[6] Kecewa

1.3K 61 0
                                    

Emosi Hamzah benar berada diujung tanduk. Seharusnya dia sadar bahwa anaknya tersebut mulai menunjukkan gelagat aneh, seperti orang yang sedang berbohong.

Pertama dia sudah curiga tentang ponsel Ana yang berubah merk menjadi sangat mewah.

Jaman sekarang mana ada anak yang rela ponselnya diberikan ke temannya. Aneh.

"Kamu sudah buat papa kecewa an."lirihnya sambil memutar setir mobil

Niat awal ia akan berbaikan dengan putri semata wayangnya tersebut. Dia merasa tak enak memarahi anaknya tanpa kepastian yang jelas.
Namun itu semua berubah saat teman sebangku dari Ana bercerita.

Flashback on

"Dia sudah pulang om"

Alis Hamzah terangkat
"Dia pulang sama siapa? Saya sudah mengabarinya kalau papanya yang akan datang sendiri menjemputnya" Hamzah heran tak biasanya anaknya itu pulang tanpa menghubunginya terlebih dahulu.

"Sama pacarnya om" jawab Naura. Dia memang tak sedekat itu dengan Ana. Hingga ia tak tahu pantangan yang harus dihindari oleh Ana.

"APA! Kamu jangan mengada-ada ya. Anak saya tidak pernah dan tak akan pernah pacaran" Suara Hamzah naik satu oktaf.

Naura menelan ludahnya susah
"Saya jujur om. Kalau om gak percaya coba aja tanya sama anak om sendiri,
Namanya Adira Kayana Aldari" Naura menjelaskan secara detail. Ia tak mau disangka tukang fitnah, toh dia berkata jujur kan?

"Saya pamit duluan om, sudah dijemput" Naura berjalan menuju gerbang meninggalkan papa Ana yang masih diam mematung.

Hamzah masih belum bisa mencerna rentetan penjelasan dari gadis yang mengaku teman sebangku putrinya.

Flashback off

***

Tutik menutup wajahnya malu, ia rasa sudah gagal menjadi seorang ibu yang baik.
"Kenapa anak kita susah diatur seperti itu pa?" Pertanyaan Tutik hanya dibalas dengan gelengan kepala oleh Hamzah.

"Aku sudah membuat keputusan, dia akan aku masukkan ke dalam pondok pesantren Jakarta" keputusan final Hamzah telah keluar. Itu artinya tak ada yang dapat mengubah keputusannya.

Tutik menatap Hamzah lalu tersenyum singkat
"Mama setuju pa. Lebih baik anak kita dimasukkan ke dalam pondok pesantren" Tutik mengiyakan keputusan Hamzah. Baginya Hamzah tak pernah salah dalam membuat suatu keputusan, dia selalu berfikir berulang kali untuk menetapkan suatu keputusan.

Clek

"Jangan kesa-" Ucapan Ana terhenti tak kala Aldari membuka pintu rumahnya.

Tubuh Ana seketika menegang saat melihat papanya keluar dari rumah dengan senyum merekah.
"Wah anak kita bawa temannya ma" Hamzah menoleh ke arah Tutik, dia mengedibkan matanya pertanda kode, Tutik yang langsung mengerti menganggukkan kepalanya.

"Ajak masuk dong" Tutik tersenyum ramah

Kenapa tiba-tiba papa mama biasa aja yah liat gue bawa temen cowok. Batin ana

"Selamat siang om, Tante" ucap Aldari

Gak tau tata Krama nih bocah, gak ucap salam ataupun mencium tangan. Batin Hamzah.

Hamzah dan istrinya mulai masuk kedalam, kemudian disusul oleh Ana dan Aldari.

Hamzah menginterupsi supaya Aldari duduk didekatnya.
"Aldari. Kemari nak, duduk sama om" ucapan Hamzah kembali membuat Ana membulatkan matanya.

Mengapa bisa ?

Atau papa mamanya telah mendapatkan hidayah?

Aldari tersenyum bahagia.
"Iyah om" Aldari mendaratkan bokongnya tepat disamping kanan Hamzah.

"Ana, Cepat buatkan temanmu ini minuman. Kasihan dia pasti kehausan" lagi-lagi Ana terperangah tak percaya mendengar ucapan papanya.

"Ba-baik pa" Ana langsung melenggang pergi ke arah dapur, kemudian disusul oleh mamanya.

"Aldari, apa kamu tau Anastasia itu putri semata wayang saya?" Tanya Hamzah mulai serius.

Aldari mengangguk mengiyakan
"Iyah om"

"Apa kamu tau kriteria calon mantu saya?"

Dahi Aldari mengernyit.
"Maaf om... saya baru ketemu om hari ini, jadi saya tidak tahu" jawab Aldari selembut mungkin, dia ingin mendapatkan restu dari papa ana yang katanya terlihat...galak.

TBC

Blessings of love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang