end

5K 202 6
                                    

Tak terasa pernikahan gibran dan cika sudah 4 tahun namun mereka belum di karunia anak, mereka sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan anak mulai dari program hamil sampai program bayi tabung yang harganya fantastik itu pun Juga gagal

Walaupun cika tampak biasa saja namun gibran bisa tahu kalau cika sebenarnya sangat ingin mempunyai anak dari rahimmya sendiri, mungkin kalau dulu ia tak sakit keras ia dengan mudah mempunyai keturunan

Gibran masih terbaring di tempat tudurnya padahal jam sudah menunjukan pukul 07.20 karena beberapa hari ini badanya terasa tidak enak setiap pagi ia akan terasa mual dan muntah sampai sampai kemarin gibran juga merasakan sesak nafas hingga winda harus datang ke rumahnya sampai kini bundanya itu masih menginap di rumahnya, winda takut kalau gibran semakin parah sakitnya.

Cika dengan telaten mengurut tengkuk gibran tiba tiba gibran merasa mual dan berujung muntah hanya cairan lambungnya saja karena sejak semalam ia tak makan"udah?"tanya cika, dan dibalas anggukan saja dengan gibran, cika membantu suaminya untuk rebahan lagi

"bran ke rumah sakit aja ya hampir seminggu loh kamu kayak gini"ucap winda kawatir

"nggak usah bun, nanti juga baikan kok"

"nurut aja napa bran, takutnya ada penyakit lain"

"entah kenapa ya bun cik, aku sakit tapi kok ngerasa bahagia gitu"

Winda dan cika sontak kaget dengan ucapan gibran, mana ada orang sakit merasa bahagia, kalau bukan gibran mana ada"aneh banget"ujar winda

Gibran mengambil sesuatu di laci nakas dan menyerahkan bentu itu ke cika"kamu coba ya"

Cika menerimanya benda itu"bran kan aku udah bilang kalau aku nggak masalahin tentang ini, mungkin tuhan belum percaya sama kita"

"plis cik, selama aku sakit aku selalu mimpi di datangi dua bocah yang selalu mengajak aku bermain"

Cika menatap winda lalu winda mengangguk"coba aja"akhirnya cika mengangguk dan melangkah ke kamar mandi

Winda membantu gibran untuk berdiri dan juga membantunya berjalah ke arah kamar mandi yang tertutup itu

Cika di dalam kamar mandi sangat takut jika mengecewakan suaminya lagi ini udah sekian kalinya ia mengecek ia takut kali ini ia gagal lagi memang ia sudah telat 8 minggu tapi ia tak memberi tahu gibran ia takut seperti waktu itu padahal ia sudah talat 9 minggu tapi hasil juga negatif

Ia mengambil task pack ia tak berani melihatnya cika langsung membuka pintu tanpa mengecek hasilnya apa, ia bisa melihat suaminya dengan senyum teduhnya dan mertuanya yang tengah memegang pundak suaminya untuk berjaga jaga

Gibran menerima task pack yang di berikan cika, setelah melihatnya gibran langsung memeluk cika entah kenapa semua beban tubuh gibran bertumpu dengan sampai ia hampir oleh kalau mungkin belakang cika tembok"bunda"ucap cika kawatir karena ia merasakan gibran pingsan didekapanya

"bunda cari pertolongan dulu"winda langsung berlari keluar untuk membantu gibran

Tak lama kemudian winda datang bersma mamat dan saiful tukang kebun di rumahnya, mereka langsung mengambil alih gibran di dekapanya, ia bernafas dengan lega karena sejak tadi dadanya bertumpu badan gibran membuatnya susah bernafas

Dua jam kemudian gibran sadar dari pingsanya kata dokter gibran terkena tifus dan gibran juga harus istirahat beberapa hari di rumah sakit sampai keadaanya stabil

Netra gibran meliar ia melihat istrinya yang menggenggam jemarinya dan disofa ada winda, hendra, natan dan dila mereka langsung mengahampirinya saat cika bilang kalau gibran sudah sadar
"alhamdulillah kamu sadar"ucap winda dengan senyum tulusnya

"bun aku mau jadi ayah"ucap gibran lirih membuat hati mereka sakit terutama cika air matanya sudah tak bisa di bendung lagi

Cika mencium punggung tangan gibran"maaf"gumamnya

"kenapa kamu minta maaf seharusnya kamu bersyukur karena kamu hamil"

Cika menggeleng ia tak kuasa melihat suaminya seperti ini, winda mendekati cika mengelus punggung cika pelan"kamu yang sabar ya"

"kanapa juga bunda nangis, kalian gimana sih bukanya senang kenapa pada nangis, ayah dan bang natan juga kenapa nggak memberi selamat ke aku, karena bentar lagi jadi ayah seperti kalian"ucap gibran

Natan memeluk dila ia tak kuasa melihat adiknya seperti ini, ia tau sejak dulu gibran ingin mempunyai anak tapi kenapa bisa berujung seperti ini

"sayang kamu udah periksa kandungan kamu?"

Cika melepas genggaman gibran langsung memeluk winda"bunda maaf hiks"Winda mengelus punggung cika untuk menguatkannya

"kalian kenapa sih, kalian kira aku halu gitu"gibran berusaha duduk
"cika ayok kalau kamu nggak percaya, kita ke dokter kandungan aku antar"

"gibran stop! aku ngerti kamu menginginkan anak dariku, tapi ini belum waktunya"

Gibran tertawa garing"kamu gimana sih tadi  task packnya positif! jelas jelas garisnya dua kamu nggak lihat"

"udah bran stop jangan ngomong kayak gitu"

"bang ambilkan kursi roda badan aku soalnya masih lemas, aku mau buktiin kalau cika juga hamil kayak kak dila"
Memang saat ini dila hamil anak ke duanya kini kandunganya sudah menginjak 23 minggu

Natan menurut saja apa yang di katakan gibran ia mengambil kursi roda untuk gibran, tanpa kata apapun natan membantu gibran untuk duduk dikursi roda"ayok cik"cika hanya mengangguk, natan mendorong kursi roda gibran dan hendra membawakan infusnya, tangan cika di genggam gibran seoalah olah tak boleh kemana mana mereka masuk ke dalam ruangan dokter spesialis kandungan

"pak gibran"ucap ratna ramah, dokter spesialis kandungan dirumah sakit milik gibran

"bu tolong periksa istri saya soalnya mereka nggak percaya kalau istri saya tengah hamil"ucap gibran

Ratna tersenyum getir ini sudah sekian kalinya gibran bicara seperti itu, ia juga takut kali ini hasilnya seperti yang kemarin kemarin"baik pak"ratna menutun cika, ia bisa melihat cika tengah menangis dalam diam

Ratna mengaktifkan USG dan membaluri gel ke perut cika, mata ratna sontak berbinar kala di monitor terdapat bulatan bulatan kecil berjumlah dua, ia sampai tak kuasa melihatnya"alhamdulilah bu cika hamil"

Sontak mereka semua yang ada disana kagat dan bahagia"dokter serius?"tanya winda

Ratna mengangguk"dan bu cika hamil kembar"

Cika benar benar tak menyangka kalau ia saat ini tengah hamil air matanya berlomba lomba keluar, gibran mencium punggung tangan cika"makasih, istri saya hamil berapa minggu bu"

"bu cika hamil 9 minggu apa bu cika tidak merasakan apa apa selama ini, perut bu cika juga sedikit buncit"reflek cika mengelus perutnya dan benar perutnya lebih buncit dari biasanya, ia sebenarnya juga merasakan tapi ia kira ia bertambah gendut karena berat badanya tambah 3kg

"saya tidak merasakan apa apa dok, cuma telat dua bulan saya kira kayak waktu itu dan saya juga tak merasakan mual atau mutah bahkan nafsu makan saya meningkat"

"mungkin aku lagi yang merasakan morning sicknes soalnya tiap pagi mual mual kayak orang hamil"ucap gibran cekikian

"bisa jadi pak gibran yang mengalaminya itu hal biasa, suami yang mengalaminya padahal istrinya yang hamil"
.
.
.
.
.
.akhrinya bisa up juga dan tinggal epilognya aja, awalnya aku mau critain lebih panjang tapi aku males jadi langsung ak end aja critanya.

my and your hopesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang