19

324 31 0
                                    

Happy reading~

Kopi hitam yang setia memenuhi cangkir putih berlapiskan logam dan kuningan tampak tenang dan diam. Panas dan kepulan uap yang terbentuk diatas air gelap itu mulai menghilang karena temperatur ruangan yang melawannya. Seseorang sudah cukup lama terduduk di kursi kerja itu cukup nyaman dengan posisinya. Ia begitu kalut dengan pikiran pikiran yang ia kumpulkan di otaknya. Pemikiran tentang masa depan keturunan satu satunya yang akan ia bimbing untuk tidak berjalan di kegelapan.

Mengapa orang lain banyak yang dengan mudahnya menerima jalan cinta yang jelas jelas dilaknat Tuhan?. Apa keuntungan yang diperoleh dari hal itu?. Bagaimana hal semengerikan ini bisa ada dibumi?. Siapa yang memulainya?. Dan siapa yang harus disalahkan atasnya?

Teori tentang lgbt yang ia kumpulkan sangat bertolak belakang dengan apa yang seharusnya diperintah Tuhan. Ia bingung mengapa anak semata wayangnya bisa tidak memiliki otak waras sepertinya. Ia juga sangat tertohok mendengar kalimat yang terucap lantang dari anaknya sendiri. Ia berada dijalan yang benar. Ia tak habis pikir, mengapa ia disalahkan atas istrinya yang sudah meninggal?. Ia teramat sedih karena secara diam diam ia telah disakiti oleh sahabatnya sekaligus seorang remaja SMA.

Ia bingung harus melakukan hal apa, karena disamping ia membantah hubungan fiat dan oaujun, ia akan memiliki resiko yang amat besar yaitu kebencian dari anaknya sendiri. Ia akan sangat terpukul jika anaknya akan ikut meninggalkannya sendiri dibelakang.

Tidak lama setelah kopi terteguk habis, ia menyalakan komputernya dan mulai mengetik suatu pesan untuk temannya. Ia akan mengadakan pertemuan pribadi disalah satu restaurant dekat dengan dimana ia bekerja.

Pesan itu dengan cepat diterima baik oleh lawan bicaranya. Ia mendapat balasan bahwa rekannya akan menemuinya di restaurant The Oak besok pukul 9 pagi.

Karena ia sangat lelah, ia membutuhkan beberapa jam tidur untuk menjernihkan pikiran pikiran buruknya.

-

Masih cukup pagi untuk dikatakan panas. Mata yang sempat terpejam beberapa jam yang lalu, sekarang berfungsi sebagaimana mestinya. Seorang pria dan seorang wanita cukup umur sedang menyesap minuman yang mereka pesan tadi. Salah satu dari mereka masih nampak belum mencapai suatu keputusan. Terlihat jelas terdapat kerutan didahi nya. Menandakan ia sedang berfikir keras. Namun lawannya terlihat sangat tenang, berbeda dengannya tadi.

"Jadi.... aku harus rela begitu maksudmu?"

"Terserah kau saja"

"Kau?! Apa gunanya kalau aku menyuruhmu datang dengan ujung jawaban terserah"

"Memang susah berbicara denganmu. Aku disini hanya menasehatimu saja. Bukan memberi keputusan yang mutlak kau lakukan. Kau cukup salah dengan masa lalu mu. Dan banyak sekali goresan luka yang kau torehkan pada anakmu sendiri. Semua itu sudah lebih dari cukup untuk tidak mengulanginya lagi. Aku tahu ini sebenarnya jalan yang salah. Tapi kau harus tahu, mungkin saja ada dampak tersendiri terhadap anakmu. Bisa saja dia marah, dan pergi meninggalkan rumah untuk memilih kekasihnya itu. Atau lebih parahnya lagi kalau kau menghakiminya dia bisa saja depresi hingga stress berat. Apa kau mau putra semata wayangmu itu menjadi gila karena ayahnya sendiri. "

"Apakah mungkin seperti itu. Ran, sumpah, aku menyesal karena sudah membuatnya menderita. Dan coba bayangkan kau berada diposisiku. Sedangkan anakmu sekarang berhubungan sesama jenis. Lalu bagaimana nasib karirmu sebagai psikolog? Kau akan ditertawakan dan mungkin saja tidak ada yang mau mempekerjakanmu. Jika itu semua aku, bagaimana bisa aku menaruh muka dihadapan karyawan karyawanku jika aku mempermalukan diriku sendiri? "

"Kau harus terima kenyataan. Kau juga berkata kan kalau dulu anakmu pernah diselamatkan nyawanya oleh kekasihnya. Mereka sudah punya chemistery yang kuat. Yahh....Sebenarnya aku juga tidak menyarankan hubungan sesama jenis. Tapi mengingat hal hal buruk yang mungkin terjadi, apa boleh buat. Dan lebih baik seperti itu daripada kau kehilangan anakmu. Sudah ya. Setelah ini aku ada janji dengan pasien ku. Aku harus cepat cepat. Hubungi aku jika kau masih ragu. Dan plisss kita sudah berteman lama, gak perlu pakai 'saya-anda' aku sedikit muak melihatnya. Oke aku duluan"

PATNIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang