi sudah cukup anaknya jadi korban hari ini jangan istrinya

Hendra memeluk winda dan langsung di balas oleh winda, hendra terus bergumam maaf pada winda"jangan minta maaf ke aku minta maaf ke gibran"hendra mengangguk

¥~~~~~¥

Sang surya sudah menyapa bumi pertanda penghuni bumi harus melakukan aktifitasnya kembali setelah beristirahat semalaman

Tapi tidak untuk gibran ia baru saja bangun padahal jam sudah menunjukan pukul 08.00,pusing saat pertama kali ia merasakan, gibran menoleh ada bundanya yang sedang mengaduk bubur mungkin untuk ia sarapan
"Pagi" sapa winda dibalas dengan senyuman manis dari gibran

"Masih sesak ya" gibran menggeleng pelan ia sudah tak sesak seperti semalam tapi saat ia duduk dibantu winda rasa pusing yang mendera kepalanya membuatnya tak nyaman
"Pusing" gibran mengangguk kali ini ia tak membohongi sang bunda

"Makan dulu yuk bunda suapin"

"Ayah" ucap gibran pelan, hatinya gusar saat mengingat kajadian semalam, untuk pertama kalinya gibran melihat hendra semarah itu dan sampai menampar dirinya

"Ada di taman kayaknya,mau di panggilin" gibran menggeleng

"Takut"

Winda tersenyum manis pada sang anak, gibran tampak lucu kalau lagi gini, bisa bisanya anaknya yang sudah memasuki jenjang SMA itu masih se polos dan se lucu ini"ayah udah nggak marah kok, gibran nggak usah takut"winda mengambil semangkuk bubur dan mulai menyuapi gibran

Baru 2 suap tapi kejolak di perutnya membuatnya terasa tidak nyaman"udah ya bun"

"Sedikit lagi ya" gibran tetap menggeleng

my and your hopesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang