Suasana minggu pagi ini di hebohkan karna natan demam tinggi dan maagnya kambuh karna kemarin natan hanya sarapan pagi saja itu membuat maagnya kambuh, semua orang kecuali gibran di kamar natan untuk membujuknya ke rumah sakit namun natan tetap tak mau, setelah pulang rapat kemarin natan sampai pulang malam karna mengerjakan proposal dan membahas tentang agenda akhir semester yang diadakan 2 bulan lagi, walau masih lama natan harus mempersiapkan dari awal karna setiap akhir semester mengadakan acara besar
"Bun...sakit" keluh natan karna perutnya sekarang lebih sakit dari senelumnya"Makanya ke rumah sakit ya"natan tetap menggeleng
"Nat nanti takutnya kamu dehidrasi, minum saja kamu muntah" ujar tania, memang sejak tadi natan berusah makan dan minum namun ia terus terusan muntah
"Akhhh" erang natan perutnya sekarang terasa sangat melilit, tanpa persetujuan natan, hendra langsung membopong nya membawa paksa natan ke rumah sakit, natan tak menolak mungkin ia memang butuh perawatan saat ini, sebenarnya natan beberapa hari terakhir badanya sudah tidak enak tapi ia selalu memaksakan dirinya untuk melakukan aktifitas
Sesampainya dirumah sakit natan langsung dibawa ke UGD untuk mendapatkan perawatan,
Winda merasa ada yang ganjal tapi apa ia tak tau"yah"panggil windaHendra menoleh ke samping"ada apa"
"Kok ada yang ganjal ya kayaknya"hendra mengerutkan keningnya
"perasaan aku nggak enak""Bunda lagi kepikiran natan mungkin, yang sekali sakit buat heboh se rumah"
"Bukan...astaghfirullah gibran dari tadi aku nggak ke kamarnya"panik winda
Hendra ikut ikutan panik pasalnya dari tadi ia juga tak melihat gibran tadi tak terlihat sama sekali, biasanya kalau natan sakit gibran sudah paling heboh sendiri tapi kali ini tidak terlihat batang hidungnya
Hendra merogoh sakunya untuk menelfon gibran namun panggilan tak terjawab, hendra langsung memncet nomor jumi salah satu asistenya
" hallo tuan""Hallo bik, tolong bibi ke kamar gibran ya"
"Iya tuan,.jangan di matikan duluya"
Selang beberapa menit suara jumi terdengar
"Tuan den gibran kambuh, den gibran juga kelihatan nggak bisa nafas padahal sudah makai nasal canula"Hendra langsung mematikan sambungan telfonya sepihak
"Kenapa yah""Gibran kambuh" winda langsung kalut mendengarkan anak bungsunya juga kambuh
"Ayo yah pulang"
"Kalian mau pulang? pola pikir kalian kemana sih anak kalian yang ada di dalam sana juga butuh kalian nggak hanya anak penyakitan itu yang selalu butuh kalian"ucap yanti menunjuk nunjuk pintu UGD
"Natan sudah di tangani ma, gibran lebih butuh aku"
Emosi yanti meningkat ia tak terima hendra bicara seperti itu
Plakkk
Tampar yanti cukup kerasWinda terkejut "mama ini rumah sakit jangan buat ribut"
"Kalian yang pancing emosi saya"
"Ma kita pamit dulu, titip natan"
"Bunda beneran egois" ucap tania
"Kamu disini aja"
"Nggak yah aku ikut" akhirnya mereka berdua memutuskan meninggalkan natan, seksrang yang dipikiran hendra dan winda hanya gibran

KAMU SEDANG MEMBACA
my and your hopes
Teen FictionTentang kehidupan gibran dengan sejuta keindahan yang ia buat sendiri.. Seolah olah masalah gibran alami sejak kecil tak pernah ia alami itulah gibran dengan sejuta topeng untuk menutupinya