29

124 11 0
                                    

Happy reading~
(Short part)

Time flies away

Hari yang sangat cerah ini disambut oleh jun yang sedang menarik kopernya setelah benar benar keluar dari taksi. Kota asing dimana belum pernah ia lihat secara langsung kini jun terjebak dengan pesonanya.

Chicago.

Pemandangan kota disini sangat berbeda dengan negara kelahirannya. Bangunan dichicago terlihat begitu cantik. Ia melihat banyak gedung tinggi yang berjejeran. Ia juga melewati chicago riverwalk yang kalau malam terlihat gemerlap.

-

Yap hari ini adalah hari dimana jun diam diam menemui fiat. Oaujun izin ke papa fiat untuk menemui putranya selama seminggu.

Setelah menanyakan ruangan 127, jun melangkahkan kakinya dengan sedikit rasa gugup. Bukan apa tapi setelah sekian lama jun sangat merindukan pria mungilnya itu.

Jun menekan bel 2 kali dan

"Wait there"

OMG

Pintu terbuka dan menampilkan fiat yang berdiri terkejut melihat kedatangan jun. Matanya membola. Ia begitu kaget hingga mereka berdiri mematung selama beberapa detik.

"Phi..."

Tidak sempat melanjutkan, mereka dipenuhi rasa hangat hingga berpelukan erat. Bukan hanya salah satu dari mereka yang terharu hingga matanya membasah.

Fiat dengan cepat menarik masuk jun dan menutup pintu kasar. Setelahnya ia kalungkan tangannya ke leher jun dan mencium bibir kekasihnya itu dengan sedikit berjinjit. Tentu saja dibalas dengan jun yang melumat bibir manis milik fiat itu.   Setelah puas dengan ciuman selamat datang kini mereka duduk di sofa dengan fiat yang berada di pangkuan jun.

"Udah siih jangan nangis" jun yang berusaha menghentikan air mata fiat.

Dirasanya fiat sangat lucu dengan mata yang sembab, hidung yang merah dan bibir yang basah, bisa bikin jun khilaf kapan saja.

"Kok ga bilang kalo phi kesini??"

"Kalo bilang namanya bukan surprise dong"

Fiat tak peduli, dipikirannya hanya senang dan bahagia karena bisa bertemu dengan kekasihnya lagi. Ia menyenderkan kepalanya di ceruk leher jun. Menghirup dalam dalam wangi yang jun miliki.

Kata fiat sih candu.

"Gimana kerja sama papa?" 

" Ya ga gimana- gimana. papa kamu baik banget bimbing phi sampe bisa kek gini hahaha"

mereka melanjutkan perbincangan hal hal mengenai kehidupan jun selama di indonesia. Yah seperti yang diketahui, Jun bisa dibilang sukses dalam hidupnya walaupun ia sendiri masih ingin menggapai kesuksesan yang lain dan yang pasti lebih tinggi. 

"Sayang, phi laper. Ada makanan ga di kulkas?"

"loh emang tadi ga sempet makan? di pesawat juga??"

"ehehe ga nafsu makan, phi kepikiran kamu terus soalnya, pingin ketemu cepet cepet"

Sa ae si jun.

"Fiat bikinin pasta mau? Belum belanja daging soalnya"

"Terserah"

Fiat berjalan menuju dapur. Ia mengeluarkan bahan bahan masakan yang berada di dalam kulkas. Sebelum itu, ia merebus air dan memasukkan pasta nya terlebih dahulu.

Saat ia mulai mengiris bawang bombay, ada sepasang tangan yang melingkar di pinggangnya. Ia merasa geli saat jun bernafas tepat dilehernya. Dan tanpa permisi, Jun menjilat belakang telinga fiat dengan sensual.

"Ennggh...Phi!!! Ga lihat fiat lagi masak?! Sana dulu duduk!"

Fiat berhenti dari aktifitasnya dan ia menatap tajam mata oaujun. Yang ditatap malah cengar cengir ga jelas.

"Phi kangen banget ga pingin jauh jauh lagi."

Fiat hanya menghela nafas dan menuntun jun kembali ke sofa depan tv.

"Sayang nya fiat duduk disini dulu ya, pasti masih capek kan. Kalau mau istirahat dulu bisa dikamar. Nanti kalo masakan udah selesai fiat bangunin. "
Fiat mengusap pelan dada jun dan memberikan kecupan singkat lalu ia kembali ke dapur.

Calon istri gue emang yang terbaik, pikir jun sambil mengulum senyuman. Lalu ia tertidur.

Setelah 45 menitan semua makanan sudah siap dimeja. Tadinya pasta udah siap lebih awal karena masaknya gampang tapi fiat pikir ia akan menambah menu salad dan jus juga biar kekasihnya bisa kembali fresh. Itung itung nambah jam istirahatnya jun, karena kalau tidur cuma 15 menit ga kerasa, ga ilang juga capek nya. Kan kasihan.

"Phi, bangun..." kata fiat sembari mengelus pelan puncak kepala jun. Namun si empunya rambut tidak terganggu sama sekali.

"Phi.... ayo dong, keburu dingin masakan fiat" fiat mulai narik narik pipi jun karena gemas dianya ga mau bangun.

Jun menggeliat kecil dan menarik tengkuk leher fiat dan menciumnya tepat dibibir.

Aslinya sih jun sudah bangun, cuma males buka mata. Ia ingin menjahili fiat sebentar.

Fiat yang dicium secara tiba tiba hanya bisa blushing dan mengalihkan pandangan matanya saat bibir mereka terpisah.

"Iisshh..."

"Kenapa hmm?" Jun yang melihat fiat memerah pun sedikit terkekeh.

"Maluu...."

"Biasanya juga ciuman kok masih malu sih. Ini tuh itung itung latihan besok kalo kamu jadi istri, bangunin suami nya pake ciuman"

"Siapa emang suami fiat besok?"

"Yahh.... jauh jauh kesini malah ga diakuin. Ngambek ah." Jun mengedikkan bahunya dan memasang ekspresi kesal namun kesannya lucu.

Ga tau aja kalo tingkah jun barusan ngebuat fiat illfeel. Ga juga sih orang tambah kesini mereka berdua agak tambah alay.

Buru buru fiat mengecup pipi jun agar acara ngambeknya jun udahan. Karena fiat gak mau lama lama keburu makanannya dingin.

Akhirnya setelah drama panjang, mereka udah duduk di meja makan. Mereka berdoa bersama dan mulai makan. Jun juga mengomentari kalau masakan fiat enak. Dia juga bilang kalau fiat udah jadi calon istri terbaik buat dirinya.

Meleyot si fiat.

Ga tau aja si jun, hati fiat udah mau copot karena dari tadi kekasihnya bicarain suami istri mulu. Kan jadi deg deg an fiat tuh.

Akhirnya acara makan pun selesai. Jun sama fiat membagi tugas, jun mencuci piring dan fiat membersihkan meja.

Setelah semuanya kembali beesih mereka duduk berdua di sofa depan tv.

"Wisuda kamu kamis depan kan sayang?"

"Iyaa. Datang ya..." pinta fiat.

Jun tersenyum kecil dan ia mengusak rambut fiat yang berada di pundaknya.

"Phi disini berapa hari ?"

"Kamu maunya berapa?"

"Sampai fiat wisuda?"

"Hehe engga sayang, maaf phi gabisa karena phi izin papa kamu cuma seminggu."

Jun melihat raut muka fiat yang sedikit kecewa.

"Phi dateng kok pas kamu wisuda. Tenang aja yaa".  Jun mengelus punggung tangan fiat. Ia ingin memberi afeksi. Ia juga mengecup punggung tangan kecil itu.

Dan seharian itu mereka habiskan dengan cuddling dan bercerita tentang kehidupan masing masing saat mereka terpisah jarak jauh.





TBC

PATNIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang