[14] pertanyaan?

1.3K 65 0
                                    

Jam menunjukkan pukul 2 pagi. Banyak santriwati sudah bangun untuk melaksanakan sholat tahajjud berjamaah.

"An. Ana bangun. Kita sholat tahajjud dulu" Fatimah menggoyang-goyangkan lengan Ana.

"Eughh. 5 menit lagi Ma. Ana masih baru nutup mata" ucap Ana sambil mengeratkan selimutnya.

Para teman sekamar mereka memaklumi bahwa Ana masih belum bisa beradaptasi. Kebiasaan disini jika ada santriwati baru yang susah bangun. Mereka akan bergantian membangunkannya.

"Fatimah. Belum berhasil Hem?" Tanya santriwati bernama Amira.

Fatimah menggeleng
"Belum"

"Coba kita sebut nama orang yang dia sayang. Mungkin langsung bangun dia" celetuk salah satu santriwati bernama Amanah.

Fatimah menyunggingkan senyumnya
"Aku tau siapa"gumamnya

Fatima mendekati telinga Ana dan berbisik
"Ana. Lihatlah ada Gus Ruwandana dikamar ini"

Sontak Ana langsung bangun dari tidurnya
"Mana? Dimana?" tanya Ana beruntun.

Fatimah dan yang lainnya langsung tertawa melihat wajah Ana yang terlihat panik.
Merasa telah dikibuli Ana mendengus
"Ih. Fatimah Lo ngibulin gue?"

Fatimah menghentikan tawanya
"Kamu sih. Udah berapa kali aku bangunin kamu. Tapi gak bangun-bangun"

***
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh" ucap seorang ustadzah memasuki ruangan kelas.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" jawab semua para santriwati yang duduk dikelas.

Di ponpes ini kaum Adam dan kaum hawa memang dipisahkan. Mereka tak boleh bertemu atau berkumpul bersama.

"Dengar-dengar katanya ada santriwati baru ya?" Tanya ustazah dan dijawab anggukan kepala oleh semua santriwati.

"Coba kedepan. Perkenalkan namamu"

Merasa dirinya dipanggil. Ana melangkah maju ke depan kelas.
"Perkenalkan nama saya Anastasia Wulandari. Saya berasal dari Jakarta"

Salah satu santri mengangkat tangannya
"Apakah kau yang dijemput oleh Gus Hafidz dan Gus Ruwandana?"

Ana mengangguk pelan
"Iya itu saya"

Sebelum muncul beberapa pertanyaan lain yang akan memotong jam belajar. Ustadzah mempersilahkan Ana untuk duduk kembali.

"Baiklah anak-anakku yang dirahmati Allah SWT. Kali ini kita akan belajar mengenai masalah Jodoh "

"Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik"

"Apakah ada yang mengerti dengan makna ayat yang sudah saya bacakan?" Tanya ustadzah.

Fatimah mengangkat tangannya
"Dari ayat di atas dapat kita pahami bahwa sesungguhnya kita dapat memilih jodoh kita sendiri dengan mengubah diri kita sendiri"

"Ya. Betul sekali. Allah SWT telah menetapkan jodoh, rezeki, dan kematian kita dalam kitab Lauh Mahfudz" jelas Ustazah.

Ana mengernyitkan keningnya tak paham
"Ustadzah. Maksudnya gimana? Apakah orang yang jelek akan berjodoh dengan orang jelek juga. Terus yang cantik bakal berjodoh dengan orang yang ganteng?"

Ustadzah menggeleng
"Bukan seperti itu nak.
Allah memberikan jalan bagi kita untuk memilih jodoh yang kita inginkan. Hanya saja jika Anda menginginkan jodoh yang baik untukmu maka jadilah pribadi yang baik, begitu pula sebaliknya jika kamu menjadi pribadi yang tidak baik, maka jangan mengharapkan jodoh yang baik. Sebagaimana janji Allah SWT." Penjelasan dari ustadzah menohok hati Ana. Dirinya jauh dari kata Sholehah apakah pantas bersanding dengan Gus Ruwandana?
Entahlah, sekarang Ana merasa minder.

"Jika kita memilih jodoh berdasarkan Agamanya. Maka itu merupakan harta yang luar biasa yang bisa didapatkan di dunia. Sehingga kita memperoleh keluarga bahagia menurut Islam" lanjut Ustadzah

"Kalau jodoh beda Agama adakah Ustadzah?" Pertanyaan Ana membuat semua santriwati menoleh ke arahnya.

TBC

Blessings of love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang