14

4K 288 7
                                    

Di kamar gibran tampak sedikit kericuhan padahal hanya ada 2 sosok manusia namun seperti ada 20 orang
"Lu jangan banyakan bacot, bengek lu kambuh lagi baru rasa"ujar natan

" bodo amat, pokoknya gue mau makan martabak telur titik nggak pakai koma!"

"Serah lu gue nggak mau nganterin"

"Nat ayolah kalau gue pergi sendiri pasti nggak di kasih izin"

"Hidung lu aja masih ada selangnya, mau keluar rumah"

Gibran melepas nasal canula nya"gue sudah baikan nat, gue mau jalan jalan bentaran"

"Udah gue bilangkan jangan panggil gue tanpa embel embel abang, kalau lu udah baikan beneran nggak ada yang ngelarang lu keluar kok"gibran hanya pasrah menuruti perkataanya natan

¥~~~~¥

Pintu utama keluarga al-fatih terbuka menampilkan 3 orang berbeda usia dan kelamin, winda yang melihatnya sedikit terkejut pasalnya anaknya yang hampir 2 tahun terakhir ini ada di depan matanya bersama kedua mertuanya, winda langsung berlari memeluk sang putri, tania langsung membalas pelukan sang bunda
"Tania bunda kangen"ucap winda menitihkan air matanya

" tania lebih kangen bunda"

Winda melepaskan pelukanya berlahan lahan"mbak tolong taruh ke kamar tania dan mama ya"beberapa asisten keluarga al fatih mengambil koper yang dibawa
" baik baik aja kan sayang"

"Aku baik baik aja bun "

"Kita nggak kamu persilahkan"ucap yanti

"Yaumpun sampai lupa ma" mereka berjalan ke arah ruang keluarga

Hendra tak kalah terkejut saat melihat tania sang anak"tania"teriak hendra

Hendra langsung memeluk tania"tania kangen sama ayah"

"Ayah juga, kenapa kalian nggak telfon kalau mau pulang ke indo"

"Nggak surprise dong yah" ucap tania terkekeh

"Oh iya kuliah kamu gimana"

"Alhamdulillah aku udah selesai skripsi yah tinggal tunggu wisudanya 1 bulan lagi"

"Oh ya,wah anak ayah hebat banget masih 20 tahun udah jadi dokter"

"Masih dokter umum kok yah teman aku juga ada umur 20 sudah spesialis"

"Nggak papa, kamu tatap jadi kebanggaan kami"

"Ya lah kebanggaan nggak kayak anak kamu yang bungsu bisanya sakit sakitan ngabisin duwit" ujar yanti sinis

"Mah" tegur hendra

"Emang kenyataan kan hen"

"Sudah sudah aku malas bahas anak itu" hati hendra dan winda sakit melihat mertuanya masih saja membenci anaknya

"Kalian pasti belum makan kan, ayuk kita makan sama sama" mereka mengangguk berjalan menuju ruang makan

"Oh ya bun natan mana soalnya aku udah kangen banget nih"

"Ada kok, mungkin dikamarnya gibran mungkin, mbak panggilin natan dan gibran suruh mereka makan malam"salah satu ART itu mengangguk mengerti

" jadi nggak selera makan sama anak itu"

"Oma juga jadi nggak selera"

Hendra menghembuskan nafasnya kasar"tan mah jangan bicara kayak gitu kalau gibran dengar nggak enak"

"Emang benar kok yah"

"Gibran itu keluarga kita sebisa mungkin kita menjaga perasaanya keluarga kita"

my and your hopesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang