[37] Mengapa?

1.2K 45 0
                                    

Sejak Gus Hafidz telah mengumumkan kepada semua anggota keluarganya, kini mereka berdua sedang berkemas-kemas untuk segera pindah. Gus Hafidz telah menyiapkan rumah sederhana jauh-jauh hari. Dimana dia mendapatkan uang untuk membeli rumah? Pasti itu pertanyaan yang ada dibenak kalian kan? Sebenarnya Gus Hafidz sejak masih sekolah dasar dia selalu memenangkan berbagai macam lomba atau olimpiade, uang dari hadiah itulah yang ia kumpulkan dan ditabung. Dia tak pernah menggunakan uangnya itu.

"Apa kau sudah siap sayang?" Gus Hafidz melihat istrinya merapikan baju ke dalam koper.

"Siap tidak siap, saya harus selalu menemani suami" jawab Ana datar.

Gus Hafidz mengerti jika istrinya ini masih belum mencintainya. Tapi tak masalah, lambat laun pasti dia akan segera mencintainya.

Gus Hafidz mendekat ke arah Ana, dia memeluk Ana dari belakang.
"Apakah kau masih belum mencintaiku?"

Ana refleks berhenti menata bajunya, dia menutup matanya. Ada perasaan tak enak jika sudah begini. Memang raganya milik Gus Hafidz, tetapi? Hatinya masih menjadi milik Gus Ruwandana.

"Bersiaplah, saya mau ke dapur sebentar" Ana menjauh dari Gus Hafidz, dia melangkah keluar dari kamar.

Gus Hafidz hanya bisa tersenyum getir. Mengapa dirinya merasa sakit hanya hal itu? Tidak-tidak dia pasti bisa bertahan. Intinya dia harus bisa mendapatkan hati Ana.
"Semangat dong." Ucap Gus Hafidz kepada dirinya sendiri.

***
Ana meneteskan air mata saat berada di dapur. Mengapa nasibnya menjadi seperti ini? Hidup dengan orang yang tak ia cintai sama saja itu dengan membunuh diri secara perlahan-lahan.

"Ada apa An? Apakah abangku menyakitimu?"

Ana mengelap air matanya, dari suaranya saja dia bisa tau siapa yang berbicara tadi. Siapa lagi kalau bukan Gus Ruwandana.
"Apa kau bahagia?" Tanya Gus Ruwandana.

"Ya. Saya bahagia" jawab Ana datar.

Tidak mungkin kan dia curhat kepada adik iparnya sendiri? Apalagi yang membuat dia seperti ini karena rasa cintanya kepada Gus Ruwandana.

Ana mengambil air mineral di kulkas, dia ingin cepat-cepat keluar dari dapur ini. Takutnya ada setan yang mempengaruhinya.

"Tunggu" Ana menghentikan langkahnya, ia menghela nafas berat.

"Apakah kau mencintaiku?"

Deg

"Gus. Saya mohon jangan seperti ini. Ini dosa. Gus Ruwandana yang saya kenal tak seperti ini" Ana meneteskan air matanya kembali. Gus Ruwandana sekarang bagaikan menarik ulur hatinya. Mengapa sat dia sudah menikah, dia bertanya tentang cinta?.

"Karena kamu An. Aku tak pernah se menderita ini"

"Tapi, kenapa baru sekarang? Kenapa? KENAPA!"

"Apa karena Gus Hafidz mengkhitbah ku terlebih dahulu? Apa karena itu kau memutuskan menikah dengan orang lain?" Lanjut Ana.

Gus Ruwandana menggeleng cepat
"Tidak. Bukan karena itu. Aku tak bisa memberitahumu"

Ana melenggang pergi dari dapur tersebut. Ia tak ingin terjadi rumor atau gosip tak enak.

Dibalik tembok dapur Ayra menempelkan punggungnya di tembok itu. Iya kalian benar. Dia mendengar percakapan diantara Gus Ruwandana dan Ana. Sebenarnya tadi dia ingin mengambil sesuatu di dapur, namun dia terhenti saat melihat Gus Ruwandana dan Ana sedang mengobrol di dalam dapur.

Hati Ayra bagai tersayat pisau tajam. Ternyata dugaannya benar, bahwa Gus Ruwandana dan Ana saling mencintai. Tetapi, mengapa mereka masing-masing malah memilih menikah dengan orang lain?.

"Kau? Kenapa kau ada disini?"

Ayra tergelonjak kaget mendengar suara Gus Ruwandana. Apa yang harus dia katakan sekarang?

"Ak-aku ma-mau ke dapur" Ayra menundukkan kepalanya tak berani menatap Gus Ruwandana.

"Dengan menguping?" Gus Ruwandana tersenyum sinis. "Sudahlah, saya tak mau berurusan denganmu" Gus Ruwandana melenggang pergi meninggalkan istrinya yang masih berdiri diam mematung.

Mengapa lagi?
Mengapa semuanya malah tersiksa? Mengapa semuanya malah menderita?

TBC

Blessings of love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang