20

261 25 0
                                    

Selamat membaca~

Dua pria remaja dan satu pria berumur kepala lima duduk di sebuah ruang makan yang besar. Adanya ketidaksukaan saat pria tua itu menatap anak dan lelaki di sampingnya. Fiat dengan resah tetap menatap kearah mata oaujun, bertanya tanya sebenarnya ada apa dengan malam ini. Apakah ini sudah terencana? Mengapa dirinya tidak diberitahu oleh siapapun

"Silahkan dinikmati makanannya. Seusai makan, papa akan berbicara dengan kalian berdua"

Demi apa, diatas meja hanya terdengar suara dentingan peralatan makan saja. Rasanya sangat canggung dan sedikit menakutkan.

Fiat ingin marah pada papanya. Dengan seenak hatinya, dia membuat pertemuan makan malam dengan oaujun. Apakah dia akan membantah lagi hubungan fiat dan Jun, atau malah merestuinya?. Fiat berfikir itu hal yang sangat mustahil. Tidak mungkin papanya rela begitu saja walaupun fiat sendiri menginginkan restu darinya. Fiat tidak mau lagi jika ia terus terusan menjadi boneka papanya.

"Ehm...Jadi kalian fikir untuk apa saya pertemukan kalian di malam ini?"

"Maaf om kalau boleh saya tebak, om sudah tahu hubungan kami. Saya akan menjelaskan semuanya jika om masih saja ragu tentang kami."

Fiat pun sontak melihat gerak gerik jun yang berkata jujur didepan papanya itu. Ia sedikit gugup namun ia berfikir cepat atau lambat pasti akan ada hal semacam ini.

"Hhhh.... fiat"

"...."

"Papa merestui hubunganmu dengannya. Dan papa mau minta maaf ke kamu."

"K-kenapa tiba tiba? Ehmm maksud fiat papa minta maaf ke fiat soal apa?"

Matanya berkaca kaca. Tentu saja fiat sangat sangat senang sekaligus bingung atas ucapan papanya. Beliau merestuinya dan mengucapkan kata maaf, untuk apa?

"Fiat, papa mau fiat bahagia dengan pilihan fiat sendiri. Jangan seperti papa dan mama kamu dulu. Papa dan mamamu punya hubungan yang sangat buruk setelah menikah. Semenjak ada kamu, kita berusaha untuk memperbaiki keadaan, namun kita gagal sebagai orang tua yang baik. Maafkan papa, selama ini papa sudah menjadi papa yang buruk untuk fiat. Papa sering bikin fiat nangis ya?, sering bentak fiat, tidak memperbolehkan apapun yang fiat mau. Selama ini papa hanya memikirkan perusahan papa saja. Namun papa sadar, bukan hanya pekerjaan saja yang harus papa prioritaskan. Tapi anak semata wayang papa yang harus didahulukan. Bila fiat bahagia dengan dia, papa tidak akan melarang fiat lagi"

Tangisan fiat pecah, ia pergi dan berhambur ke pelukan papanya. Ia sangat merindukan kasih sayang yang diberikan papanya. Sang papa juga meneteskan air mata, ia sudah mengungkapkan segala rasa bersalahnya kepada fiat.

Sekarang tak akan ada lagi rasa saling benci antara mereka. Oaujun yang menyaksikan mereka berpelukan sangat merasa terharu. Dan terbesit pikiran kecil diotaknya, akan kah ia direstui memiliki hubungan sesama laki laki oleh keluarganya? Walaupun oaujun tahu sendiri keluarganya selalu openminded tentang hal hal seperti ini. Namun tetap saja, ia merasa takut membicarakan hal seserius ini kepada keluarganya.

"Papa memang merestui hubungan kalian tapi papa harap kalian tidak boleh melakukan sesuatu sebelum waktunya. Ingat Jun, fiat masih sekolah. Kamu juga belum lulus kuliah."

"Papa ngomongin apa sih"

"Iya om saya akan menjaga fiat sampai fiat selesai kuliah nanti, walaupun lama, saya akan tetap berusaha. Dan saat waktunya tiba saya akan meminta fiat dari om untuk menemani hidup saya."

"P junnnn....."

Orang tua itu hanya tertawa kecil. Ia merasa senang bisa melihat anaknya yang kembali ceria. Anak yang dulu sempat padam sekarang cerah lagi, menghangat seperti terbit matahari setelah hujan semalaman.

PATNIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang